LifestyleMuamalah

Pola Hidup Konsumtif dan Glamour dalam Perspektif Hukum Islam

TATSQIF ONLINE Di dunia yang serba cepat dan penuh tuntutan saat ini, gaya hidup konsumtif dan glamour telah menjadi fenomena yang banyak diadopsi oleh individu-individu dari berbagai lapisan masyarakat. Pengaruh media sosial, iklan, dan budaya konsumerisme global semakin memperkuat pola hidup yang lebih mementingkan pemenuhan keinginan pribadi dan status sosial, daripada kebutuhan yang seimbang.

Masyarakat modern, terutama generasi muda, seringkali terjebak dalam lingkaran kebiasaan belanja berlebihan, yang dalam pandangan Islam disebut sebagai perilaku konsumtif. Begitu pula dengan gaya hidup glamour, yang mengedepankan kemewahan dan pamer, seringkali mengaburkan esensi dari kehidupan yang sesungguhnya, yaitu hidup dengan penuh syukur dan kesederhanaan.

Namun, dalam ajaran Islam, pola hidup konsumtif dan glamour sangat bertentangan dengan prinsip-prinsip yang diajarkan dalam Al-Qur’an dan hadis. Islam mendorong umatnya untuk hidup dengan sederhana, bijaksana dalam pengeluaran, dan tidak terjebak dalam penghamburan harta hanya untuk memenuhi keinginan duniawi yang tidak ada habisnya.

Islam menekankan bahwa kehidupan dunia ini hanyalah sementara, sementara kehidupan akhirat adalah tempat yang kekal. Oleh karena itu, penting bagi umat Islam untuk mengetahui dan memahami dampak dari gaya hidup konsumtif dan glamour ini, serta cara menghadapinya agar tidak menyimpang dari ajaran agama.

Pengertian Pola Hidup Konsumtif

Pola hidup konsumtif adalah perilaku di mana seseorang menghabiskan uang untuk membeli barang atau jasa secara berlebihan, tanpa mempertimbangkan apakah barang tersebut benar-benar dibutuhkan atau tidak. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), konsumtif merujuk pada perilaku yang berorientasi pada penggunaan barang dan jasa, tanpa adanya penciptaan atau produksi barang tersebut. Dalam konteks sosial dan ekonomi, perilaku konsumtif dapat diartikan sebagai gaya hidup yang mengutamakan pemenuhan keinginan pribadi melalui konsumsi barang-barang tertentu, meskipun barang-barang tersebut mungkin tidak mendesak untuk dimiliki.

Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli, pola hidup konsumtif memiliki berbagai dimensi. Waluyo dalam Perilaku Konsumtif dalam Masyarakat (2012) mengemukakan bahwa perilaku konsumtif adalah kecenderungan untuk membeli dan membelanjakan uang tanpa perhitungan yang matang. Sementara itu, Basu Swastha Dharmmesta dan Hani Handoko dalam Marketing Management (2001) menyatakan bahwa perilaku konsumtif terjadi ketika individu tidak dapat membedakan antara kebutuhan dasar dan keinginan. Maulana dalam Psikologi Konsumtif (2015) menyebutkan bahwa pola konsumtif muncul ketika seseorang membeli barang hanya untuk kepuasan pribadi, bukan karena kebutuhan yang mendesak. Dalam psikologi, hal ini dikenal dengan istilah compulsive buying disorder (kecanduan belanja), di mana seseorang tidak bisa menahan dorongan untuk membeli sesuatu yang tidak perlu.

Karakteristik Pola Hidup Konsumtif

Pola hidup konsumtif dapat dikenali melalui beberapa karakteristik yang sangat jelas. Berikut ini adalah beberapa karakteristik utama dari perilaku konsumtif:

1. Pembelian Berlebihan: Pola hidup konsumtif ditandai dengan pembelian barang yang tidak proporsional, sering kali membeli barang yang tidak diperlukan hanya karena ingin memenuhi keinginan sesaat. Misalnya, membeli pakaian baru meskipun pakaian lama masih dalam kondisi baik.

2. Tidak Ada Perencanaan dalam Pengeluaran: Individu yang memiliki pola hidup konsumtif cenderung berbelanja tanpa perencanaan yang matang. Pembelian dilakukan secara impulsif dan tidak didasarkan pada kebutuhan yang rasional.

3. Mengutamakan Penampilan dan Status Sosial: Banyak orang yang terjebak dalam gaya hidup konsumtif karena ingin menunjukkan status sosial melalui barang-barang mewah. Mereka membeli barang dengan harga tinggi hanya untuk dilihat orang lain, tanpa memperhatikan nilai guna barang tersebut.

4. Mudah Terpengaruh oleh Iklan dan Media Sosial: Iklan dan media sosial memainkan peran besar dalam memperkuat pola hidup konsumtif. Konsumen mudah tergoda untuk membeli barang yang dipromosikan atau yang sedang tren, meskipun barang tersebut tidak memenuhi kebutuhan dasar mereka.

    Faktor Penyebab Terjadinya Pola Hidup Konsumtif

    Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan seseorang terjebak dalam pola hidup konsumtif, baik faktor internal maupun eksternal.

    1. Faktor Internal

    a. Motivasi dan Harga Diri: Banyak orang membeli barang untuk meningkatkan harga diri atau mengikuti norma-norma sosial tertentu. Mereka merasa bahwa memiliki barang-barang mewah akan meningkatkan status sosial mereka.

    b. Gaya Hidup dan Pengaruh Sosial: Faktor gaya hidup yang dipengaruhi oleh lingkungan atau teman-teman juga dapat mendorong seseorang untuk berbelanja lebih dari yang mereka butuhkan.

    2. Faktor Eksternal

    a. Tekanan Sosial dan Budaya: Dalam masyarakat modern, media sosial dan budaya populer seringkali mendorong individu untuk mengikuti tren dan membeli barang untuk menyesuaikan diri dengan orang lain.

    b. Iklan dan Promosi: Iklan yang mengundang keinginan untuk membeli sesuatu, meskipun barang tersebut tidak dibutuhkan, juga berperan dalam membentuk perilaku konsumtif.

      Hidup Glamour dalam Perspektif Islam

      Hidup glamour, yang identik dengan gaya hidup mewah dan pamer, sering kali dipandang sebagai bentuk pencapaian status sosial yang tinggi. Banyak individu, terutama dari kalangan selebriti dan orang kaya, yang memilih untuk menjalani kehidupan glamour untuk menunjukkan kekayaan dan prestise mereka. Namun, dalam ajaran Islam, hidup glamour yang berlebihan bertentangan dengan prinsip-prinsip kesederhanaan yang diajarkan oleh Rasulullah SAW.

      Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah:

      إِنَّ اللَّهَ لَا يَنظُرُ إِلَىٰ أَجْسَامِكُمْ وَلَا إِلَىٰ صُوَرِكُمْ وَلَكِن يَنظُرُ إِلَىٰ قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ

      Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada tubuh dan penampilanmu, tetapi Dia melihat kepada hatimu dan amalmu.” (HR. Muslim).
      Hadis ini menegaskan bahwa Islam mengajarkan agar umatnya tidak terjebak dalam pencarian penampilan luar yang hanya bertujuan untuk dipandang oleh orang lain. Yang lebih penting adalah hati yang ikhlas dan amal yang baik.

      Hadis lain juga mengingatkan kita akan pentingnya hidup sederhana, jauh dari sifat berlebihan dan pamer. Rasulullah SAW bersabda:

      لَيْسَ الْغِنَىٰ عَنْ كَثْرَةِ الْعَرَضِ وَلَكِنَّ الْغِنَىٰ غِنَى النَّفْسِ

      Artinya: “Bukanlah kaya itu dengan banyaknya harta, tetapi kaya itu adalah kaya jiwa.” (HR. Bukhari dan Muslim).

      Hadis ini mengajarkan bahwa kekayaan sejati tidak terletak pada banyaknya harta atau kemewahan, melainkan pada ketenangan jiwa yang dilandasi oleh rasa syukur dan kedamaian batin.

      Hidup Glamour dalam Perspektif Al-Qur’an

      Al-Qur’an dengan jelas mengajarkan pentingnya keseimbangan hidup antara dunia dan akhirat. Hidup yang berlebihan dalam hal konsumsi dan pamer kemewahan bukanlah jalan yang dianjurkan dalam Islam. Dalam Surat Al-Furqan ayat 67, Allah SWT berfirman:

      وَعِبَادُ الرَّحْمَٰنِ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الْأَرْضِ هَوْنًا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلاَمًا

      Artinya: “Dan hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih adalah mereka yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati, dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang baik.”

      Ayat ini menggambarkan sikap rendah hati yang dianjurkan dalam Islam. Umat Islam diajarkan untuk tidak sombong atau berlebihan dalam penampilan, dan selalu menjaga sikap rendah hati. Gaya hidup glamour yang berfokus pada kemewahan dan pamer status bertentangan dengan ajaran ini.

      Selain itu, dalam Surat Al-Isra ayat 27, Allah SWT juga berfirman:

      إِنَّ الْمُبَذِّرِينَ كَانُوا إِخْوَانَ الشَّيَاطِينِ وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِرَبِّهِ كَفُورًا

      Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang boros itu adalah saudara-saudara syaitan, dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhan.”

      Ayat ini dengan tegas melarang sikap boros dan berlebih-lebihan, yang seringkali muncul dalam pola hidup konsumtif dan glamour. Penggunaan harta secara boros tidak hanya merugikan diri sendiri, tetapi juga dapat menciptakan ketimpangan sosial.

      Kesimpulan

      Pola hidup konsumtif dan gaya hidup glamour, yang sering kali dijumpai dalam kehidupan modern saat ini, bertentangan dengan ajaran Islam yang menekankan kesederhanaan, pengelolaan harta yang bijak, dan fokus pada kehidupan akhirat. Islam mendorong umatnya untuk tidak terjebak dalam pengejaran materi yang tidak ada habisnya, tetapi lebih mengutamakan amal saleh dan hidup yang penuh syukur.

      Dalam Al-Qur’an dan hadis, kita diajarkan untuk tidak berlebih-lebihan dalam hal konsumsi, untuk menjaga hati dari sifat riya (pamer), dan untuk selalu bersyukur atas nikmat yang Allah berikan. Dengan memahami prinsip-prinsip ini, umat Islam dapat menjalani kehidupan yang lebih bermakna, seimbang antara dunia dan akhirat, dan jauh dari kecenderungan hidup yang berfokus pada kemewahan dan konsumsi berlebihan. Wallahua’lam.

      Masdewi Nasution
       (Mahasiswa Prodi PAI UIN Syekh Ali Hasan Ahmad Addary Padangsidimpuan)

      Tatsqif Media Dakwah & Kajian Islam

      Tatsqif hadir sebagai platform edukasi digital yang dirintis oleh Team Tatsqif sejak 5 Januari 2024. Kami mengajak Anda untuk menjelajahi dunia dakwah, ilmu pengetahuan, dan wawasan keislaman melalui website kami. Bergabunglah bersama kami dan jadilah bagian dari kontributor syi'ar Islam.

      11 komentar pada “Pola Hidup Konsumtif dan Glamour dalam Perspektif Hukum Islam

      • Annisya Jamil

        Coba pemakalah jelaskan apa dampak yg terjadi bagi org yg memiliki pola hidup konsumtif dan apa solusinya agar terhindar dari pola hidup tersebut,jika kita kaitkan di zaman sekarang hal tersebut di anggap lumrah

        Balas
      • Widiya Rahma

        bagaimana pandangan islam dalam membedakan kebutuhan dan keinginan khususnya dalam pola hidup konsumtif dan glamour?

        Balas
      • Mewa sari Ritonga

        Apa saja dampak negatif dari pola hidup konsumtif dan glamour bagi individu, masyarakat, dan ekonomi?

        Balas
      • Siti Apriani Hasibuan

        Apa saja contoh perilaku konsumtif yang diharamkan dalam Islam?

        Balas
      • Tukmaida Sari Siregar

        Bagaimana pola hidup konsumtif dapat mempengaruhi hubungan sosial dan ekonomi di masyarakat?

        Balas
      • Utami Harahap

        Bagaimana pengaruh media sosial terhadap pola hidup konsumtif, dan bagaimana Islam memberikan panduan untuk menyikapinya?

        Balas
      • Nadya futri harahap

        Apa dampak negatif dari gaya hidup konsumtif dan glamour terhadap individu dan masyarakat menurut perspektif hukum Islam?

        Balas
      • Siti Rabiah Rangkuti

        Bagaimana hukumnya berhutang untuk memenuhi kebutuhan konsumtif yang bersifat mewah dan tidak perlu? Apakah ada perbedaan hukum jika hutang tersebut digunakan untuk hal-hal yang produktif?

        Balas
      • Nabila rispa izzzaty

        Bagaimana cara Islam mendorong keseimbangan antara kebutuhan dan keinginan dalam konteks konsumsi?

        Balas
      • Putri Ruhqhaiyyah

        Dalam konteks ajaran Islam, sejauh mana gaya hidup glamour dapat mempengaruhi hubungan seseorang dengan Allah dan masyarakat di sekitarnya?

        Balas
      • Diana Dinda Harahap

        Bagaimana cara kita mengubah kebiasaan konsumtif menjadi gaya hidup yang lebih produktif dan sesuai syariah?

        Balas

      Tinggalkan Balasan

      Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

      × Chat Kami Yuk