Adab & HumanioraGaya Hidup

Tradisi Unik Tahun Baru Hijriyah, Hal Ini Terjadi di Bulan Muharram

TATSQIF ONLINE Umat Islam tengah merayakan pergantian tahun Hijriyah dengan semangat yang menggelora, terlihat dari banyaknya selebrasi seperti pawai obor qiyamul lail pada malam tahun baru Hijriyah. Sebagian lainnya memeriahkan momen ini dengan melakukan muhasabah (introspeksi diri) dan bakti sosial.

Secara bahasa, nama Muharram berarti bulan yang haram, di mana orang-orang Arab melarang peperangan. Mereka mengkhususkan bulan ini sebagai periode gencatan senjata, sesuai dengan tradisi mereka tempo dulu.

Imam Ibnu Katsir menjelaskan dalam tafsirnya: “Penamaan Muharram karena bulan tersebut memiliki banyak keutamaan dan kemuliaan, bahkan bulan ini memiliki keistimewaan serta kemuliaan yang sangat banyak karena orang arab tempo dulu menyebutnya sebagai bulan yang mulia (haram), tahun berikutnya menyebut bulan biasa (halal).” 

Imam Azzamaksyari dalam Fath Al-Qadir, juga menegaskan bahwa Bulan Muharram ini memiliki sebutan syahrullah (bulan Allah). Lafaz syahru bersandar pada lafaz jalalah ‘Allah’, untuk menunjukkan kemuliaan dan keagungan bulan tersebut.

Penulis kitab Lathaif al-Ma’arif, menyebutnya dengan Syahrullah al-Ashamm, yang berarti bulan Allah yang sunyi. Pada bulan tersebut tidak boleh ada peperangan, pertumpahan darah, dan perselisihan. 

Muharram termasuk bulan yang mulia, di antara 12 bulan Hijriyah. Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman dalam Alquran Surah At-Taubah ayat 36:

اِنَّ عِدَّةَ الشُّهُوْرِ عِنْدَ اللّٰهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِيْ كِتٰبِ اللّٰهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ مِنْهَآ اَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ۗذٰلِكَ الدِّيْنُ الْقَيِّمُ ەۙ فَلَا تَظْلِمُوْا فِيْهِنَّ اَنْفُسَكُمْ وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِيْنَ كَاۤفَّةً كَمَا يُقَاتِلُوْنَكُمْ كَاۤفَّةً وَاعْلَمُوْٓا اَنَّ اللّٰهَ مَعَ الْمُتَّقِيْنَ

 Artinya: “Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah ialah dua belas bulan, (sebagaimana) ketetapan Allah (di Lauhulmahfuz) pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menzalimi dirimu padanya (empat bulan itu), dan perangilah orang-orang musyrik semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya. Ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang bertakwa.”

BACA JUGA: Meresapi Tradisi dan Kemeriahan Bulan Rajab di Kota Tarim

Dalam kitab I’anah at-Thalibin, terdapat rangkuman beberapa peristiwa bersejarah yang terjadi pada bulan Muharram, antara lain:

1. Allah SWT menerima taubat Nabi Adam ‘alaihissalam setelah turun dari surga.

2. Allah SWT mengangkat Nabi Idris AS ke tempat yang tinggi.

3. Allah SWT menurunkan Nabi Nuh AS dari kapal, setelah banjir bandang.

4. Allah SWT menyelamatkan Nabi Ibrahim AS dari bakaran apinya Raja Namrud.

5. Allah SWT menurunkan kitab Taurat pada Nabi Musa AS.

6. Allah SWT mengeluarkan Nabi Yusuf AS dari penjara.

7. Allah SWT menyembuhkan kebutaan Nabi Ya’qub AS dengan wasilah pakaiannya Nabi Yusuf AS.

8. Allah SWT menyembuhkan Nabi Ayyub AS dari sakit kulit yang berkepanjangan.

9. Allah SWT mengeluarkan Nabi Yunus AS dari perut ikan Nun.

10. Allah SWT menibakkan lautan bagi Bani Israil yang melarikan diri dari kejaran Raja Fir’aun Mesir yang kejam.

11. Allah SWT mengampuni kesalahan Nabi Dawud AS.

12. Allah SWT memberi Nabi Sulaiman AS kekuasaan berupa kerajaan.

13. Allah SWT mengangkat Nabi Isa AS ke langit setelah bangsa Romawi mengepungnya.

14. Allah SWT mengampuni kesalahan yang telah lewat dan yang akan datang dari Nabi Muhammad SAW.

Syekh Abdul Hamid dalam kitabnya Kanzun Naja was Surur Fi Ad’iyyati Tasyrahus Shudur, menyebutkan kesunnahan pada bulan Muharram dengan Nadhom berikut:

فِى يوْمِ عَاشُوْرَاءَ عَشْرٌ تَتَّصِلْ * بِهَا اثْنَتَانِ وَلهَاَ فَضْلٌ نُقِلْ

صُمْ صَلِّ صلْ زُرْ عَالمِاً عُدْ وَاكْتَحِلْ * رَأْسُ الْيَتِيْمِ امْسَحْ تَصَدَّقْ وَاغْتَسِلْ

وَسِّعْ عَلَى اْلعِيَالِ قَلِّمْ ظُفْرَا * وَسُوْرَةَ الْاِخْلاَصِ قُلْ اَلْفَ تَصِلْ

Artinya: “Ada sepuluh amalan di dalam bulan ‘asyura, dengan tambahan lagi dua amalan lebih sempurna. Berpuasalah, shalatlah, sambung silaturrahim, ziarahilah  orang alim, jenguklah orang sakit, dan pakailah celak mata. Usaplah kepala anak yatim, bersedekah, dan mandi sunnah (Asyuro), menambah nafkah keluarga, memotong kuku, serta membaca surat al-Ikhlas seribu kali.”

BACA JUGA: Keistimewaan Bulan Dzulhijjah, Nomor 3 Pasti Banyak yang Suka

Membaca doa akhir tahun sebelum waktu Maghrib pada hari terakhir bulan Dzulhijjah, dan doa awal tahun sesudah Maghrib.


  اَللّٰهُمَّ مَا عَمِلْتُ مِنْ عَمَلٍ فِي هٰذِهِ السَّنَةِ مَا نَهَيْتَنِي عَنْهُ وَلَمْ أَتُبْ مِنْهُ وَحَلُمْتَ فِيْها عَلَيَّ بِفَضْلِكَ بَعْدَ قُدْرَتِكَ عَلَى عُقُوْبَتِيْ وَدَعَوْتَنِيْ إِلَى التَّوْبَةِ مِنْ بَعْدِ جَرَاءَتِيْ عَلَى مَعْصِيَتِكَ فَإِنِّي اسْتَغْفَرْتُكَ فَاغْفِرْلِيْ وَمَا عَمِلْتُ فِيْهَا مِمَّا تَرْضَى وَوَعَدْتَّنِي عَلَيْهِ الثَّوَابَ فَأَسْئَلُكَ أَنْ تَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَلَا تَقْطَعْ رَجَائِيْ مِنْكَ يَا كَرِيْمُ

Artinya: “Tuhanku, aku meminta ampun atas perbuatanku di tahun ini yang termasuk Kau larang-sementara aku belum sempat bertobat, perbuatanku yang Kau maklumi karena kemurahan-Mu-sementara Kau mampu menyiksaku, dan perbuatan (dosa) yang Kau perintahkan untuk tobat-sementara aku menerjangnya yang berarti mendurhakai-Mu. Tuhanku, aku berharap Kau menerima perbuatanku yang Kau ridhai di tahun ini dan perbuatanku yang terjanjikan pahala-Mu. Janganlah Kau membuatku putus asa. Wahai Tuhan Yang Maha Pemurah.”


   اَللّٰهُمَّ أَنْتَ الأَبَدِيُّ القَدِيمُ الأَوَّلُ وَعَلَى فَضْلِكَ العَظِيْمِ وَكَرِيْمِ جُوْدِكَ المُعَوَّلُ، وَهٰذَا عَامٌ جَدِيْدٌ قَدْ أَقْبَلَ، أَسْأَلُكَ العِصْمَةَ فِيْهِ مِنَ الشَّيْطَانِ وَأَوْلِيَائِهِ، وَالعَوْنَ عَلَى هٰذِهِ النَّفْسِ الأَمَّارَةِ بِالسُّوْءِ، وَالاِشْتِغَالَ بِمَا يُقَرِّبُنِيْ إِلَيْكَ زُلْفَى يَاذَا الجَلَالِ وَالإِكْرَامِ   

Artinya: “Tuhanku, Kau yang Abadi, Qadim, dan Awal. Atas karunia-Mu yang besar dan kemurahan-Mu yang mulia, Kau menjadi pintu harapan. Tahun baru ini sudah tiba. Aku berlindung kepada-Mu dari bujukan Iblis dan para walinya di tahun ini. Aku pun mengharap pertolongan-Mu dalam mengatasi nafsu yang kerap mendorongku berlaku jahat. Kepada-Mu, aku memohon bimbingan agar aktivitas keseharian mendekatkanku pada rahmat-Mu. Wahai Tuhan Pemilik Kebesaran dan Kemuliaan.”

Rasulullah memerintahkan umat muslim untuk berpuasa pada hari Asyura karena keagungannya. Ternyata umat Yahudi dari kalangan Bani Israil juga berpuasa pada hari tersebut, bahkan menjadikannya sebagai hari raya.

Rasulullah bersabda dalam hadis berikut:


عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ قَدِمَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَدِينَةَ فَرَأَى الْيَهُودَ تَصُومُ يَوْمَ عَاشُورَاءَ فَقَالَ مَا هَذَا قَالُوا هَذَا يَوْمٌ صَالِحٌ  هَذَا يَوْمٌ نَجَّى اللَّهُ بَنِي إِسْرَائِيلَ مِنْ عَدُوِّهِمْ فَصَامَهُ مُوسَى قَالَ فَأَنَا أَحَقُّ بِمُوسَى مِنْكُمْ فَصَامَهُ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ

Artinya: “Dari Ibn Abbas radhiyallahu ‘anhu berkata: bahwa suatu ketika Rasulullah SAW datang ke kota Madinah, lalu melihat para kaum yahudi sedang berpuasa pada hari asyuro, lalu Rasulullah SAW bertanya, ‘Apa ini (apa yang kalian lakukan)?’ Mereka menjawab: ‘Ini adalah hari yang baik, hari diselamatkannya bani israil dari musuh mereka, dan Musa berpuasa’, (dan di lafaz pada Riwayat imam Muslim ada tambahan kata -sebagai rasa Syukur) maka Rasulullah saw bersabda maka saya lebih berhak kepada nabi Musa daripada kalian, maka Rasulullah berpuasa dan memerintahkan umatnya untuk berpuasa pada harai Asyuro,” (HR Al-Bukhari & Muslim).

BACA JUGA: Keutamaan Bulan Sya’ban dan Persiapan Menyambut Ramadhan

Rasulullah SAW sering menegaskan pentingnya umat Muslim membedakan amaliyah mereka dari umat Yahudi dalam berbagai kesempatan. Contoh konkretnya adalah dalam penampilan fisik, di mana beliau menyarankan umat Muslim untuk memelihara jenggot dan memotong kumis sebagai identitas yang membedakan.

Terkait puasa Asyura, beliau juga mengarahkan umat Muslim untuk membedakannya dari praktik umat Yahudi dengan berpuasa sehari sebelumnya, yaitu pada hari kesembilan bulan Muharram (Tasu’a). Rasulullah SAW bersabda: 

عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: لَمَّا صَامَ رَسُولُ اللَّهِ يَوْمَ عَاشُورَاءَ، وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ، قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِنَّهُ يَوْمٌ تُعَظِّمُهُ الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى، فَقَالَ: إِذَا كَانَ عَامُ الْمُقْبِلِ إِنْ شَاءَ اللَّهُ صُمْنَا الْيَوْمَ التَّاسِعَ، قَالَ: فَلَمْ يَأْتِ الْعَامُ الْمُقْبِلُ حَتَّى تُوُفِّيَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ.

Artinya: “Dari Ibnu Abbas RA dari Rasulullah SAW: ketika Rasulullah saw berpuasa pada hari Asyuro dan memerintahkan kepada para sahabatnya untuk berpuasa, mereka berkata: bukankan asyuro adalah hari yang diagungkan oleh para umat yahudi dan jug Nasrani?, Rasulullah menjawab: insha Allah tahun depan (jika sampai usiaku) kita akan berpuasa pada hari kesembilan(untuk membedakan dengan yahudi dan nasrani. Ibnu Abbas berkata: sebelum tahun baru tiba, Rasulullah terdahulu wafat,” (HR Muslim).

غنْ أَبي قَتَادَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ: أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سُئِلَ عَنْ صِيامِ يَوْمِ  عَاشُوراءَ، فَقَالَ: يُكَفِّرُ السَّنَةَ المَاضِيَةَ

Artinya: “Dari Abu Qatadah RA: sungguh Rasulullah SAW bersabda pernah ditanya tentang keutamaan puasa hari Asyuro, lalu beliau menjawab: ‘Puasa Asyuro melebur dosa setahun yang telah lewat’.” (HR Muslim).

Di antara berbagai selebrasi perayaan spirit Tahun Baru Hijriyah di Indonesia, banyak yang menggelar acara santunan anak yatim pada hari Asyura. Hari ini masyhur sebagai ‘Hari Raya Anak Yatim’.

Selain itu, ada anjuran bagi seorang kepala keluarga, bos, ataupun atasan untuk memberikan nafkah, bonus, atau hadiah tambahan kepada orang-orang yang berada di bawah tanggung jawabnya sebagai bentuk sedekah pada hari Asyura.

Sunnah lainnya seperti penjelasan Abuya Alawi Al-Maliki adalah meminum susu putih. Ini sebagai bentuk tafa’ul (optimisme), dan guru kami, Prof. Ali Mustafa Yaqub, menyebutnya sebagai ad-du’a bi rumuz (doa dengan simbolik).

Contohnya seperti yang terjadi saat shalat istisqa (meminta hujan), Rasulullah membalikkan posisi sorban sebagai simbol permohonan agar kondisi paceklik dan kekeringan dapat berganti dengan kondisi yang lebih baik.

Meminum susu putih pada malam Tahun Baru Hijriyah sembari berdoa. Semoga tahun yang akan datang menjadi tahun yang putih bersih, penuh dengan kebaikan dan keberkahan, sebagaimana keberkahan dan kebaikan yang terkandung dalam susu putih:

اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيهِ وَزِدْنَا مِنْهُ

Artinya: “Ya Allah berkahilah minuman kami dan tambahkanlah kami darinya (rejeki)pada kami.” 

Semoga spirit Tahun Baru Hijriyah ini menjadi momentum bagi kita untuk lebih merefleksikan diri dengan penuh kebaikan dan kebermanfaatan bagi sesama. Kita harus lebih bijak dalam menggunakan waktu dan harta untuk hal-hal yang membawa maslahat dan manfaat.

Kita juga harus berupaya menjauhi segala keburukan, dosa, maksiat, dan kezaliman baik terhadap diri sendiri maupun orang lain. Harapannya, tahun ini menjadi lebih produktif dari tahun-tahun sebelumnya.

Ajal tidak menunggu pergantian tahun, ia datang kapan saja dan di mana saja saat waktunya telah tiba. Oleh karena itu, perbekalan takwa harus tetap menjadi kunci agar untuk selalu bersiap menyambut kedatangannya. Wallahu A’lam

Author: Nurkholilah El-Manun (Akademisi dan Aktivis Dakwah Muslimah)
Editor: Sylvia Kurnia Ritonga (Founder tatsqif.com)

  • Tatsqif hadir sebagai platform edukasi digital yang dirintis oleh Team Tatsqif sejak 5 Januari 2024. Kami mengajak Anda untuk menjelajahi dunia dakwah, ilmu pengetahuan, dan wawasan keislaman melalui website kami. Bergabunglah bersama kami dan jadilah bagian dari kontributor syi'ar Islam.

    Lihat semua pos Lecturer

Tatsqif Media Dakwah & Kajian Islam

Tatsqif hadir sebagai platform edukasi digital yang dirintis oleh Team Tatsqif sejak 5 Januari 2024. Kami mengajak Anda untuk menjelajahi dunia dakwah, ilmu pengetahuan, dan wawasan keislaman melalui website kami. Bergabunglah bersama kami dan jadilah bagian dari kontributor syi'ar Islam.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

× Chat Kami Yuk