Fiqh KontemporerLifestyle

Metode Hukum Islam dalam Menjawab Tantangan Kontemporer

TATSQIF ONLINE Hukum Islam, atau syariah, adalah sistem hukum yang kaya dan kompleks. Syariah mengatur semua aspek kehidupan umat Muslim. Sumber utama syariah adalah Al-Qur’an dan Hadis. Selain itu, ada metode lain seperti ijma’ (konsensus), qiyas (analogi), dan ijtihad (penalaran independen) yang mendukung penetapan hukum dalam Islam.

Hukum Islam berkembang seiring waktu agar tetap relevan dengan perubahan zaman. Namun, modernisasi, globalisasi, dan kemajuan ilmu pengetahuan menghadirkan tantangan baru. Tantangan ini memerlukan penyesuaian hukum Islam terhadap realitas kontemporer.

Penetapan hukum Islam harus menyesuaikan diri secara dinamis dan responsif terhadap perubahan sosial, ekonomi, politik, dan teknologi. Perkembangan seperti hak asasi manusia, demokrasi, ekonomi global, dan bioetika memunculkan pertanyaan baru.

Ulama terdahulu tidak menghadapi pertanyaan-pertanyaan ini, sehingga kita perlu menggunakan pendekatan hukum yang relevan dengan zaman modern. Namun, kita harus tetap mempertahankan esensi ajaran Islam dalam penyesuaian tersebut.

Penetapan hukum Islam kini tidak hanya mengandalkan metode tradisional (taqlid) yang merujuk pada pendapat ulama klasik. Ijtihad kontekstual juga diperlukan, dengan mempertimbangkan kemaslahatan (maslahah), keadilan, dan kebijaksanaan.

Tujuannya adalah memberikan solusi hukum yang sesuai dengan perkembangan zaman. Pendekatan modern ini melibatkan penerapan prinsip-prinsip syariah dalam konteks yang lebih luas dan inklusif.

Isu-isu seperti hak asasi manusia, demokrasi, hak-hak perempuan, dan bioetika memerlukan respons hukum yang dinamis. Teknologi reproduksi dan hubungan internasional juga membutuhkan pendekatan yang kontekstual.

Pendekatan taqlid mengikuti pendapat ulama klasik tanpa melakukan ijtihad baru. Mazhab-mazhab besar seperti Hanafi, Maliki, Syafi’i, dan Hanbali memiliki metodologi hukum yang telah teruji lama.

Dalam pendekatan ini, fatwa dari ulama terdahulu menjadi acuan dalam menangani isu-isu modern. Namun, beberapa kalangan menganggap pendekatan ini kaku dan berpendapat bahwa hukum Islam perlu disesuaikan dengan perubahan zaman.

Pendekatan modernis mengandalkan ijtihad sebagai metode utama dalam penetapan hukum Islam. Ijtihad melibatkan proses penalaran oleh ulama dengan menggali prinsip-prinsip dasar dari Al-Qur’an dan Hadis, lalu menerapkannya pada kondisi kontemporer.

Pendekatan ini memungkinkan interpretasi yang lebih fleksibel sesuai dengan perkembangan sosial, politik, ekonomi, dan teknologi saat ini. Muhammad Iqbal, dalam bukunya The Reconstruction of Religious Thought in Islam, menyatakan bahwa ijtihad berfungsi untuk menjaga relevansi syariah dengan zaman modern tanpa mengabaikan prinsip-prinsip dasarnya.

Maqasid syariah berfokus pada tujuan utama syariah, yaitu melindungi lima aspek utama: agama (din), jiwa (nafs), akal (aql), keturunan (nasl), dan harta (mal). Pendekatan ini kini lebih populer di kalangan ulama kontemporer karena memberikan fleksibilitas dalam merumuskan hukum.

Pendekatan ini tidak hanya merujuk pada teks, tetapi juga pada tujuan besar untuk mencapai keadilan dan kemaslahatan. Al-Ghazali dalam karyanya Al-Mustasfa, menekankan pentingnya maqasid syariah dalam menjaga kesejahteraan umat dan mencegah kerusakan.

Pendekatan maslahah mursalah adalah metode hukum yang berfokus pada kemaslahatan umum, yang tidak secara eksplisit tercantum dalam Al-Qur’an dan Hadis. Metode ini digunakan untuk menetapkan hukum yang menguntungkan masyarakat secara luas.

Misalnya, dalam isu seperti teknologi reproduksi dan perubahan iklim, kemaslahatan menjadi dasar utama dalam penetapan hukum. Yusuf al-Qaradawi, dalam bukunya Fiqh Al-Maslahah, menjelaskan bahwa maslahah mursalah menjaga agar hukum Islam tetap relevan dan bermanfaat bagi masyarakat modern.

Ibn al-Qayyim al-Jawziyyah dalam I’lam al-Muwaqqa’in membagi maslahah dalam tiga kategori berdasarkan kualitasnya:

1. al-Mashlahah ad-Dharuriyyah: Kemaslahatan yang berkaitan dengan kebutuhan pokok umat manusia di dunia dan akhirat, seperti pemeliharaan agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta.

2. al-Mashlahah al-Hajiyyah: Kemaslahatan yang menyempurnakan kebutuhan pokok manusia dengan memberikan keringanan untuk mempertahankan kemaslahatan tersebut.

3. al-Mashlahah at-Tahsiniyyah: Kemaslahatan pelengkap yang menambah keleluasaan untuk melengkapi kemaslahatan sebelumnya.

    Dari segi ketercakupan, maslahah terbagi menjadi:

    1. Maslahah umum: Kemaslahatan yang harus diwujudkan bersama oleh umat, seperti protokol kesehatan untuk menanggulangi COVID-19.

    2. Maslahah komunal: Kemaslahatan untuk komunitas tertentu, seperti kewajiban menjaga keamanan di penerbangan.

    3. Maslahah individual: Kemaslahatan bagi individu, seperti hak gugat cerai oleh istri ketika suami tidak memenuhi kewajiban.

      Qiyas adalah metode analogi dalam hukum Islam yang menghubungkan masalah baru dengan kasus-kasus yang sudah ada dalam teks Al-Qur’an dan Hadis. Dalam pendekatan ini, ulama mencari persamaan antara permasalahan saat ini dengan kasus yang sudah diatur sebelumnya.

      Contoh qiyas yang relevan adalah penerapan hukum terhadap penggunaan narkoba. Dalam syariat, penggunaan khamar (minuman keras) diharamkan karena memiliki illat (sebab hukum) yaitu memabukkan. Ayat Al-Qur’an yang mengharamkan khamar terdapat dalam surah Al-Maidah ayat 90:

      يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِنَّمَا ٱلْخَمْرُ وَٱلْمَيْسِرُ وَٱلْأَنصَابُ وَٱلْأَزْلَـٰمُ رِجْسٌۭ مِّنْ عَمَلِ ٱلشَّيْطَـٰنِ فَٱجْتَنِبُوهُ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

      Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya minuman keras, berjudi, (berkurban untuk) berhala, dan mengundi nasib dengan anak panah, adalah perbuatan keji dan termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah (perbuatan-perbuatan) itu agar kamu beruntung.”

      Dalam qiyas, illat memabukkan pada khamar juga diterapkan pada narkoba, karena narkoba memiliki efek memabukkan yang serupa. Jadi, penggunaan narkoba dihukumi haram seperti khamar. Ibn Qudamah, dalam bukunya Al-Mughni, menekankan bahwa qiyas membantu menjawab isu-isu kontemporer sambil tetap berpegang pada prinsip-prinsip dasar syariah.

      Istihsan merupakan metode penetapan hukum berdasarkan preferensi untuk memilih solusi yang lebih membawa kebaikan, meskipun mungkin berbeda dari hasil analogi (qiyas) biasa. Pendekatan ini memberikan fleksibilitas dalam pengambilan keputusan hukum dengan memperhatikan pertimbangan yang lebih mendalam, termasuk kesejahteraan masyarakat dan nilai-nilai kemanusiaan.

      Ulama kontemporer menggunakan istihsan untuk menemukan solusi hukum yang lebih sesuai dengan realitas sosial dan ekonomi modern. Al-Shatibi, dalam kitab Al-Muwafaqat, menyebutkan bahwa istihsan adalah bentuk ijtihad yang bertujuan untuk mencapai kemaslahatan yang lebih besar.

      Urf atau kebiasaan masyarakat juga memainkan peran penting dalam penetapan hukum Islam kontemporer. Jika suatu adat atau kebiasaan lokal tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah, maka adat tersebut dapat diakomodasi dalam hukum Islam.

      Pendekatan ini memungkinkan hukum Islam lebih adaptif terhadap realitas sosial di berbagai wilayah dan budaya yang berbeda. Al-Suyuti, dalam Al-Ashbah wa al-Nazair, menegaskan bahwa urf dapat menjadi dasar hukum jika memenuhi syarat-syarat tertentu dan tidak bertentangan dengan syariah.

      Di masa kontemporer, penetapan hukum Islam sering melibatkan pendekatan multidisipliner dengan memperhitungkan ilmu-ilmu seperti sosiologi, ekonomi, politik, dan teknologi dalam proses ijtihad. Pendekatan ini membantu ulama memahami dampak luas dari hukum yang akan ditetapkan, sehingga lebih relevan dengan kebutuhan dunia modern.

      Misalnya, dalam isu-isu keuangan Islam, pendekatan ekonomi dan keuangan sangat penting untuk merumuskan produk perbankan syariah yang sesuai dengan hukum Islam dan tetap kompetitif di pasar global.

      Utami Harahap (Mahasiswa Prodi PAI UIN Syekh Ali Hasan Ahmad Addary Padangsidimpuan)

      Tatsqif Media Dakwah & Kajian Islam

      Tatsqif hadir sebagai platform edukasi digital yang dirintis oleh Team Tatsqif sejak 5 Januari 2024. Kami mengajak Anda untuk menjelajahi dunia dakwah, ilmu pengetahuan, dan wawasan keislaman melalui website kami. Bergabunglah bersama kami dan jadilah bagian dari kontributor syi'ar Islam.

      19 komentar pada “Metode Hukum Islam dalam Menjawab Tantangan Kontemporer

      • Mewa sari Ritonga

        Ilmu yg sangat berguna bagi seorang pembaca

        Balas
      • Yulan Agustina

        Sangat membantu dalam menanggapi hukum² islam

        Balas
      • Siti Rabiah Rangkuti

        Artikel yang sangat bermanfaat bagi seorang mahasiswa yang ingin mengetahui hukum” Islam

        Balas
      • Nadya futri Harahap

        Artikel hukum islam yang sangat bermanfaat bagi seorang pelajar .

        Balas
      • Misronida Harahap

        Bagaimana hukum mengonsumsi minuman yang dalam jumlah banyak memabukkan, tetapi dalam jumlah sedikit tidak?

        Balas
        • Hukumnya tetap haram. Dalam Islam, segala minuman yang memabukkan jika dikonsumsi dalam jumlah banyak, meskipun dalam jumlah sedikit tidak memabukkan, tetap haram berdasarkan hadits Nabi Muhammad SAW: “Apa yang banyaknya memabukkan, maka sedikitnya pun haram.” (HR. Abu Dawud).

          Balas
      • Diana Dinda Harahap

        artikel yang bermanfaat, karena dari artikel ini kita jadi mengetahui bahwa banyak pendekatan pendekatan yang bisa digunakan dalam menjawab tantangan kontemporer

        Balas
      • Masdewi Nasution

        Artikel nya mengandung banyak manfaat bagi seorang peserta didik

        Balas
      • Widiya Rahma

        Apa tantangan utama yang dihadapi oleh ulama dalam menerapkan metode hukum Islam pada konteks kontemporer, dan bagaimana mereka mengatasinya?

        Balas
        • Ulama menghadapi beberapa tantangan utama dalam menerapkan metode hukum Islam pada konteks kontemporer. Salah satu tantangannya adalah perubahan sosial dan perkembangan teknologi yang memunculkan isu-isu baru seperti teknologi digital, ekonomi modern, serta hak asasi manusia yang tidak dibahas secara eksplisit dalam teks-teks klasik. Selain itu, adanya perbedaan konteks budaya dan kondisi sosial di berbagai negara juga membuat penerapan hukum Islam harus mempertimbangkan keragaman tersebut.

          Ulama juga menghadapi tantangan dalam menafsirkan teks-teks hukum yang ditulis dalam konteks masa lalu agar tetap relevan dengan kondisi saat ini. Untuk mengatasi tantangan ini, ulama menggunakan metode ijtihad (penafsiran hukum secara independen), qiyas (analogi hukum), dan maslahah (prinsip kemaslahatan umum). Mereka juga berkolaborasi dengan berbagai disiplin ilmu modern guna menemukan solusi yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah dan relevan dalam konteks kontemporer.

          Balas
      • Ilmi Amaliah Nasution

        Artikel nya sangat bagus, membuat hukum islam lebih relevan dengan kebutuhan zaman modern

        Balas
      • Nabila rispa izzzaty

        Sejauh mana hukum Islam dapat beradaptasi dengan perkembangan ilmu modren?

        Balas
        • Hukum Islam memiliki fleksibilitas untuk beradaptasi dengan perkembangan ilmu modern melalui mekanisme ijtihad (penafsiran hukum) dan qiyas (analogi hukum). Prinsip-prinsip dasar hukum Islam, seperti kemaslahatan umum (maslahah), keadilan, dan ketertiban sosial, memungkinkan hukum Islam berkembang seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan. Meskipun tetap berlandaskan pada teks-teks syariah, ulama dapat menafsirkan hukum sesuai konteks zaman dan perubahan sosial. Dengan pendekatan ini, hukum Islam dapat merespons tantangan modern, seperti teknologi, kesehatan, dan ekonomi, tanpa mengabaikan prinsip-prinsip dasarnya.

          Balas
      • Siti Apriani Hasibuan

        Apa peran teknologi dalam pengembangan hukum Islam kontemporer?

        Balas
        • Teknologi berperan penting dalam pengembangan hukum Islam kontemporer dengan mempercepat akses terhadap literatur klasik dan modern, memfasilitasi diskusi lintas wilayah antar ulama, serta memungkinkan penerbitan fatwa dan konsultasi secara online. Selain itu, teknologi juga mendorong penerapan layanan keuangan syariah, seperti perbankan digital dan fintech syariah, yang sesuai dengan prinsip-prinsip hukum Islam. Teknologi mempermudah ulama dalam merespons tantangan zaman dengan lebih cepat dan efektif.

          Balas
      • Putri Ruhqhaiyyah

        Artikel ini menawarkan wawasan menarik tentang bagaimana metode hukum Islam beradaptasi dengan tantangan kontemporer. Apakah ada contoh konkret dari penerapan metode ini dalam kasus modern yang bisa dibagikan?

        Balas
        • Salah satu contoh konkret penerapan metode hukum Islam dalam menghadapi tantangan kontemporer adalah terkait fatwa tentang transaksi keuangan digital, seperti penggunaan cryptocurrency dan e-commerce. Teknologi ini tidak dibahas dalam teks klasik, sehingga ulama menggunakan metode ijtihad dan qiyas untuk mengkaji apakah transaksi ini sesuai dengan prinsip-prinsip syariah, seperti larangan riba, gharar (ketidakpastian), dan maysir (spekulasi).

          Sebagai contoh, beberapa lembaga fatwa di negara-negara Muslim telah menyatakan bahwa transaksi cryptocurrency haram jika mengandung unsur spekulasi berlebihan dan ketidakpastian, namun halal jika dikelola dengan aturan yang jelas dan transparan. Pendekatan ini menunjukkan bagaimana ulama menggunakan prinsip-prinsip dasar hukum Islam dan menyesuaikannya dengan perkembangan teknologi modern.

          Contoh lainnya adalah penerapan hukum Islam dalam asuransi syariah (takaful). Di sini, ulama menggunakan maslahah untuk menciptakan model asuransi yang menghindari riba dan spekulasi, dengan mengedepankan prinsip tolong-menolong dan tanggung jawab bersama. Model ini kini diakui di berbagai negara sebagai alternatif yang sesuai syariah dalam bidang keuangan.

          Balas
      • Luthfi salsabila

        Artikelnya sangat bagus dan bermanfaat 👍

        Balas
      • Saripah Ritonga

        Artikel yang sangat bagus untuk dibaca

        Balas

      Tinggalkan Balasan

      Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

      × Chat Kami Yuk