Variasi Redaksi Ayat Al-Qur’an di Kalangan Sahabat, Simak
TATSQIF ONLINE – Al-Qur’an adalah kitab suci yang diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad ﷺ melalui wahyu sebagai pedoman hidup bagi umat manusia. Sebagai kitab yang bersumber dari Allah, Al-Qur’an dijaga kemurniannya hingga hari kiamat. Namun, dalam sejarah penyebaran dan kodifikasinya, terdapat variasi dalam redaksi ayat yang dikutip berdasarkan lisan sebagian sahabat. Fenomena ini terjadi karena perbedaan dialek dan cara penghafalan di kalangan para sahabat yang berasal dari berbagai suku Arab.
Sejak awal, Nabi Muhammad ﷺ telah mengajarkan Al-Qur’an dalam berbagai dialek (ahruf) untuk memudahkan umat dalam membacanya. Hal ini disampaikan dalam hadits Nabi ﷺ:
إِنَّ هَذَا الْقُرْآنَ أُنْزِلَ عَلَى سَبْعَةِ أَحْرُفٍ، فَاقْرَءُوا مَا تَيَسَّرَ مِنْهُ
Artinya: “Sesungguhnya Al-Qur’an ini diturunkan dalam tujuh huruf, maka bacalah yang paling mudah bagimu,” (HR Bukhari dan Muslim).
Sebagian sahabat mencatat dan meriwayatkan bacaan Al-Qur’an sesuai dengan apa yang mereka dengar langsung dari Rasulullah ﷺ. Akibatnya, terdapat beberapa variasi dalam redaksi ayat, meskipun maknanya tetap sama. Fenomena ini menjadi bagian dari sejarah kodifikasi Al-Qur’an hingga akhirnya disatukan dalam Mushaf Utsmani.
Proses Penyampaian dan Penulisan Al-Qur’an di Masa Sahabat
Pada masa Rasulullah ﷺ, Al-Qur’an diturunkan secara bertahap dan dihafalkan oleh para sahabat. Sebagian sahabat juga menulis wahyu di berbagai media seperti kulit, tulang, dan pelepah kurma. Nabi ﷺ menunjuk beberapa sahabat untuk menulis wahyu, di antaranya:
1. Mu’awiyah bin Abi Sufyan
2. Ubay bin Ka‘b
3. Zaid bin Tsabit
4. Abdullah bin Mas‘ud
5. Ali bin Abi Thalib
Para sahabat ini memiliki peran penting dalam menjaga dan menyebarkan Al-Qur’an. Nabi Muhammad ﷺ membimbing mereka dalam menghafal dan menulis wahyu dengan teliti, memastikan bahwa tidak ada kesalahan dalam pencatatan maupun penghafalan.
Setelah wafatnya Rasulullah ﷺ, terjadi peperangan yang menyebabkan banyak sahabat penghafal Al-Qur’an gugur. Hal ini mendorong Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq untuk mengumpulkan Al-Qur’an dalam satu mushaf dengan menunjuk Zaid bin Tsabit sebagai pemimpin dalam pengumpulan tersebut.
Perbedaan Redaksi dalam Riwayat Sahabat
Meskipun Al-Qur’an telah dikodifikasi, pada masa awal Islam beberapa sahabat tetap meriwayatkan ayat-ayat dengan redaksi yang sedikit berbeda berdasarkan qira’at yang mereka terima langsung dari Rasulullah ﷺ. Beberapa sahabat yang terkenal dengan qira’at mereka adalah: Abdullah bin Mas’ud, Ubay bin Ka‘b, Zaid bin Tsabit, Ali bin Abi Thalib, dan Abu Musa Al-Asy‘ari.
Perbedaan ini bukanlah bentuk perubahan dalam isi Al-Qur’an, melainkan variasi dalam bacaan yang tetap memiliki makna yang sama.
Contoh Perbedaan Redaksi dalam Ayat
1. Surah Al-Hadid Ayat 13
Dalam Mushaf Utsmani:
يَوْمَ تَرَى ٱلْمُؤْمِنِينَ وَٱلْمُؤْمِنَٰتِ يَسْعَىٰ نُورُهُم بَيْنَ أَيْدِيهِمْ
Artinya: “Pada hari ketika kamu melihat orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan, cahaya mereka bersinar di hadapan dan di sebelah kanan mereka.”
Dalam Qira’at Ibnu Mas‘ud:
يَسْعَىٰ نُورُهُمْ بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَبِأَيْمَانِهِمْ
Artinya: “Cahaya mereka bersinar di hadapan mereka dan di sisi kanan mereka.”
Perbedaan: Dalam qira’at Ibnu Mas‘ud terdapat tambahan وَبِأَيْمَانِهِمْ (dan di sisi kanan mereka), yang meskipun secara redaksi berbeda, tetapi maknanya tetap sama.
2. Surah At-Taubah Ayat 100
Dalam Mushaf Utsmani:
وَٱلسَّٰبِقُونَ ٱلْأَوَّلُونَ مِنَ ٱلْمُهَٰجِرِينَ وَٱلْأَنصَارِ وَٱلَّذِينَ ٱتَّبَعُوهُم بِإِحْسَٰنٍ
Artinya: “Dan orang-orang yang terdahulu lagi pertama (masuk Islam) dari kalangan Muhajirin dan Anshar serta orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik.”
Dalam Qira’at Ubay bin Ka‘b:
وَٱلسَّٰبِقُونَ ٱلْأَوَّلُونَ مِنَ ٱلْمُهَٰجِرِينَ وَٱلْأَنصَارِ وَٱلَّذِينَ ٱتَّبَعُوهُم بِإِحْسَٰنٍ مِنْ بَعْدِهِمْ
Artinya: “… serta orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik setelah mereka.”
Perbedaan: Qira’at Ubay bin Ka‘b menambahkan مِنْ بَعْدِهِمْ (setelah mereka), yang memperjelas bahwa keutamaan tersebut juga berlaku bagi generasi setelah Muhajirin dan Anshar.
3. Surah Al-Fatihah Ayat 6
Dalam Mushaf Utsmani:
ٱهْدِنَا ٱلصِّرَٰطَ ٱلْمُسْتَقِيمَ
Artinya: “Tunjukilah kami jalan yang lurus.”
Dalam Qira’at Abu Musa Al-Asy‘ari:
ٱهْدِنَا ٱلصِّرَٰطَ ٱلْمُسْتَقِيمَ صِرَاطَ مَنْ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ
Artinya: “Tunjukilah kami jalan yang lurus, jalan orang-orang yang Engkau beri nikmat.”
Perbedaan: Qira’at Abu Musa Al-Asy‘ari menambahkan صِرَاطَ مَنْ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ, yang sebenarnya merupakan kelanjutan dari ayat berikutnya.
Penyatuan Mushaf pada Masa Utsman bin Affan
Pada masa Khalifah Utsman bin Affan, perbedaan dalam redaksi ini mulai menimbulkan kekhawatiran di kalangan umat Islam. Oleh karena itu, beliau memerintahkan penyusunan Mushaf Utsmani, yang disusun berdasarkan qira’at yang diajarkan Nabi ﷺ kepada Zaid bin Tsabit. Mushaf ini dikirim ke berbagai wilayah Islam, dan mushaf lain yang memiliki perbedaan signifikan diperintahkan untuk dimusnahkan.
Langkah ini bertujuan untuk menyatukan bacaan Al-Qur’an dalam satu standar resmi, sehingga tidak terjadi perbedaan yang dapat menyebabkan perselisihan di kalangan umat Islam.
Kesimpulan
Perbedaan redaksi ayat Al-Qur’an berdasarkan lisan sebagian sahabat adalah bagian dari sejarah kodifikasi wahyu. Fenomena ini menunjukkan fleksibilitas dalam penyampaian Al-Qur’an di masa awal Islam, sebelum akhirnya disatukan dalam Mushaf Utsmani. Namun, makna dan kandungan ayat tetap sama, menunjukkan bahwa Al-Qur’an tetap terjaga keasliannya hingga hari ini. Wallahua’lam.
Dinda Tri Juita Nasution (Mahasiswa Prodi PGMI UIN Syekh Ali Hasan Ahmad Addary Padangsidimpuan)
Apa saja faktor yang menyebabkan munculnya variasi redaksi ayat Al-Qur’an di kalangan sahabat?
Bagaimana sikap ulama terhadap perbedaan redaksi Al-Qur’an yang ditemukan di kalangan sahabat?
Bagaimana variasi redaksi ayat Al-Quran di kalangan sahabat mempengaruhi keotentikan dan keabsahan Al-Quran sebagai sumber hukum dan kebenaran?
Bagaimana perbedaan antara variasi redaksi yang terkait dengan ejaan ,tanda baca,dan struktur kalimat?