Sejarah Penulisan Al-Qur’an: Dari Nabi Hingga Mushaf Utsmani
TATSQIF ONLINE – Al-Qur’an adalah kitab suci umat Islam yang menjadi pedoman hidup sepanjang zaman. Penulisan Al-Qur’an, sebagaimana yang kita kenal saat ini, melalui proses panjang yang berlangsung selama tiga fase sejarah: masa Nabi Muhammad SAW, masa Abu Bakar Ash-Shiddiq, dan masa Utsman bin Affan.
Tahap Pertama: Masa Nabi Muhammad SAW
Pada masa Nabi Muhammad SAW, wahyu Al-Qur’an diturunkan secara bertahap selama 23 tahun. Sebagian besar wahyu ini dihafal oleh para sahabat, karena pada masa itu, kemampuan baca tulis masih terbatas.
Wahyu-wahyu yang diterima oleh Nabi SAW langsung dicatat oleh para penulis wahyu (الكُتَّاب الوَحْيْ), seperti Zaid bin Tsabit, Mu’awiyah bin Abi Sufyan, dan Ubay bin Ka’ab. Mereka menuliskannya di media seadanya seperti tulang belikat unta, pelepah kurma, kulit, atau batu cadas.
Nabi SAW bersabda:
اُكْتُبُوا لِي وَحْيَ اللهِ
Artinya: “Tuliskanlah untukku wahyu Allah,” (HR Ahmad).
Selain penulisan, penghafalan Al-Qur’an menjadi cara utama dalam menjaga wahyu. Banyak sahabat yang menghafal seluruh Al-Qur’an, seperti Khulafaur Rasyidin, Abdullah bin Mas’ud, Salim Maula Abi Hudzaifah, dan Ubay bin Ka’ab. Diriwayatkan dalam Shahih Bukhari, Anas bin Malik RA berkata:
جَمَعَ الْقُرْآنَ فِي عَهْدِ النَّبِيِّ سَبْعُونَ مِنَ الْقُرَّاءِ، فَقُتِلُوا يَوْمَ بِئْرِ مَعُونَةَ
Artinya: “Ada 70 orang penghafal Al-Qur’an yang terbunuh pada perang Bi’ru Ma’unah,” (HR Bukhari).
Meskipun demikian, pada masa Nabi SAW, Al-Qur’an belum dibukukan menjadi satu mushaf. Nabi SAW tidak menunjukkan pola tertentu dalam penulisannya, tetapi para penulis wahyu mencatat sesuai dengan arahan beliau.
Tahap Kedua: Masa Abu Bakar Ash-Shiddiq
Setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW, umat Islam menghadapi tantangan besar, terutama saat Perang Yamamah (12 H), di mana banyak penghafal Al-Qur’an yang gugur, termasuk Salim Maula Abi Hudzaifah. Umar bin Khattab RA merasa khawatir akan hilangnya Al-Qur’an jika tidak segera dibukukan. Ia kemudian mengusulkan kepada Khalifah Abu Bakar RA untuk mengumpulkan Al-Qur’an dalam satu mushaf.
Dalam Shahih Bukhari, Zaid bin Tsabit RA berkata:
فَأَرْسَلَ إِلَيَّ أَبُو بَكْرٍ عَلَى قَتْلَى الْيَمَامَةِ، وَاسْتَشَارَنِي أَنِّي جَامِعُ الْقُرْآنِ
Artinya: “Abu Bakar memanggilku setelah Perang Yamamah dan meminta pendapatku tentang pengumpulan Al-Qur’an,” (HR Bukhari).
Abu Bakar kemudian memerintahkan Zaid bin Tsabit untuk memimpin proses pengumpulan Al-Qur’an. Zaid mengumpulkan lembaran-lembaran catatan wahyu dari berbagai media dan mencocokkannya dengan hafalan para sahabat. Mushaf ini kemudian disimpan oleh Abu Bakar dan diwariskan kepada Umar bin Khattab, lalu kepada Hafshah binti Umar.
Tahap Ketiga: Masa Utsman bin Affan
Pada masa Khalifah Utsman bin Affan RA, umat Islam mulai menyebar ke wilayah yang lebih luas, seperti Persia, Syam, dan Mesir. Perbedaan dialek dan cara membaca Al-Qur’an mulai menimbulkan kekhawatiran akan terjadinya perselisihan di kalangan kaum muslimin. Hudzaifah bin al-Yaman RA melaporkan hal ini kepada Utsman dan menyarankan untuk menyatukan bacaan Al-Qur’an.
Utsman kemudian membentuk panitia yang dipimpin oleh Zaid bin Tsabit untuk menyalin mushaf yang ada. Mushaf ini kemudian diperbanyak dan disebarkan ke berbagai wilayah, sementara mushaf-mushaf lain yang berbeda dialek dimusnahkan.
Utsman berkata:
إِنَّمَا فَعَلْتُ هَذَا مِمَّا قَوْمًا قَوْمًا مُخْتَلِفُونَ
Artinya: “Aku melakukan ini agar umat tidak berselisih seperti perselisihan kaum Yahudi dan Nasrani.”
Pola penulisan mushaf pada masa ini dikenal sebagai Rasm Utsmani. Mushaf yang disusun oleh Utsman ini menjadi standar penulisan Al-Qur’an hingga sekarang.
Perdebatan tentang Penulisan Al-Qur’an
Dalam kitab Manāhil al-‘Irfān karya Syekh Abdul Adhim al-Zurqani, terdapat tiga pendapat tentang pola penulisan Al-Qur’an:
1. Tauqifi (bersifat tetap sesuai petunjuk Nabi)
Mayoritas ulama berpendapat bahwa pola penulisan mushaf telah ditentukan oleh Nabi SAW. Penulisan ini disepakati oleh para sahabat dan tidak mungkin menyelisihi petunjuk Nabi.
2. Ijtihadi (hasil ijtihad para sahabat)
Beberapa ulama seperti Imam al-Baqillani dan Ibnu Khaldun berpendapat bahwa pola penulisan mushaf adalah hasil ijtihad para sahabat. Mereka menulis sesuai dengan kebutuhan zaman.
3. Kombinasi
Pendapat ini mengakomodasi kedua pandangan di atas. Pola Rasm Utsmani tetap dipertahankan untuk menjaga orisinalitas, tetapi diperbolehkan menggunakan pola penulisan lain untuk kemudahan pembelajaran.
Kesimpulan
Sejarah penulisan dan pengumpulan Al-Qur’an adalah bukti nyata dari kesungguhan umat Islam dalam menjaga keaslian kitab suci ini. Mulai dari masa Nabi Muhammad SAW hingga Khalifah Utsman bin Affan, setiap tahap penulisan dan pengumpulan dilakukan dengan penuh kehati-hatian dan ketelitian. Mushaf Al-Qur’an yang ada saat ini adalah hasil dari usaha mulia para sahabat, yang telah memastikan bahwa wahyu Allah SWT tetap terjaga hingga akhir zaman.
Sebagai umat Islam, memahami sejarah ini bukan hanya menambah wawasan, tetapi juga meningkatkan kecintaan dan rasa syukur atas nikmat Al-Qur’an. Semoga kita dapat terus menjaga dan mengamalkan ajaran Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari. Wallahua’lam.
Aisa Putri (Mahasiswa Prodi PGMI UIN Syekh Ali Hasan Ahmad Addary Padangsidimpuan)
Apa yang dimaksud dengan “tujuh huruf” dalam Al-Qur’an dan bagaimana itu mempengaruhi penulisan mushaf?
Coba jelaskan bagaimana pendapat tentang pola penulisan Al-Qur’an pada Perdebatan tentang Penulisan Al-Qur’an?
Siapakah yang bertanggung jawab atas penulisan wahyu al quran pada masa nabi muhammad saw
Apa langkah yang diambil oleh Khalifah Ustman untuk menyatukan bacaan Al Qur’an di seluruh wilayah Islam
Bagaimana proses penyusunan mushaf al qur’an pada masa Ustman untuk menghindari perbedaan bacaan
Siapa yang pertama kali menambahkan harakat dalam mushaf Al-Qur’an?
jika Al-Qur’an di bukukan setelah wafatnya nabi Muhammad Saw,apakah tidak di khawatirkan terdapat kesalahan atau pun kekurangan pada isi Al-Qur’an?
Mengapa Rasm Al-Qur’an ditulis tanpa tanda baca (harakat) pada masa awal penulisannya?
Siapa penulis Al Quran pertama kali?
Siapa saja yang terlibat dalam proses penulisan Al-quran?
Apa yang di maksud dengan mushaf Utsmani dan bagaimana proses pembuatannya?