Tauhidullah: Esensi Keimanan dan Kunci Kebahagiaan Hakiki
TATSQIF ONLINE – Tauhid adalah prinsip utama dalam Islam yang menjadi fondasi bagi seluruh aspek kehidupan seorang Muslim. Tanpa tauhid, amal ibadah yang dilakukan tidak akan bernilai di sisi Allah. Tauhidullah (mengesakan Allah) merupakan ajaran paling mendasar yang diajarkan oleh setiap rasul yang diutus kepada umat manusia. Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam Alquran Surah An-Nahl ayat 97:
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً ۖ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
Artinya: “Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kehidupan yang baik, dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari yang mereka kerjakan.”
Tauhid bukan sekadar mengenal keberadaan Allah sebagai Pencipta alam semesta, tetapi juga meyakini bahwa hanya Allah yang berhak disembah tanpa sekutu. Keyakinan inilah yang membedakan Islam dengan agama atau kepercayaan lain.
Makna dan Hakikat Tauhid
Tauhid berasal dari kata “wahhada – yuwahhidu – tawhidan”, yang berarti mengesakan atau mengakui sesuatu sebagai satu-satunya. Dalam konteks Islam, tauhid berarti meyakini keesaan Allah dalam segala aspek, baik dalam rububiyah (ketuhanan), uluhiyah (peribadatan), maupun asma’ wa sifat (nama dan sifat-Nya). Lawan dari tauhid adalah syirik, yaitu menyekutukan Allah dengan sesuatu yang lain.
Allah SWT berfirman dalam Alquran Surah Al-Baqarah ayat 163:
وَإِلَٰهُكُمْ إِلَٰهٌ وَٰحِدٌ ۖ لَّآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ٱلرَّحْمَٰنُ ٱلرَّحِيمُ
Artinya: “Dan Tuhanmu adalah Tuhan yang Maha Esa; tidak ada Tuhan melainkan Dia yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.”
Tauhid mencakup tiga aspek utama, yaitu:
1. Tauhid Rububiyyah (Tauhid dalam Ketuhanan)
2. Tauhid Uluhiyyah (Tauhid dalam Peribadatan)
3. Tauhid Asma’ wa Sifat (Tauhid dalam Nama dan Sifat Allah)
1. Tauhid Rububiyyah: Mengesakan Allah dalam Ketuhanan
Tauhid rububiyyah berarti meyakini bahwa Allah adalah satu-satunya Pencipta, Penguasa, dan Pengatur seluruh alam semesta. Semua yang terjadi di dunia ini adalah atas kehendak dan kekuasaan-Nya. Allah berfirman dalam Alquran Surah Hud ayat 6:
وَمَا مِن دَآبَّةٍ فِى ٱلْأَرْضِ إِلَّا عَلَى ٱللَّهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا ۚ كُلٌّ فِى كِتَٰبٍ مُّبِينٍ
Artinya: “Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya.”
Bahkan kaum musyrik di zaman Nabi Muhammad ﷺ mengakui keberadaan Allah sebagai Pencipta, sebagaimana firman-Nya dalam Alquran Surah Luqman ayat 25:
وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ ۚ قُلِ الْحَمْدُ لِلَّهِ ۚ بَلْ أَكْثَرُهُمْ لَا يَعْلَمُونَ
Artinya: “Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka: ‘Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?’ Tentu mereka akan menjawab: ‘Allah’.”
Namun, pengakuan terhadap rububiyyah saja tidak cukup untuk disebut bertauhid, sebab orang-orang musyrik tetap melakukan kesyirikan dalam ibadah mereka.
2. Tauhid Uluhiyyah: Mengesakan Allah dalam Ibadah
Tauhid uluhiyyah adalah mengesakan Allah dalam segala bentuk ibadah, seperti shalat, doa, sujud, tawakal, dan penyembahan lainnya. Tauhid ini menuntut seorang Muslim untuk hanya menyembah Allah dan tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun.
Allah SWT berfirman:
“Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka menyembah-Ku.”
(QS. Adz-Dzariyat: 56)
Setiap rasul yang diutus oleh Allah selalu mengajak umatnya kepada tauhid uluhiyyah. Rasulullah ﷺ bersabda:
“Barang siapa yang mati dalam keadaan tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apa pun, maka dia akan masuk surga.”
(HR. Muslim, no. 93)
Tauhid uluhiyyah adalah inti dakwah para rasul, sebagaimana firman Allah:
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada setiap umat (untuk menyerukan): ‘Sembahlah Allah dan jauhilah thaghut’.”
(QS. An-Nahl: 36)
3. Tauhid Asma’ wa Sifat: Mengesakan Allah dalam Nama dan Sifat-Nya
Tauhid asma’ wa sifat adalah meyakini bahwa Allah memiliki nama-nama dan sifat-sifat yang sempurna, sesuai dengan yang disebutkan dalam Al-Qur’an dan Sunnah. Nama dan sifat-Nya harus diterima tanpa tahrif (mengubah makna), ta’til (meniadakan sifat), takyif (menanyakan bagaimana sifat-Nya), dan tamtsil (menyerupakan dengan makhluk).
Allah SWT berfirman:
“Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan-Nya, dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”
(QS. Asy-Syura: 11)
Imam Malik pernah ditanya tentang sifat Allah yang bersemayam di atas Arsy, beliau menjawab:
“Istiwa’ itu diketahui, namun bagaimana caranya tidak diketahui. Beriman kepadanya adalah wajib, sedangkan bertanya tentangnya adalah bid’ah.”
(Diriwayatkan oleh Imam Al-Baihaqi dalam Al-Asma’ wa Ash-Shifat)
Konsekuensi Tauhid dalam Kehidupan Seorang Muslim
Merealisasikan tauhid dalam kehidupan sehari-hari memiliki beberapa konsekuensi, di antaranya:
1. Bersandar hanya kepada Allah
Seorang Muslim harus bertawakal kepada Allah dalam segala urusan, sebagaimana firman-Nya:“Dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakal, jika kamu benar-benar orang yang beriman.”
(QS. Al-Ma’idah: 23)
2. Tidak takut kecuali kepada Allah
Rasa takut yang berlebihan kepada makhluk adalah bentuk kelemahan tauhid. Allah berfirman:“Sesungguhnya mereka itu tidak lain hanyalah setan yang menakut-nakuti kamu dengan kawan-kawannya (orang-orang musyrik), karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku, jika kamu benar-benar orang beriman.”
(QS. Ali ‘Imran: 175)
3. Menolak segala bentuk kesyirikan
Tauhid menuntut seseorang untuk menjauhi segala bentuk kesyirikan, baik yang besar maupun kecil. Rasulullah ﷺ bersabda:“Sesungguhnya syirik yang paling aku takutkan atas kalian adalah syirik kecil.” Para sahabat bertanya, “Apa itu syirik kecil, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Riyaa’ (pamer dalam ibadah).”
(HR. Ahmad, no. 23630)
4. Mendapatkan ketenangan hati
Orang yang bertauhid dengan benar akan merasakan ketenangan dalam hidupnya. Allah berfirman:“Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tentram.”
(QS. Ar-Ra’d: 28)
Kesimpulan
Tauhidullah adalah inti dari ajaran Islam yang menjadi dasar keimanan dan ibadah seorang Muslim. Tauhid terdiri dari tiga bagian: rububiyyah (mengesakan Allah dalam penciptaan dan pengaturan), uluhiyyah (mengesakan Allah dalam ibadah), dan asma’ wa sifat (mengesakan Allah dalam nama dan sifat-Nya).
Merealisasikan tauhid dalam kehidupan sehari-hari berarti bergantung sepenuhnya kepada Allah, menjauhi segala bentuk kesyirikan, dan menjalankan ibadah dengan ikhlas. Dengan memahami dan mengamalkan tauhid, seorang Muslim akan memperoleh kehidupan yang baik di dunia serta kebahagiaan hakiki di akhirat. Wallahua’lam.
Basariah Hasugian (Mahasiswa Prodi Teknologi Informasi UIN Syekh Ali Hasan Ahmad Addary Padangsidimpuan)
Bagaimana cara mengintegrasikan Tauhidullah dengan ilmu pengetahuan dan teknologi modern?
Bagaimana cara mengatasi, jika tauhid seseorang itu lemah dan tdk percaya bahwa adanya tuhan yg mahaesa , sehingga dia murtad dari allah ?
Apa tantangan dalam mengamalkan tauhid di era modern? Jelaskan minimal 3 tantangan.
Di akhir jaman sekarang ini sudah susah untuk menerapkan keimanan dalam diri seseorang.
Pertanyaan saya adalah,
Bagaimana cara kita sebagai generasi muda dapat mengimplementasikan keimanan dan kunci kebahagiaan hakiki dalam kehidupan sehari-hari?
kebahagiaan apa yang didapat melalui Tauhidullah ?
Bagaimana seorang Muslim menjaga kemurnian tauhid dalam kehidupan nya
apa akibat jika seseorang mengesakan Allah dalam rububiyah tetapi tidak dalam uluhiyah?
Bagaimana keimanan dapat membantu seseorang dalam menghadapi kesulitan hidup?
apa peran al quran dalam menghadapi cobaan hidup
Bagaimana peran Tauhid Uluhiyyah dalam membentuk ibadah yang ikhlas kepada Allah SWT?
Bagaimana Islam memahami sifat keadilan Allah dalam konteks uluhiyyah?
Bagaimana tauhidullah dapat menjadi sumber kekuatan dan motivasi bagi seorang muslim dalam menghadapi tantangan hidup
Bagaimana cara memperkuat keimanan dengan memahami konsep tauhidullah