Adab & HumanioraMust Read

Makna dan Keistimewaan Bulan Dzulqa’dah dalam Islam, Simak

TATSQIF ONLINE  Dzulqa’dah berasal dari kata Al-Qadah atau Al-Qidah, yang artinya ‘bulan duduk-duduk’. Dinamakan demikian karena pada bulan ini, orang-orang Arab biasanya tidak mengadakan peperangan atau bepergian, melainkan tinggal di tempatnya.

Meskipun terdengar kurang lumrah bagi orang Indonesia, penamaan ini memiliki makna yang mendalam. Menurut Al-Biruni dalam karyanya al-Atsar al-Baqiyah ‘anil Qurun al-Khaliyah, bahkan sebelum Islam datang, orang-orang Arab cenderung lebih banyak berdiam diri di rumah, dan menahan diri untuk berperang selama bulan Dzulqa’dah.

Rasulullah shalallahu alaihi wasallam sebutkan dalam hadis berikut ini:

الزَّمَانُ قَدِ اسْتَدَارَ كَهَيْئَتِهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ السَّنَةُ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ثَلاَثَةٌ مُتَوَالِيَاتٌ ذُو الْقَعْدَةِ وَذُو الْحِجَّةِ وَالْمُحَرَّمُ وَرَجَبُ مُضَرَ الَّذِى بَيْنَ جُمَادَى وَشَعْبَانَ

Artinya: “Ingatlah, sesungguhnya zaman telah berputar seperti keadaannya sejak hari Allah menciptakan langit dan bumi. Satu tahun terdiri atas dua belas bulan, empat bulan di antaranya adalah bulan-bulan haram (suci); tiga di antaranya berturut-turut, yaitu Dzulqa’dah, Dzul Hijjah, dan Muharram; yang lainnya ialah Rajab Mudar, yang terletak di antara bulan Jumada (Jumadil Akhir) dan Sya’ban.” (HR Bukhari).

Hadis ini menjelaskan tentang penetapan waktu dan bulan-bulan haram dalam Islam. Rasulullah SAW menyatakan bahwa waktu telah berputar kembali seperti keadaan semula saat Allah subhanahu wa ta’ala menciptakan langit dan bumi, menunjukkan bahwa sistem waktu yang ditetapkan oleh Allah SWT sejak awal penciptaan tetap konstan dan tidak berubah.

Dalam satu tahun terdapat dua belas bulan, sesuai dengan penetapan dalam Al-Quran. Dari dua belas bulan tersebut, ada empat bulan yang disebut sebagai bulan haram, yaitu bulan-bulan yang dimuliakan di mana dilarang melakukan perbuatan dosa dan kekerasan.

Tiga bulan di antaranya berturut-turut yaitu Dzulqa’dah, Dzul Hijjah, dan Muharram, sementara bulan yang terpisah adalah Rajab, yang disebut sebagai Rajab Mudar dan terletak di antara bulan Jumadil Akhir dan Sya’ban.

Di waktu-waktu ini, ketika seorang muslim beribadah dan melakukan kebaikan, pahalanya akan dilipatgandakan. Sebaliknya, jika seorang muslim bermaksiat dan melakukan keburukan, maka dosa yang ditanggung pun akan berkali lipat.

Tahun ini, awal bulan Dzulqa’dah 1445 H jatuh pada Minggu, 10 Mei 2024. Sebagai umat muslim dianjurkan untuk meningkatkan ketakwaan, memperbanyak ibadah, dan berusaha meninggalkan maksiat sepenuhnya demi mendapat ridho Allah SWT.

Di bulan ini dilarang menumpahkan darah, Al-Qur’an mempertegas status bulan-bulan ini dalam surat At Taubah ayat 36:

اِنَّ عِدَّةَ الشُّهُوْرِ عِنْدَ اللّٰهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِيْ كِتٰبِ اللّٰهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ مِنْهَآ اَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ۗذٰلِكَ الدِّيْنُ الْقَيِّمُ ەۙ فَلَا تَظْلِمُوْا فِيْهِنَّ اَنْفُسَكُمْ وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِيْنَ كَاۤفَّةً كَمَا يُقَاتِلُوْنَكُمْ كَاۤفَّةً وَاعْلَمُوْٓا اَنَّ اللّٰهَ مَعَ الْمُتَّقِيْنَ

Artinya: “Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah ialah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kalian menganiaya diri kalian dalam bulan yang empat itu dan perangilah kaum musyrik itu semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kalian semuanya; dan ketahuilah bahwa Allah beserta orang-orang yang bertakwa.”

Ayat ini menjelaskan tentang penetapan bulan-bulan dalam Islam serta keutamaan bulan haram. Allah SWT menetapkan bahwa jumlah bulan dalam satu tahun adalah dua belas bulan, yang ditetapkan sejak awal penciptaan langit dan bumi.

Dari dua belas bulan, empat adalah bulan haram yang dimuliakan, di mana perbuatan dosa dan kekerasan dilarang. Ini menunjukkan kebijaksanaan Allah dalam menetapkan waktu dan memberikan petunjuk kepada hamba-Nya.

Allah memperingatkan agar umat Islam tidak menzalimi diri sendiri dalam bulan-bulan haram tersebut, serta memerintahkan untuk berperang melawan kaum musyrik sebagaimana mereka pun memerangi umat Islam. Ayat ini juga menegaskan bahwa Allah selalu bersama orang-orang yang bertakwa, memberikan jaminan kepada mereka yang menjalankan agama dengan lurus dan takwa.

Keistimewaan Bulan Dzulqa’dah berikutnya adalah peristiwa pertemuan Nabi Musa alaihisalam dengan Allah SWT. Setelah Nabi Musa bermunajat, tibalah malam yang dijanjikan oleh Allah kepada Nabi Musa untuk bertemu dengan-Nya.

Peristiwa itu terjadi pada bulan Dzulqa’dah, sedangkan 10 malam sisanya terjadi pada bulan Dzulhijjah. Sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an surat Al-A’raf ayat 142:

وَوَاعَدْنَا مُوسَى ثَلَاثِينَ لَيْلَةً وَأَتْمَمْنَاهَا بِعَشْرٍ فَتَمَّ مِيقَاتُ رَبِّهِ أَرْبَعِينَ لَيْلَةً وَقَالَ مُوسَى لِأَخِيهِ هَارُونَ اخْلُفْنِي فِي قَوْمِي وَأَصْلِحْ وَلَا تَتَّبِعْ سَبِيلَ الْمُفْسِدِينَ

Artinya: “Dan telah Kami janjikan kepada Musa (memberikan Taurat) sesudah berlalu waktu tiga puluh malam, dan Kami sempurnakan jumlah malam itu dengan sepuluh (malam lagi), maka sempurnalah waktu yang telah ditentukan Tuhannya empat puluh malam. Dan berkata Musa kepada saudaranya yaitu Harun: “Gantikanlah aku dalam (memimpin) kaumku, dan perbaikilah, dan janganlah kamu mengikuti jalan orang-orang yang membuat kerusakan.”

Dzulqa’dah merupakan satu di antara bulan haji yaitu Syawal, Dzulqa’dah, dan 10 hari pertama bulan Dzulhijjah. Di musim haji, umat Islam dari seluruh penjuru dunia mulai berdatangan, memadati kota suci untuk melaksanakan rukun Islam yang kelima ini.

Selain di bulan-bulan yang telah disebutkan di atas, tidak sah melakukan ihram untuk haji. Mengenai hal ini, Allah SWT berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 197 :

اَلْحَجُّ اَشْهُرٌ مَّعْلُوْمٰتٌ

Artinya: “Musim haji itu pada bulan-bulan yang telah dimaklumi (ditentukan).”

Setelah mengetahui banyaknya keutamaan bulan Dzulqa’dah, ini saatnya bagi umat Islam mengencangkan sabuk iman untuk berlomba-lomba mengejar ridho Allah SWT. Caranya dengan meningkatkan kualitas ibadah, memperbaiki hati, terus berusaha meninggalkan perbuatan dosa, dan menjauhi segala bentuk kemaksiatan, yang bisa mendatangkan kemurkaan Allah SWT.

Semoga Allah memperkenankan kita menjadi hamba-Nya yang tidak menderita kerugian akibat dosa-dosa yang kita lakukan. Semoga Allah senantiasa membimbing kita agar selalu taat kepada-Nya. Aamiin.

Wallahu A’lam
Oleh Asyiah Muzakir

  • Tatsqif Media Dakwah & Kajian Islam

    Tatsqif hadir sebagai platform edukasi digital yang dirintis oleh Team Tatsqif sejak 5 Januari 2024. Kami mengajak Anda untuk menjelajahi dunia dakwah, ilmu pengetahuan, dan wawasan keislaman melalui website kami. Bergabunglah bersama kami dan jadilah bagian dari kontributor syi'ar Islam.

    Lihat semua pos Lecturer
  • Penulis: Nur Asyiah Muzakir

    Seorang tholibatul ilmi, pencari ridho Allah dan orang tua, menyukai bidang penulisan apapun jenisnya, baik itu artikel atau novel, bercita-cita ingin menjadikan tulisan sebagai jalan dakwah.

    Lihat semua pos

Tatsqif Media Dakwah & Kajian Islam

Tatsqif hadir sebagai platform edukasi digital yang dirintis oleh Team Tatsqif sejak 5 Januari 2024. Kami mengajak Anda untuk menjelajahi dunia dakwah, ilmu pengetahuan, dan wawasan keislaman melalui website kami. Bergabunglah bersama kami dan jadilah bagian dari kontributor syi'ar Islam.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

× Chat Kami Yuk