Aqidah & AkhlakGaya Hidup

5 Amalan Sunnah Jelang Tidur: Raih Pahala Besar dengan Mudah

TATSQIF ONLINE – Umat Islam yang terbaik adalah yang mengikuti amalan sunnah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka berupaya menjalankannya dari bangun tidur hingga tidur lagi.

Rasulullah SAW merupakan suri tauladan dalam kehidupan sehari-hari, termasuk dalam hal adab tidur. Sebaiknya setiap Muslim melakukan amalan sunnah Nabi SAW menjelang tidur.

Amalan ini bertujuan untuk selalu mengingat Allah Subhanahu wa ta’ala, bahkan dalam keadaan mau tidur sekalipun. Hal ini tertuang dalam Al-Quran surat Ali Imran ayat 191:

الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَٰذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

Artinya: “(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.”

Ayat ini menekankan pentingnya mengingat Allah dalam segala keadaan—berdiri, duduk, dan berbaring—serta merenungkan penciptaan langit dan bumi untuk menyadari kebesaran-Nya. Ini mengajarkan bahwa dzikir dan tafakur adalah bentuk ibadah yang dapat dilakukan dalam berbagai kondisi, serta mengingatkan tentang pengakuan akan keagungan Allah dan kesadaran akan kehidupan akhirat.

BACA JUGA: Love Language Ala Rasulullah: Menggali Cinta dalam Sunnah

Wudhu umumnya dilakukan sebelum melaksanakan shalat wajib atau sunnah. Namun, wudhu juga sangat dianjurkan sebelum tidur.

Melansir dari detik.com, Rasulullah SAW selalu berwudhu menjelang tidur. Hal ini berdasarkan riwayat Al Bara bin Azib, bahwa Rasulullah SAW bersabda:

إِذَا أَتَيْتَ مَضْجَعَكَ فَتَوَضَّأْ وُضُوءَكَ لِلصَّلاَةِ ، ثُمَّ اضْطَجِعْ عَلَى شِقِّكَ الأَيْمَنِ

Artinya: “Jika engkau hendak mendatangi tempat tidurmu, hendaklah engkau berwudhu seperti wudhu untuk shalat, lalu berbaringlah pada sisi kanan badanmu,” (HR Bukhari dan Muslim).

Imam Nawawi juga menjelaskan dalam Kitab Al Adzkar tentang anjuran berwudhu sebelum tidur. Ia menekankan bahwa kematian bisa datang kapan saja, termasuk saat tidur. Oleh karena itu, bersuci dari hadas sebelum tidur merupakan ibadah yang mustahab.

Amalan menjelang tidur selanjutnya adalah membaca Ayat Kursi. Dengan izin Allah SWT, amalan ini menjaga seseorang dari berbagai gangguan dan ancaman yang mungkin datang dari setan selama tidur.

Hal ini sesuai dengan riwayat Abu Hurairah, bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda:

فَذَكَرَ الْحَدِيثَ فَقَالَ إِذَا أَوَيْتَ إِلَى فِرَاشِكَ فَاقْرَأْ آيَةَ الْكُرْسِىِّ لَنْ يَزَالَ عَلَيْكَ مِنَ اللَّهِ حَافِظٌ ، وَلاَ يَقْرَبُكَ شَيْطَانٌ حَتَّى تُصْبِحَ

Artinya: “Jika kamu hendak berbaring di atas tempat tidurmu, bacalah ayat Kursi. Karena dengannya kamu selalu dijaga oleh Allah dan setan tidak akan dapat mendekatimu hingga pagi,” (HR Bukhari).

Ayat Kursi adalah salah satu ayat paling agung dalam Al-Quran, dengan derajat tinggi dalam menegaskan keesaan Allah SWT. Membaca Ayat Kursi tidak hanya menguatkan keyakinan akan kebesaran Allah, tetapi juga memberikan ketenangan hati dan menjaga kualitas tidur.

BACA JUGA: 6 Amalan Sunnah pada Saat Idul Adha, Nomor 6 Menjadi Pembeda

Rasulullah SAW menganjurkan Umat Muslim membaca surat-surat tertentu dalam Al-Quran menjelang tidur. Surat-surat tersebut adalah Surat Al-Ikhlas, Surat Al-Falaq, dan Surat An-Naas.

Rasulullah SAW rutin membaca ketiga surat ini tiga kali sebelum tidur, dan membaca Surat Al-Ikhlas tiga kali setara dengan mengkhatamkan Al-Quran. Hal ini sesuai dengan hadis dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata:

أَنَّ النَّبِىَّ – صلى الله عليه وسلم – كَانَ إِذَا أَوَى إِلَى فِرَاشِهِ كُلَّ لَيْلَةٍ جَمَعَ كَفَّيْهِ ثُمَّ نَفَثَ فِيهِمَا فَقَرَأَ فِيهِمَا ( قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ ) وَ ( قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ ) وَ ( قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ ) ثُمَّ يَمْسَحُ بِهِمَا مَا اسْتَطَاعَ مِنْ جَسَدِهِ يَبْدَأُ بِهِمَا عَلَى رَأْسِهِ وَوَجْهِهِ وَمَا أَقْبَلَ مِنْ جَسَدِهِ يَفْعَلُ ذَلِكَ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ

Artinya: “Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam ketika berada di tempat tidur di setiap malam, beliau mengumpulkan kedua telapak tangannya lalu kedua telapak tangan tersebut ditiup dan dibacakan ’Qul huwallahu ahad’ (surah Al-Ikhlas), ’Qul a’udzu birobbil falaq’ (surah Al-Falaq) dan ’Qul a’udzu birobbin naas’ (surah An-Naas). Kemudian beliau mengusapkan kedua telapak tangan tadi pada anggota tubuh yang mampu dijangkau dimulai dari kepala, wajah, dan tubuh bagian depan. Beliau melakukan yang demikian sebanyak tiga kali,” (HR Bukhari).

Membaca doa sebelum tidur berfungsi sebagai pengingat kepada Allah SWT atas segala nikmat dan karunia-Nya. Dengan membaca doa ini, seseorang akan terhindar dari gangguan setan dan mimpi buruk.

Nabi Muhammad SAW selalu berdoa sebelum tidur, sebagaimana tercantum dalam hadis riwayat Hudzaifah, yaitu:

كَانَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – إِذَا أَرَادَ أَنْ يَنَامَ قَالَ بِاسْمِكَ اللَّهُمَّ أَمُوتُ وَأَحْيَا وَإِذَا اسْتَيْقَظَ مِنْ مَنَامِهِ قَالَ الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِى أَحْيَانَا بَعْدَ مَا أَمَاتَنَا ، وَإِلَيْهِ النُّشُورُ

Artinya: “Apabila Nabi Muhammad SAW hendak tidur, beliau membaca doa ‘Bismika allahumma amutu waahya (Dengan nama-Mu, Ya Allah aku mati dan aku hidup).’ Dan apabila bangun tidur, Beliau berdoa: ‘Alhamdulillahilladzi ahyana ba’da maa amatana wailaihinnusyur (Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami setelah mematikan kami, dan kepadaNya lah tempat kembali),” (HR Bukhari).

Selain berdoa dan berdzikir sesuai amalan sunnah Rasulullah SAW, memaafkan kesalahan orang lain juga sangat penting sebelum tidur. Memaafkan adalah amalan yang sangat mulia.

Meskipun tidak semua orang mudah melupakan perbuatan atau rasa sakit hati yang dirasakan, setiap Muslim dianjurkan untuk memaafkan kesalahan orang-orang di sekelilingnya.

Allah SWT berfirman dalam Alquran Surah An-Nur ayat 22:

وَلَا يَأْتَلِ أُولُو الْفَضْلِ مِنْكُمْ وَالسَّعَةِ أَنْ يُؤْتُوا أُولِي الْقُرْبَى وَالْمَسَاكِينَ وَالْمُهَاجِرِينَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَلْيَعْفُوا وَلْيَصْفَحُوا أَلَا تُحِبُّونَ أَنْ يَغْفِرَ اللَّهُ لَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ

Artinya: “Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kaum kerabat(nya), orang-orang yang miskin dan orang-orang yang berhijrah pada jalan Allah, dan hendaklah mereka mema’afkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

BACA JUGA: Shalat Tarawih: Ibadah Sunnah dengan Ganjaran Berlimpah

Dalam kitab Zuhud, Abdullah bin Mubarok rahimahullah menceritakan kisah menarik dari riwayat Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu. Ia menceritakan bahwa saat para sahabat duduk bersama Rasulullah SAW, beliau bersabda, “Sebentar lagi akan datang seorang penghuni surga.” Seorang laki-laki Anshor datang, mengenakan sandal dan dengan air wudhu yang masih membasahi janggutnya.

Keesokan harinya, Rasulullah SAW mengulang sabda yang sama, dan laki-laki Anshor yang sama muncul lagi. Ini terjadi selama tiga hari berturut-turut, membuat Abdullah bin Amr bin Ash penasaran dengan amalan laki-laki tersebut. Ia menginap di rumahnya selama tiga malam, namun tidak menemukan amalan istimewa.

Saat hendak pulang, Abdullah bin Amr bertanya kepada laki-laki Anshor tentang amalan yang dilakukannya. Laki-laki tersebut menjelaskan bahwa ia tidak memiliki amalan khusus selain memaafkan kesalahan orang lain dan membersihkan hati dari iri dan hasad sebelum tidur.

Amal sunnah ini, yaitu memaafkan dan membersihkan hati, ternyata yang membuatnya mendapat jaminan masuk surga. Sikap memaafkan terdapat dalam Al-Quran Asy Syura ayat 40:

وَجَزٰۤؤُا سَيِّئَةٍ سَيِّئَةٌ مِّثْلُهَاۚ فَمَنْ عَفَا وَاَصْلَحَ فَاَجْرُهٗ عَلَى اللّٰهِۗ اِنَّهٗ لَا يُحِبُّ الظّٰلِمِيْنَ

Artinya: “Balasan suatu keburukan adalah keburukan yang setimpal. Akan tetapi, siapa yang memaafkan dan berbuat baik (kepada orang yang berbuat jahat), maka pahalanya dari Allah. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang zalim.”

Ayat ini mengajarkan prinsip keadilan dan kebaikan. Balasan untuk keburukan adalah hukuman setimpal, tetapi memaafkan dan berbuat baik lebih utama dan mendapat pahala dari Allah. Allah tidak menyukai orang-orang zalim, sehingga memaafkan dan memperbaiki hubungan adalah tindakan yang lebih mulia.

Memaafkan dapat membawa cinta dan kemuliaan di sisi Allah SWT. Sifat memaafkan adalah sifat ahli surga, dengan pahala yang tidak terbatas. Allah SWT akan menempatkan setiap hamba-Nya yang mudah memaafkan di derajat yang tertinggi.

Melakukan amalan sunnah menjelang tidur, seperti memaafkan kesalahan orang lain, sering kali terasa sulit. Namun, hal ini jauh lebih baik daripada menyimpan perasaan marah, dengki, dan dendam yang hanya menimbulkan dosa.

Membersihkan hati dan jiwa dengan mudah memberi maaf kepada orang lain akan membuat hati menjadi tenang dan damai. Dengan memaafkan, hati menjadi lebih lembut dan lebih mudah menerima segala kebaikan.

Author: Devi Kumala Sari (Kontributor Tatsqif dan Aktivis Dakwah Muslimah)
Editor: Sylvia Kurnia Ritonga (Founder tatsqif.com)

  • Tatsqif Media Dakwah & Kajian Islam

    Tatsqif hadir sebagai platform edukasi digital yang dirintis oleh Team Tatsqif sejak 5 Januari 2024. Kami mengajak Anda untuk menjelajahi dunia dakwah, ilmu pengetahuan, dan wawasan keislaman melalui website kami. Bergabunglah bersama kami dan jadilah bagian dari kontributor syi'ar Islam.

    Lihat semua pos Lecturer

Tatsqif Media Dakwah & Kajian Islam

Tatsqif hadir sebagai platform edukasi digital yang dirintis oleh Team Tatsqif sejak 5 Januari 2024. Kami mengajak Anda untuk menjelajahi dunia dakwah, ilmu pengetahuan, dan wawasan keislaman melalui website kami. Bergabunglah bersama kami dan jadilah bagian dari kontributor syi'ar Islam.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

× Chat Kami Yuk