Karya

PUISI – Jejak Kasih Ayah

TATSQIF ONLINE – Persembahan puisi untuk Ayah tercinta oleh Deffi Syahfitri Ritonga, Guru Sejarah Indonesia sekaligus Dosen Pengajar di Universitas Padjajaran Bandung pada program Kampus Merdeka.

Jejak Kasih Ayah
Oleh: Deffi Syahfitri Ritonga

Ayah..,
Boleh saja berhentinya nafas menghentikan gerakmu di dunia ini
tapi berpisahnya ruh 
tak lantas berhenti juga kebermanfaatanmu untuk dunia
Sebab, engkau mewariskan banyak kebaikan yang abadi hingga dunia berhenti berputar

Ayah..,
Mungkin usiamu memang tak panjang
Tapi kenangan dan pelajaran yang kau berikan cukup menjadi cerita panjang tanpa kata tamat untuk anak cucu kami
Cerita yang kami ulang-ulang setiap hari sembari mengenang hangatnya senyummu

Ayah..,  
Di suatu ketika setelah kepergianmu aku teringat pada malam-malam sepi, berangin dan kadang hujan
Kami menunggu suara sepeda motormu dari kejauhan dengan perasaan tak sabar
Berebut membuka tasmu demi mencari majalah dan martabak kubang yang ayah beli sehari sebelumnya. 

Ayah.., 
Aku juga teringat pada hari-hari Ramadhan saat ayah masih berjualan sepatu
Sepatu terakhir yang engkau bawa pulang hari itu akhirnya menjadi milikku
Sepatu yang juga menjadi penyebab kecelakaan menimpaku beberapa hari sebelum lebaran
Saat orang menggotongku dengan kepala berdarah-darah beberapa saat sebelum buka puasa
Engkau panik, tentu saja. 

Ayah.., 
Bagiku ayah adalah lelaki terkeren yang kukenal
Ayah yang selalu membelikan kami baju baru, sepatu baru, bahkan daleman baru
Ayah yang mengurus semuanya, bahkan membelikan anak-anak kami baju baru
Ayah yang menguatkan hati melepaskan kami sekolah jauh
Ayah yang menguatkan hati melepaskan kami menikah
Ayah yang selalu bahagia melihat tingkah polah anak-anak kami

Ayah..,
Satu tahun terakhir mungkin adalah tahun terberat untuk kita, meski tahun-tahun sebelumnya juga berat
Tapi engkau selalu menunjukkan sikap tenang 
Semua orang tahu engkau gundah, 
Bertanya-tanya bagaimana kehidupan keluargamu jika engkau pergi
Bagaimana istri dan anak dan cucu-cucumu melanjutkan kehidupan mereka 

Ayah.., 
Hari ketika engkau pergi adalah saat paling patah hati sepanjang hidup yang kutahu
Meski di saat yang sama juga aku bahagia
Karena engkau merdeka, karena engkau pergi dengan cara yang teramat baik
Yang lebih penting, karena engkau tidak kesakitan lagi.

Ayah.., 
Meski tak sempat menatap wajahmu terakhir kali
Setiap hari aku dan anak-anakku mengirimkan doa untukmu
Bermohon pada-Nya Memberikanmu rumah yang nyaman dan penuh cinta
Terimakasih sudah mengunjungiku beberapa kali dalam mimpi
Kami merindukanmu,
Meski tak ada kata yang cukup mampu melukiskannya. 
Selalulah bahagia, 
Kami semua mencintaimu

Unpad, 11 Oktober 2023
Di sela-sela mengajar kelas Sejarah Kebudayaan Arab

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

× Chat Kami Yuk