TATSQIF KARYA – Ramadan adalah saat rahmat Allah melimpah, memancar dalam ibadah dan muhasabah. Ia adalah puisi cinta dari Sang Pencipta yang membimbing, mengajar, dan merangkul jiwa-jiwa yang mencari ketenangan sejati. Dalam pelukan Ramadan, kita merasakan kerinduan pada kebaikan-kebaikan yang ditawarkannya.
Setiap tarikan napas, dalam kebahagiaan atau kesedihan, akan mendekatkan kita kepada-Nya, menguatkan tekad untuk bersabar dan bertahan. Meskipun duka menyelimuti, Ramadan tetap menjadi pelipur lara, mengingatkan kita akan kuasa dan kasih sayang-Nya yang tiada tara.
Namun, detik-detik yang berlalu membawa kita semakin dekat pada momen perpisahan dengan Ramadan. Hatipun terpanggil merayakan setiap momen, menghargai doa yang dipanjatkan, dan memanfaatkan kesempatan untuk memperbanyak amal kebaikan. Semoga masih ada kesempatan untuk kita bertemu dengan Ramadan di tahun-tahun berikutnya. Aamiin.
Semilir Ramadan
Semilir syahdu
bertiup dari sana
menyerbak wewangi rindu
menggelitik pekat cinta
tak peduli kerikil kehidupan
tak hirau sandungan kepedihan
Seperti mawar berbunga
cinta nyata bersama duri-durinya
Seperti simfoni nada
Ia tersingkap peluh orkestra
Egoku luluh bersama sayat-sayat luka
luntur tertawarkan Gaza Palestina
Hakikatnya, makna hidup bermuara ke sana
terlepas dari jerat-jerat nestapa
terbebas dari durjana manusia
Semilir Ramadan mengingatkan
cinta adalah perjuangan
mengobarkan nyala api
di tengah terjangan hujan dan hempasan badai
melampaui kalkulasi logika
melebihi harga semesta raya
Ya Allah, bantu aku membakar
api cintaku tetap berkobar
menghangatkan bilik luka
menerjang angkara-murka
bersama semangat Ramadan
sepanjang laju kehidupan
Hanya dengannya, makna ada aku rasakan.
Sansan Ziaul Haq
Pulosari, 9 Maret 2024
——————————————-
Untuk kembali ke halaman awal, klik DI SINI