Adab & HumanioraLifestyle

Bahaya Normalisasi LGBT dan Pentingnya Kembali kepada Fitrah

TATSQIF ONLINE Baru-baru ini viral seorang waria, pelaku LGBT mengenakan cadar saat menghadiri pengajian. Teman-teman perempuannya tidak melarang tindakannya tersebut.

Fenomena LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender) semakin menjamur di berbagai kalangan, seolah tindakan penyimpangan tersebut sudah menjadi hal yang lumrah. Akibatnya, jarang ada yang mengingatkan bahwa itu dosa besar.

Padahal, umat Nabi Luth AS diazab Allah karena melampiaskan nafsu kepada sesama jenis dan enggan bertobat. Lebih memprihatinkan, media barat yang mendukung LGBT semakin agresif.

Mereka menyebarluaskan propaganda LGBT melalui film, animasi, game, dan lainnya. Mereka mengatasnamakan keadilan atas aksi pembenaran terhadap penyimpangan seksual yang sangat bertentangan dengan fitrah manusia ini.

Sejak awal penciptaannya, manusia bertugas untuk mengemban misi dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala untuk menjadi khalifah, yaitu pemimpin di bumi. Tugas ini berarti mereka harus berperan sebagai pemimpin dan pengelola bumi.

Menurut penuturan Ustadz Adi Hidayat, kata “khalifah” berakar dari kata “khalafa” yang juga berarti saling menggantikan atau meneruskan. Artinya, manusia memiliki kewajiban untuk meneruskan misi kemanusiaan yaitu berketurunan sampai nantinya kembali kepada Allah SWT.

Fitrah manusia adalah berpasangan, lelaki dan perempuan, lalu meneruskan keturunan yang akan menjadi wasilah kebaikan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Al-Qur’an menjelaskan dengan gamblang tujuan penciptaan manusia dalam surah Al-Baqarah ayat 30:

وَاِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلٰۤىِٕكَةِ ِانِّيْ جَاعِلٌ فِى الْاَرْضِ خَلِيْفَةًۗ قَالُوْٓا اَتَجْعَلُ فِيْهَا مَنْ يُّفْسِدُ فِيْهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاۤءَۚ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَۗ قَالَ اِنِّيْٓ اَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُوْنَ

Artinya: “Ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”

Allah SWT menciptakan Nabi Adam Alaihissalam, mengajarinya berbagai ilmu, dan menciptakan Siti Hawa dari sebagian rusuknya sebagai pendamping hidup di surga. Setelah itu, mereka diturunkan ke bumi untuk menjalankan misi dari Allah SWT.

Adam dan Hawa saling melengkapi, menghasilkan keturunan yang kini tersebar di seluruh bumi dengan berbagai ras dan suku bangsa. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Al-Qur’an surah An-Nisa ayat 1.

يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَّفْسٍ وَّاحِدَةٍ وَّخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيْرًا وَّنِسَاۤءًۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ الَّذِيْ تَسَاۤءَلُوْنَ بِهٖ وَالْاَرْحَامَۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا

Artinya: “Wahai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakanmu dari diri yang satu (Adam) dan Dia menciptakan darinya pasangannya (Hawa). Dari keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Bertakwalah kepada Allah yang dengan nama-Nya kamu saling meminta dan (peliharalah) hubungan kekeluargaan. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasimu.”

Berdasarkan ayat tersebut, Allah SWT menciptakan manusia berpasangan, lelaki dan perempuan, untuk saling menyempurnakan dan menjaga ketakwaan. Lelaki dan perempuan yang saling melengkapi ini bekerja sama dalam menerapkan ilmu kehidupan dan syariat Allah SWT.

Dengan demikian, mereka dapat membangun peradaban yang lebih baik di masa depan. Karena itu, LGBT sangat bertentangan dengan kodrat manusia yang diciptakan berpasang-pasangan oleh Allah SWT.

Mengubah fisik dan penampilan yang tidak sesuai kodrat berarti menentang aturan Allah SWT. Terlebih lagi, jika seseorang menyukai dan melampiaskan syahwatnya kepada sesama jenis, itu merupakan dosa berat yang hukumannya melebihi dosa zina.

Bahaya LGBT terletak pada dampaknya terhadap struktur sosial dan moral, karena dapat mengubah nilai-nilai keluarga dan pernikahan serta menimbulkan konflik dalam masyarakat. Selain itu, perilaku LGBT juga berisiko menimbulkan masalah kesehatan, seperti penyakit menular seksual dan gangguan mental.

Menormalisasi perbuatan yang menyimpang dari aturan dan hukum Allah SWT adalah tindakan yang salah. Meskipun dengan dalih toleransi, tindakan ini tidak dapat dibenarkan, karena seharusnya pelaku LGBT dibimbing untuk kembali ke fitrahnya.

Sebagai Muslim yang baik, seharusnya memberitahu pelaku LGBT bahwa kecenderungan mereka salah, dan berikan nasihat, serta bimbingan kepada mereka untuk kembali ke kodratnya. Jangan mendukung penyimpangan atau membiarkan mereka semakin terjerumus ke dalam dosa besar ini.

Gunakan cara yang baik dalam meluruskan mereka, hindari penghinaan yang bisa membuat mereka semakin jauh. Ingatlah bahwa Allah Maha Pemaaf dan Maha Pengampun.

Penulis: Nur Asyiah Muzakir

Seorang tholibatul ilmi, pencari ridho Allah dan orang tua, menyukai bidang penulisan apapun jenisnya, baik itu artikel atau novel, bercita-cita ingin menjadikan tulisan sebagai jalan dakwah.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

× Chat Kami Yuk