Fiqh & Ushul Fiqh

Menggali Konsep Ijtihad, Taqlid, Ittiba’, dan Talfiq dalam Syariat

TATSQIF ONLINE Hukum Islam dirancang untuk menjadi pedoman yang relevan di berbagai zaman dan kondisi. Dalam menjalankan syariat, umat Islam menghadapi tantangan dalam memahami teks-teks agama yang sering kali memerlukan interpretasi yang mendalam.

Tidak semua individu memiliki kapasitas untuk menggali hukum dari sumber aslinya, sehingga lahirlah berbagai konsep seperti ijtihad, taqlid, ittiba’, dan talfiq. Masing-masing konsep ini berfungsi sebagai sarana untuk menjembatani kebutuhan umat dalam memahami dan menerapkan ajaran Islam.

Keempat konsep tersebut memiliki peran yang berbeda-beda sesuai dengan kemampuan dan situasi individu. Ijtihad menjadi ruang bagi ulama untuk memberikan solusi atas permasalahan yang belum memiliki jawaban eksplisit dalam Al-Qur’an dan Hadis.

Di sisi lain, taqlid dan ittiba’ memberikan pilihan bagi orang awam untuk mengikuti pendapat ulama dengan tingkat pemahaman yang berbeda. Sementara itu, talfiq memungkinkan fleksibilitas dalam menggabungkan beberapa pandangan mazhab guna menghadirkan kemudahan tanpa melanggar prinsip dasar syariat.

Ijtihad

Secara bahasa, ijtihad berarti berusaha sungguh-sungguh. Secara istilah, ijtihad adalah usaha maksimal yang dilakukan oleh seorang mujtahid untuk menggali hukum syariat dari Al-Qur’an dan Hadis. Konsep ini menjadi dasar fleksibilitas hukum Islam untuk menjawab persoalan-persoalan baru yang muncul di tengah masyarakat.

Dalil tentang pentingnya ijtihad tercermin dalam firman Allah dalam Alquran Surah An-Nahl ayat 44:

وَأَنزَلْنَآ إِلَيْكَ ٱلذِّكْرَ لِتُبَيِّنَ لِلنَّاسِ مَا نُزِّلَ إِلَيْهِمْ وَلَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ

Artinya: “Dan Kami turunkan kepadamu adz-Dzikr (Al-Qur’an) agar engkau menerangkan kepada manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka, dan supaya mereka memikirkan.”

Dalam hadis, Rasulullah SAW bersabda kepada Mu’adz bin Jabal ketika diutus ke Yaman:

إِذَا عَرَضَ لَكَ قَضَاءٌ فَكَيْفَ تَقْضِي؟ قَالَ: أَقْضِي بِمَا فِي كِتَابِ اللَّهِ. قَالَ: فَإِنْ لَمْ يَكُنْ فِي كِتَابِ اللَّهِ؟ قَالَ: فَبِسُنَّةِ رَسُولِ اللَّهِ. قَالَ: فَإِنْ لَمْ يَكُنْ فِي سُنَّةِ رَسُولِ اللَّهِ؟ قَالَ: أَجْتَهِدُ رَأْيِي وَلَا آلُو

Artinya: “Jika engkau menghadapi sesuatu masalah, bagaimana engkau memutuskan? Mu’adz menjawab, ‘Aku akan memutuskan berdasarkan Kitabullah.’ Beliau bertanya lagi, ‘Jika tidak engkau temukan dalam Kitabullah?’ Ia menjawab, ‘Dengan Sunnah Rasulullah.’ Beliau bertanya lagi, ‘Jika tidak engkau temukan dalam Sunnah Rasulullah?’ Ia menjawab, ‘Aku akan berijtihad dengan pendapatku dan tidak akan bermalas-malasan,’” (HR Abu Dawud).

Taqlid

Taqlid adalah tindakan mengikuti pendapat ulama tanpa mengetahui dalilnya. Bagi orang awam, yang tidak memiliki kemampuan untuk melakukan ijtihad, taqlid menjadi jalan untuk tetap menjalankan syariat. Namun, taqlid tidak diperbolehkan jika dilakukan secara buta, yaitu mengikuti seseorang tanpa mempertimbangkan kebenaran pendapatnya.

Allah berfirman dalam Alquran Surah Al-Isra’ ayat 36:

وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ ۚ إِنَّ ٱلسَّمْعَ وَٱلْبَصَرَ وَٱلْفُؤَادَ كُلُّ أُو۟لَـٰٓئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْـُٔولًا

Artinya: “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak memiliki pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan dimintai pertanggungjawabannya.”

Dalam hadis, Rasulullah SAW bersabda:

لَا تَكُونُوا إِمَّعَةً تَقُولُونَ: إِنْ أَحْسَنَ النَّاسُ أَحْسَنَّا، وَإِنْ ظَلَمُوا ظَلَمْنَا، وَلَكِنْ وَطِّنُوا أَنْفُسَكُمْ: إِنْ أَحْسَنَ النَّاسُ أَنْ تُحْسِنُوا، وَإِنْ أَسَاءُوا أَلَّا تَظْلِمُوا

Artinya: “Janganlah kamu menjadi pengekor yang mengatakan, ‘Jika orang-orang baik, kami juga baik, dan jika mereka berbuat zalim, kami juga berbuat zalim.’ Tetapi, biasakanlah dirimu untuk berbuat baik ketika orang lain berbuat baik, dan tidak berbuat zalim ketika mereka berbuat zalim,” (HR Tirmidzi).

Ittiba’

Ittiba’ berarti mengikuti pendapat ulama dengan memahami dalilnya. Konsep ini lebih dianjurkan dibandingkan taqlid, karena melibatkan proses pembelajaran dan pemahaman terhadap dasar-dasar hukum.

Allah berfirman dalam Alquran Surah Al-A’raf ayat 3:

ٱتَّبِعُوا۟ مَآ أُنزِلَ إِلَيْكُم مِّن رَّبِّكُمْ وَلَا تَتَّبِعُوا۟ مِن دُونِهِۦٓ أَوْلِيَآءَ ۗ قَلِيلًا مَّا تَذَكَّرُونَ

Artinya: “Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu, dan janganlah kamu mengikuti selain Dia sebagai pemimpin. Amat sedikitlah kamu mengambil pelajaran.”

Rasulullah SAW bersabda:

عَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ ٱلْخُلَفَاءِ ٱلرَّاشِدِينَ ٱلْمَهْدِيِّينَ، تَمَسَّكُوا۟ بِهَا وَعَضُّوا۟ عَلَيْهَا بِٱلنَّوَاجِذِ

Artinya: “Wajib atas kamu untuk mengikuti sunnahku dan sunnah para Khulafa’ ar-Rasyidin yang mendapatkan petunjuk. Pegang teguhlah sunnah itu, dan gigitlah dengan gigi gerahammu,” (HR Abu Dawud).

Talfiq

Talfiq adalah menggabungkan pendapat dari berbagai mazhab dalam satu permasalahan. Hal ini bertujuan untuk memberikan kemudahan (rukhsah) dalam menjalankan syariat, namun tetap harus menjaga keharmonisan dengan prinsip dasar hukum Islam.

Allah berfirman dalam Alquran Surah Al-Baqarah ayat 185:

يُرِيدُ ٱللَّهُ بِكُمُ ٱلْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ ٱلْعُسْرَ

Artinya: “Allah menghendaki kemudahan bagimu dan tidak menghendaki kesukaran bagimu.”

Contoh talfiq yang sering terjadi adalah penggabungan pendapat mazhab Syafi’i dan Hanafi dalam pelaksanaan ibadah wudhu dan tayammum. Namun, talfiq tidak diperbolehkan jika dilakukan untuk mencari-cari keringanan semata yang merugikan esensi hukum syariat.

Kesimpulan

Konsep ijtihad, taqlid, ittiba’, dan talfiq adalah mekanisme yang memberikan fleksibilitas dalam memahami dan mengamalkan syariat Islam. Ijtihad menawarkan solusi terhadap persoalan baru, taqlid menjadi jalan bagi orang awam, ittiba’ mendorong umat untuk memahami dalil, dan talfiq memberi ruang untuk kemudahan dalam kondisi tertentu. Setiap muslim harus memahami kapasitasnya, sehingga dapat menjalankan ajaran agama dengan benar sesuai prinsip-prinsip syariat. Wallahua’lam.

Ayu Hasanah Pohan, Nur Alia Nasution & Muhammad Yusuf Saifullah (Mahasiswa Prodi PAI UIN Syekh Ali Hasan Ahmad Addary Padangsidimpuan)

Tatsqif Media Dakwah & Kajian Islam

Tatsqif hadir sebagai platform edukasi digital yang dirintis oleh Team Tatsqif sejak 5 Januari 2024. Kami mengajak Anda untuk menjelajahi dunia dakwah, ilmu pengetahuan, dan wawasan keislaman melalui website kami. Bergabunglah bersama kami dan jadilah bagian dari kontributor syi'ar Islam.

6 komentar pada “Menggali Konsep Ijtihad, Taqlid, Ittiba’, dan Talfiq dalam Syariat

  • Aisyah putri

    Bagaimana pandangan pemateri tentang praktik talfiq dalam konteks hukum Islam modern?

    Balas
  • ZAHRA PANE

    Mengapa dalam konsep hukum Islam ada istilah taqlid?

    Balas
  • Nurfadilah Simatupang

    Apa dampak negatif dari taqlid buta dalam kehidupan umat Islam?

    Balas
  • Hikbal lubis

    Apakah ada kritik terhadap taqlid dalam perkembangan hukum Islam?

    Balas
  • Putri amelia nasution

    Bagaimana cara mengetahui apakah seorang sudah melakukan sudah melakukan taqlid atau ijtihad dalam menentukan hukum?

    Balas
  • Mengapa Islam melarang umatnya untuk melakukan talfiq dalam menetapkan suatu hukum Islam?

    Balas

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

× Chat Kami Yuk