Jumlah Fi’liyah: Struktur dan Pola Kalimat dalam Bahasa Arab
TATSQIF ONLINE – Dalam ilmu nahwu, struktur kalimat dalam bahasa Arab dibagi menjadi dua jenis utama, yaitu Jumlah Ismiyyah dan Jumlah Fi’liyah. Kedua jenis kalimat ini memiliki aturan yang berbeda dalam penyusunannya. Jumlah Ismiyyah adalah kalimat yang diawali dengan kata benda (isim), sementara Jumlah Fi’liyah adalah kalimat yang diawali dengan kata kerja (fi’il).
Pengertian Jumlah Fi’liyah
Jumlah Fi’liyah adalah jenis kalimat dalam bahasa Arab yang diawali dengan fi’il (kata kerja). Struktur utama Jumlah Fi’liyah terdiri dari:
1. Fi’il (فعل) – Kata kerja yang menyatakan suatu tindakan atau peristiwa.
2. Fa’il (فاعل) – Subjek atau pelaku dari tindakan yang dinyatakan oleh fi’il.
Dalam beberapa kasus, Jumlah Fi’liyah juga dapat memiliki Maf’ul bih (مفعول به) atau objek, yaitu kata yang terkena dampak dari perbuatan yang dilakukan oleh subjek.
Contoh Jumlah Fi’liyah:
كَتَبَ الطَّالِبُ الدَّرْسَ (Seorang murid telah menulis pelajaran)
- كَتَبَ → Fi’il (menulis)
- الطَّالِبُ → Fa’il (subjek: murid)
- الدَّرْسَ → Maf’ul bih (objek: pelajaran)
قَرَأَ المُعَلِّمُ الكِتَابَ (Guru telah membaca buku)
Ciri-Ciri Jumlah Fi’liyah
1. Menunjukkan Tindakan atau Kegiatan
Jumlah Fi’liyah selalu menggambarkan suatu peristiwa, aktivitas, atau keadaan tertentu. Hal ini berbeda dengan Jumlah Ismiyyah, yang lebih menekankan keadaan atau sifat dari subjeknya.
2. Diawali dengan Fi’il (Kata Kerja)
Kalimat dalam Jumlah Fi’liyah selalu dimulai dengan kata kerja (fi’il), baik dalam bentuk madhi (lampau), mudhari’ (sekarang/akan datang), atau amar (perintah).
3. Terikat dengan Waktu
Fi’il dalam Jumlah Fi’liyah selalu memiliki aspek waktu tertentu, yaitu:
a. Fi’il Madhi (فعل ماضي) → Menunjukkan kejadian yang telah terjadi di masa lampau.
b. Fi’il Mudhari’ (فعل مضارع) → Menunjukkan kejadian yang sedang atau akan terjadi.
c. Fi’il Amar (فعل أمر) → Menunjukkan perintah untuk melakukan suatu tindakan di masa mendatang.
4. Minimal Terdiri dari Dua Kata
Kalimat Jumlah Fi’liyah harus terdiri dari minimal dua unsur, yaitu fi’il dan fa’il. Jika tidak ada fa’il yang disebutkan secara eksplisit, maka biasanya fa’il sudah terkandung dalam bentuk fi’ilnya.
Contoh: كَتَبَ (Dia telah menulis)
Dalam kalimat ini, fa’il tidak disebutkan secara eksplisit, tetapi sudah terkandung dalam bentuk fi’il كَتَبَ yang menunjukkan bahwa subjeknya adalah dia (laki-laki).
Perbedaan Jumlah Fi’liyah dan Jumlah Ismiyyah
Meskipun kedua jenis kalimat ini memiliki makna yang serupa dalam beberapa kasus, terdapat beberapa perbedaan mendasar dalam struktur dan penggunaannya.
Aspek | Jumlah Fi’liyah | Jumlah Ismiyyah |
---|---|---|
Kata pertama | Diawali dengan fi’il (kata kerja) | Diawali dengan isim (kata benda) |
Komponen utama | Fi’il (kata kerja) dan Fa’il (subjek/pelaku) | Mubtada’ (subjek) dan Khobar (predikat) |
Contoh | ذَهَبَ زَيْدٌ (Zaid telah pergi) | زَيْدٌ ذَهَبَ (Zaid telah pergi – dengan penekanan pada subjek) |
Penggunaan Jumlah Ismiyyah biasanya menekankan keadaan subjek, sedangkan Jumlah Fi’liyah lebih menekankan pada tindakan atau perbuatan.
Struktur Jumlah Fi’liyah
Jumlah Fi’liyah memiliki beberapa variasi struktur berdasarkan jenis kata kerja yang digunakan:
1. Pola Kalimat dengan Fi’il Lazim (Intransitif)
Fi’il + Fa’il (Predikat + Subjek)
Kalimat ini hanya membutuhkan pelaku (fa’il) dan tidak memiliki objek.
Contoh:
جَلَسَ زَيْدٌ (Zaid telah duduk)
قَامَ الرَّجُلُ (Laki-laki itu telah berdiri)
2. Pola Kalimat dengan Fi’il Muta’addi (Transitif)
Fi’il + Fa’il + Maf’ul bih (Predikat + Subjek + Objek)
Kalimat ini membutuhkan objek (maf’ul bih) sebagai penyempurna maknanya.
Contoh:
قَرَأَ الطَّالِبُ الكِتَابَ (Seorang murid telah membaca buku)
أَكَلَ الوَلَدُ التُّفَّاحَةَ (Anak itu telah memakan apel)
Penggunaan Fi’il dalam Jumlah Fi’liyah
1. Fi’il Madhi (Lampau)
Fi’il madhi digunakan untuk menunjukkan peristiwa yang telah terjadi.
Contoh: كَتَبَ المُدَرِّسُ الدَّرسَ (Guru telah menulis pelajaran)
2. Fi’il Mudhari’ (Sekarang/Akan Datang)
Fi’il mudhari’ digunakan untuk menyatakan kejadian yang sedang berlangsung atau akan terjadi.
Contoh: يَكْتُبُ الطَّالِبُ الدَّرسَ (Murid sedang menulis pelajaran)
3. Fi’il Amar (Perintah)
Fi’il amar digunakan untuk memberikan perintah atau instruksi kepada seseorang.
Contoh:
اِجْلِسْ (Duduklah!)
اِقْرَأِ الكِتَابَ (Bacalah buku itu!)
Kesimpulan
Jumlah Fi’liyah merupakan salah satu bentuk kalimat dalam bahasa Arab yang memiliki peran penting dalam menyampaikan informasi yang berkaitan dengan tindakan atau peristiwa. Struktur dasarnya terdiri dari fi’il (kata kerja) dan fa’il (subjek), serta dapat memiliki maf’ul bih (objek) jika menggunakan fi’il muta’addi.
Perbedaan antara Jumlah Fi’liyah dan Jumlah Ismiyyah terletak pada susunan kata dan fokus makna kalimat. Dalam penggunaannya, Jumlah Fi’liyah dapat dibentuk menggunakan Fi’il Madhi, Fi’il Mudhari’, dan Fi’il Amar, yang masing-masing menunjukkan aspek waktu yang berbeda. Wallahua’lam.
Diah Azhara Siregar (Mahasiwa Prodi HKI UIN Syekh Ali Hasan Ahmad Addary Padangsidimpuan)
Apakah fa’il itu harus ada dalam jumlah fi’liyyah?
apa saja perubahan yang terjadi pada kata kerja dalam jumlah fi’liyah ketika subjek nya berubah? dan contoh nya!