Aqidah & Akhlak

Klasifikasi Akidah Manusia: Mukmin, Kafir, Munafik, dan Musyrik

TATSQIF ONLINE – Akidah adalah pondasi dalam Islam yang menjadi tolok ukur hubungan manusia dengan Allah SWT. Dalam Islam, manusia diklasifikasikan berdasarkan keimanan mereka kepada Allah SWT dan kebenaran risalah Nabi Muhammad ﷺ. Kategori ini mencakup Mukmin, Kafir, Munafik, dan Musyrik. Keempat golongan ini memiliki karakteristik khusus yang membedakan satu sama lain, baik dari sisi keyakinan, perilaku, maupun hubungan dengan ajaran Islam.

1. Mukmin: Orang yang Beriman

Secara terminologi, Mukmin (مؤمن) adalah seorang Muslim yang memiliki keimanan penuh kepada Allah SWT, memenuhi segala perintah-Nya, dan menjauhi larangan-Nya. Iman melibatkan keyakinan hati, pengakuan lisan, dan pembuktian dengan amal perbuatan.

Dalam Alquran Surah Al-Hujurat ayat 14, Allah SWT berfirman:

قَالَتِ ٱلۡأَعۡرَابُ ءَامَنَّاۖ قُل لَّمۡ تُؤۡمِنُواْ وَلَٰكِن قُولُوٓاْ أَسۡلَمۡنَا وَلَمَّا يَدۡخُلِ ٱلۡإِيمَٰنُ فِي قُلُوبِكُمۡۖ

Artinya: “Orang-orang Arab Badui itu berkata, ‘Kami telah beriman.’ Katakanlah, ‘Kamu belum beriman, tetapi katakanlah, ‘Kami telah tunduk,’ karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu.'”

Ayat ini menegaskan bahwa iman sejati harus tertanam dalam hati dan diwujudkan dalam amal saleh. Tafsir al-Ibrīz menjelaskan bahwa “tunduk” atau Islam dzahir berbeda dengan keimanan yang bersifat batin.

Karakteristik Mukmin

Mukmin sejati memiliki keyakinan penuh terhadap rukun iman, sebagaimana ditegaskan dalam Alquran Surah An-Nisa’ ayat 136:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ ءَامِنُواْ بِٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ وَٱلۡكِتَٰبِ ٱلَّذِي نَزَّلَ عَلَىٰ رَسُولِهِۦ

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, serta kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya.”

Mukmin (مؤمن) berasal dari kata iman, yang berarti kepercayaan atau keyakinan yang tertanam kuat di dalam hati. Mukmin adalah seseorang yang tidak hanya tunduk secara lahiriah kepada Islam, tetapi juga meyakini dengan sepenuh hati dan mengamalkan keimanan kepada Allah, Rasul-Nya, kitab-kitab-Nya, malaikat-malaikat-Nya, hari akhir, dan takdir baik maupun buruk.

Mukmin juga memiliki hati yang bersih dari hawa nafsu, sebagaimana sabda Nabi ﷺ:

“Tidak sempurna iman kalian sebelum hawa nafsunya mengikuti apa yang kubawa,” (HR Ahmad dan Thabrani).

Menurut Tafsir al-Ibriz, istilah “Mukmin” menggambarkan seseorang yang tidak hanya menjalankan ibadah secara formal, tetapi juga merasakan kedekatan batiniah kepada Allah. KH Bisri Mustofa menjelaskan bahwa iman tidak sekadar diucapkan, tetapi harus terefleksi dalam tindakan sehari-hari.

2. Kafir: Orang yang Ingkar

Kafir (كافر) berasal dari kata “kafara,” yang berarti menutupi atau mengingkari. Secara istilah, kafir merujuk kepada mereka yang menolak keimanan kepada Allah SWT dan risalah Nabi Muhammad ﷺ.

Dalam Alquran Surah Al-Baqarah ayat 6-7, Allah SWT berfirman:

إِنَّ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ سَوَآءٌ عَلَيۡهِمۡ ءَأَنذَرۡتَهُمۡ أَمۡ لَمۡ تُنذِرۡهُمۡ لَا يُؤۡمِنُونَ ٧ خَتَمَ ٱللَّهُ عَلَىٰ قُلُوبِهِمۡ وَعَلَىٰ سَمۡعِهِمۡ وَعَلَىٰٓ أَبۡصَٰرِهِمۡ غِشَٰوَةٌۖ

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, engkau beri peringatan atau tidak, mereka tidak akan beriman. Allah telah mengunci hati dan pendengaran mereka.”

Menurut Tafsīr al-Ibrīz, istilah kafir mencakup beberapa kategori, termasuk Ahlul Kitab (Yahudi dan Nasrani) dan Musyrik. Mereka diberi gelar kafir karena menolak keesaan Allah SWT dan kenabian Muhammad ﷺ.

Kafir dalam Islam terbagi menjadi beberapa jenis, di antaranya:

1. Kafir Harbi: Orang yang memusuhi Islam secara aktif.

2. Kafir Dzimmi: Orang non-Muslim yang hidup di bawah perlindungan negara Islam dan membayar jizyah.

3. Kafir Mu’ahad: Orang kafir yang terikat perjanjian damai dengan umat Islam.

4. Kafir Musta’man: Orang kafir yang mendapat jaminan keamanan dari umat Islam.

    Dalam Tafsir al-Ibriz, dijelaskan bahwa kekufuran seringkali timbul dari sikap sombong dan enggan menerima kebenaran, sebagaimana yang terlihat dalam kisah-kisah kaum terdahulu, seperti kaum Nabi Nuh dan Fir’aun.

    3. Munafik: Orang yang Berpura-pura Beriman

    Munafik berasal dari kata nifaq, yang berarti kepura-puraan. Orang munafik secara lahiriah menunjukkan keimanan, tetapi hati mereka menolak kebenaran.

    Dalam Alquran Surah Al-Baqarah ayat 8-9, Allah SWT berfirman:

    وَمِنَ ٱلنَّاسِ مَن يَقُولُ ءَامَنَّا بِٱللَّهِ وَبِٱلۡيَوۡمِ ٱلۡأٓخِرِ وَمَا هُم بِمُؤۡمِنِينَ يُخَٰدِعُونَ ٱللَّهَ وَٱلَّذِينَ ءَامَنُواْۖ وَمَا يَخۡدَعُونَ إِلَّآ أَنفُسَهُمۡ وَمَا يَشۡعُرُونَ

    Artinya: “Dan di antara manusia ada yang berkata, ‘Kami beriman kepada Allah dan hari kemudian,’ padahal mereka bukanlah orang-orang yang beriman. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu diri mereka sendiri tanpa mereka sadari.”

    Karakteristik Munafik

    Rasulullah ﷺ menyebutkan tiga tanda munafik dalam hadits:

    “Tanda-tanda orang munafik ada tiga: jika berbicara, ia berdusta; jika berjanji, ia mengingkari; jika diberi amanat, ia berkhianat,” (HR Bukhari dan Muslim).

    Munafik juga cenderung mengajak pada keburukan, sebagaimana disebutkan dalam Alquran Surah At-Taubah ayat 67:

    يَأۡمُرُونَ بِٱلۡمُنكَرِ وَيَنۡهَوۡنَ عَنِ ٱلۡمَعۡرُوفِ وَيَقۡبِضُونَ أَيۡدِيَهُمۡ

    Artinya: “Mereka menyuruh berbuat yang mungkar dan mencegah dari yang makruf, serta menggenggamkan tangan mereka (kikir).”

    KH Bisri Mustofa dalam Tafsir al-Ibriz mengaitkan kemunafikan dengan sifat hati yang penuh keraguan dan kedengkian. Menurutnya, orang munafik adalah mereka yang hidup di antara dua pilihan: iman dan kufur, tetapi mereka tidak memiliki keberanian untuk memilih salah satu secara tegas.

    4. Musyrik: Orang yang Menyekutukan Allah

    Musyrik berasal dari kata syirk, yang berarti menyekutukan Allah SWT dengan sesuatu selain-Nya. Mereka adalah orang-orang yang menyembah selain Allah atau mempersekutukan-Nya dalam bentuk ibadah maupun keyakinan.

    Dalam Alquran Surah Luqman ayat 13, Allah SWT berfirman:

    إِنَّ ٱلشِّرۡكَ لَظُلۡمٌ عَظِيمٌ

    Artinya: “Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.”

    Musyrik adalah golongan yang paling tegas disebutkan dalam Al-Qur’an untuk ditinggalkan, sebagaimana firman Allah dalam Alquran Surah Al-Kafirun ayat 6:

    لَكُمۡ دِينُكُمۡ وَلِيَ دِينِ

    Artinya: “Untukmu agamamu, dan untukku agamaku.”

    Syirik terbagi menjadi dua:

    1. Syirik Akbar: Menyekutukan Allah dalam bentuk ibadah, seperti menyembah berhala atau meminta pertolongan kepada selain Allah.

    2. Syirik Asghar: Syirik kecil yang berupa riya’ (pamer) atau menggantungkan hati pada sesuatu selain Allah.

      Dalam Tafsir al-Ibriz, KH Bisri Mustofa memberikan contoh syirik yang sering tidak disadari oleh manusia, seperti terlalu bergantung pada usaha manusiawi tanpa melibatkan Allah dalam doa dan tawakal.

      Pendekatan Psikologi dalam Memahami Akidah

      Pemahaman terhadap empat klasifikasi manusia dalam akidah juga dapat dilengkapi dengan pendekatan psikologis. Menurut teori psikoanalisis, keyakinan manusia sering kali berada dalam alam bawah sadar. Keyakinan yang tertanam kuat di dalam hati akan memengaruhi tindakan dan hasrat seseorang.

      Rasulullah SAW bersabda:

      “Tidak sempurna iman seseorang hingga hawa nafsunya mengikuti apa yang aku bawa,” (HR Ahmad dan Thabrani).

      Orang yang benar-benar mukmin akan menjadikan Allah sebagai tujuan tertinggi dalam hidupnya. Sebaliknya, orang kafir, munafik, dan musyrik cenderung terjebak dalam hawa nafsu yang menjauhkan mereka dari Allah.

      Kesimpulan

      Mukmin, kafir, munafik, dan musyrik adalah empat golongan manusia yang dibedakan berdasarkan hubungan mereka dengan akidah Islam. Mukmin adalah golongan yang beriman dengan hati, lisan, dan perbuatan; kafir adalah mereka yang menolak kebenaran; munafik adalah mereka yang menyembunyikan kekufuran di balik keimanan palsu; dan musyrik adalah mereka yang menyekutukan Allah dengan sesuatu selain-Nya.

      Melalui kajian ini, khususnya dengan pendekatan Tafsir al-Ibriz, kita diajak untuk memahami bahwa akidah tidak hanya persoalan formalitas atau label, tetapi tentang keyakinan yang tertanam dalam hati dan tercermin dalam perbuatan. Semoga kita termasuk dalam golongan orang-orang mukmin yang senantiasa istiqamah di jalan-Nya. Wallahua’lam.

      Ratna Daulay (Mahasiswa Prodi Teknologi Informasi UIN Syekh Ali Hasan Ahmad Addary Padangsidimpuan)

      Tatsqif Media Dakwah & Kajian Islam

      Tatsqif hadir sebagai platform edukasi digital yang dirintis oleh Team Tatsqif sejak 5 Januari 2024. Kami mengajak Anda untuk menjelajahi dunia dakwah, ilmu pengetahuan, dan wawasan keislaman melalui website kami. Bergabunglah bersama kami dan jadilah bagian dari kontributor syi'ar Islam.

      11 komentar pada “Klasifikasi Akidah Manusia: Mukmin, Kafir, Munafik, dan Musyrik

      • bagaimana cara menjaga akidah agar tidak tergelincir dalam kemunafikan, kesyirikan, dan kekafiran?

        Balas
      • Nur Hayana Putri

        Bagaimana pendapat pemakalah mengenai adanya sifat munafik, syirik yang di miliki oleh seorang mahasiswa

        Balas
      • Apakah faktor utama yang menyebabkan seseorang tergolong sebagai munafik dalam islam?

        Balas
      • Apabila ada seseorang yang memerintahkan kita melakukan suatu kebaikan tetapi dia sendiri tidak melaksanakannya apakah dia termasuk golongan orng yg munafik?

        Balas
      • Bagaimana pendapat anda,jika semisalnya anda mempunyai teman yang munafik dan sudah tidak mau mendengar saran dari siapapun, Bagaimana Cara anda Untuk Mengatasi Orang Tersebut?

        Balas
      • Endang Pratiwi Pohan

        Apa saja sikap yang harus kita terapkan agar tidak terjerumus dalam kekufuran, kemunafikan, atau kesyirikan?

        Balas
      • Nanda handayani hasibuan

        Apa yang menjadi penyebab seseorang melakukan syirik?

        Balas
      • bagaimana kita menanggapi seseorang yang dengan mudah mengklaim seseorang dengan sebutan munafik dan kafir?

        Balas
      • Apa saja faktor faktor yang bisa menyebabkan seseorang terjatuh dalam kekufuran menurut pandangan aqidah islam

        Balas
      • Wafiq Zaitunnah

        Apa saja perilaku-perilaku di kehidupan sehari-hari yang tanpa kita sadari telah membuat kita menjadi orang munafik?

        Balas

      Tinggalkan Balasan

      Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

      × Chat Kami Yuk