Bersyukur: Kunci Kebahagiaan dan Tanda Keimanan Seseorang
TATSQIF ONLINE – Bersyukur merupakan ungkapan rasa terima kasih kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang telah memberikan segala nikmat-Nya. Dengan demikian, seseorang akan lebih tenang dan bahagia menjalani hidup, serta membantu menghargai nikmat dan ujian yang diberikan Tuhan.
Dalam Islam, bersyukur dalam setiap keadaan merupakan kunci kebahagiaan, yang dapat meningkatkan hubungan dengan Allah dan orang lain, menyehatkan mental dan emosional, memberikan keberkahan hidup, ketabahan dalam menghadapi ujian, dan peningkatan ibadah.
Melansir dari laman kbbi.web.id, syukur adalah rasa terima kasih kepada Allah SWT, seperti mengucapkan terima kasih kepada-Nya karena mendapat suatu nikmat atau terlepas dari marabahaya. Bersyukur adalah mengucapkan terima kasih atau lega, seperti bersyukur karena terhindar dari bahaya atau kecelakaan.
Baca Juga: 3 Kewajiban Orang Tua Terhadap Anak, Begini Penjelasannya
Perintah Bersyukur
Orang yang pandai bersyukur akan memiliki sikap yang senantiasa optimis, selalu percaya dengan setiap ketentuan yang Allah SWT tetapkan. Dengan bersyukur, seseorang akan fokus pada hal-hal positif dalam hidupnya.
Bersyukur dapat menjadikan hati terasa lapang dan tenang. Allah SWT berjanji akan menambah nikmat-Nya kepada hamba-hamba yang pandai bersyukur, sebagaimana firman-Nya dalam Al-Qur’an surat Ibrahim ayat 7 yang berbunyi:
وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ
Artinya: “(Ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, ‘Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), sesungguhnya azab-Ku benar-benar sangat keras.'”
Ayat ini mengajarkan pentingnya bersyukur kepada Allah atas segala nikmat yang diberikan-Nya. Allah menyatakan bahwa jika manusia bersyukur, maka Allah akan menambahkan nikmat-Nya kepada mereka. Ini menunjukkan bahwa rasa syukur merupakan kunci untuk mendapatkan lebih banyak kebaikan dan berkah dari Allah.
Di sisi lain, jika manusia mengingkari nikmat Allah, mengabaikan atau tidak mensyukuri apa yang telah diberikan-Nya, maka mereka akan mendapat azab yang keras dari-Nya. Hal ini mengingatkan manusia untuk selalu mensyukuri nikmat Allah dan menjaga hubungan yang baik dengan-Nya, karena keingkaran dapat mengakibatkan kehilangan nikmat dan mendatangkan siksaan dari Allah.
Larangan Kufur Nikmat
Kebahagiaan akan hadir dalam hati orang yang bersyukur. Menerima jalan hidup yang merupakan takdir dari Allah SWT akan meminimalisir rasa kecewa dan menjadikan hidup lebih bahagia.
Bersyukur merupakan perintah Allah SWT, dan Allah SWT melarang hamba-Nya untuk berbuat ingkar kepada-Nya, sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an surat Al Baqarah ayat 152 berikut ini:
فَاذْكُرُوْنِيْٓ اَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْا لِيْ وَلَا تَكْفُرُوْنِ
Artinya: “Maka, ingatlah kepada-Ku, Aku pun akan ingat kepadamu. Bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah kamu ingkar kepada-Ku.”
Ayat ini menegaskan hubungan timbal balik antara manusia dan Allah. Manusia diingatkan untuk selalu mengingat Allah dalam setiap tindakan dan keputusan mereka, karena dengan mengingat Allah, mereka akan mendapatkan keberkahan, perlindungan, dan pertolongan-Nya.
Allah menjanjikan bahwa jika manusia mengingat-Nya dengan ikhlas, maka Allah juga akan mengingat mereka dan memberikan pertolongan serta perlindungan-Nya. Ini menunjukkan kasih sayang Allah kepada hamba-Nya yang senantiasa mengingat-Nya.
Selain itu, ayat ini menyeru manusia untuk bersyukur kepada Allah atas segala nikmat-Nya. Bersyukur adalah tindakan mensyukuri nikmat Allah dengan hati yang penuh kesyukuran dan pengakuan bahwa segala pemberian-Nya adalah karunia-Nya.
Sebaliknya, manusia haram mengingkari nikmat Allah, artinya mereka tidak boleh mengabaikan atau mengingkari kebaikan dan nikmat yang telah Allah berikan.
Cara Bersyukur
Menurut penjelasan Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani dalam kitab Mawa’izh, terdapat tiga cara untuk mengungkapkan rasa syukur, di antaranya adalah:
1. Bersyukur dengan lisan, yaitu mengakui bahwa nikmat itu berasal dari Allah SWT dan tidak menyandarkan kepada makhluk atau usaha diri sendiri. Bersyukur dengan lisan contohnya dengan mengucapkan hamdalah alhamdulillahi rabbil ‘alamiin.
2. Bersyukur dengan hati, dengan cara meyakini dalam hati bahwa semua nikmat dan karunia berasal dari Allah SWT, bukan dari selain-Nya.
3. Bersyukur dengan fisik, yaitu dengan menggunakan nikmat yang ada pada badan untuk ketaatan kepada Allah SWT, bukan untuk lainnya. Menjaga dan memanfaatkan setiap pemberian Allah SWT dengan sebaik-baiknya, dengan tidak menggunakannya untuk kemaksiatan.
Menjaga sikap bersyukur dalam setiap keadaan, termasuk dalam situasi yang sulit adalah tanda keimanan yang tinggi dan penting untuk mencapai ketenangan hati. Hal ini membutuhkan kesadaran akan kemampuan diri serta kemampuan untuk mengendalikan emosi.
Selain itu, mengucapkan terima kasih kepada Allah SWT dan orang lain serta mengamalkan sikap bersyukur dengan tindakan nyata juga menjadi bagian penting dari menjaga sikap positif. Memahami kebutuhan dan keinginan diri sendiri serta orang lain membantu kita untuk lebih menghargai nikmat yang Allah anugerahkan.
Mengikuti perintah Allah SWT dan memahami ajaran Islam juga membimbing kita dalam menghadapi tantangan hidup dengan penuh keyakinan. Dengan menerapkan sikap bersyukur ini, seseorang dapat menjalani kehidupan dengan lebih ikhlas dan tentram, meskipun dalam situasi yang sulit sekalipun.
Wallahu A’lam
Oleh Uswatun Jayanah
-
Tatsqif hadir sebagai platform edukasi digital yang dirintis oleh Team Tatsqif sejak 5 Januari 2024. Kami mengajak Anda untuk menjelajahi dunia dakwah, ilmu pengetahuan, dan wawasan keislaman melalui website kami. Bergabunglah bersama kami dan jadilah bagian dari kontributor syi'ar Islam.
Lihat semua pos Lecturer -