Jejak Mujaddid dan Ulama dalam Dakwah Islam di Tarim
TATSQIF ONLINE – Tarim telah lama masyhur sebagai tempat lahirnya banyak ulama dan orang-orang saleh. Jumlahnya sulit untuk dipastikan karena karakter mereka yang khumul dan wara’.
Karakter khumul menunjukkan sifat tidak suka menampakkan diri, merahasiakan ibadah dari pandangan dan pujian makhluk bumi. Seseorang yang memiliki karakter ini tidak ingin orang lain melihat ibadahnya, dan enggan memberitahukan caranya dalam mendekatkan diri kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Karakter ini lahir dari sifat tawadhu’ (rendah hati).
Sementara sifat wara’ merupakan sikap kehati-hatian terhadap hal-hal yang masih memunculkan keraguan terkait status keharamannya.
BACA JUGA: Ijtihad dalam Hukum Islam dan Peran Ulama Kontemporer
Ulama Tarim memiliki pengaruh dan peran yang signifikan dalam penyebaran dakwah Islam. Berikut beberapa ulama Tarim yang memegang peran penting dalam dakwah:
Al-Faqih al-Muqaddam Muhammad bin Ali Ba’alawy
Beliau adalah Muhammad bin Ali bin Muhammad Shohib Marbath bin Ali Khali’ Qasam bin Alawy bin Muhammad bin Alawy bin ‘Ubaidillah bin al-Muhajir Ahmad bin ‘Isa an-Naqib bin Muhammad bin Ali al-Uraidhi bin Ja’far as-Shadiq bin Muhammad al Baqir bin Ali zainal ‘Abidin bin Husain bin Ali bin Abi thalib dan Fatimah az-Zahra binti Sayyidina wa Maulana Muhammad shallalahu ‘alaihi wasallam.
Nasab beliau bersambung kepada Rasulullah SAW dari Sayyidatina Fatimah Az-Zahra. Sayyid Muhammad bin Ali yang terkenal dengan nama al-Faqih al-Muqaddam ialah sesepuh semua kaum Alawiyin. Beliau lahir di kota Tarim pada tahun 547 Hijriyah.
Al-Faqih al-Muqaddam tumbuh dan berkembang di bawah naungan dan asuhan yang baik. Beliau hafal Al-Qur’an dan sejumlah matan dari berbagai macam cabang keilmuan. Waktu dan kemampuannya terpakai untuk menuntut ilmu dan mengamalkannya. Keberkahan ilmu dan amal telah meliputi dirinya semenjak kecil, saat beliau masih berada di bawah naungan didikan kedua orang tuanya.
Pembahasan tentang al-Faqih al-Muqaddam, akan membuka kisah dan perannya dalam penyebaran Islam. Di wilayah Hadramaut, terutama di Tarim, namanya sangat terkenal. Suatu hal yang tidak lazim, jika ada warga Tarim atau penuntut ilmu di Tarim yang tidak mengetahui tentangnya. Kewarakan, keilmuan, dan silsilah nasabnya yang mulia menyatu dalam sosoknya, sebagai mujaddid pada zamannya.
Beliau terkenal sebagai ahli Ushul Fiqh, ahli Fiqh dan seorang sufi. Di antara prinsip hidupnya yang masyhur adalah sifat tawadhu’ dan bersahabat dengan kaum dhu’afa. Semenjak al-Faqih al-Muqaddam menyatakan kesufiannya, beliau mengarahkan himmah (tekad) anak-anaknya dan para pengikutnya agar lebih mementingkan ilmu dan amal, serta membersihkan diri.
Abdurrahman bin Muhammad Maula Ad-Dawilah
Beliau adalah Abdurrahman bin Muhammad maula ad-Dawilah bin Ali bin ‘Alawy bin Faqih al-Muqaddam Muhammad Ali bin Muhammad Shahib Marbath bin Ali Khali’ Qasam bin Alawy bin Muhammad bin Alawy bin ‘Ubaidillah bin al-Muhajir Ahmad bin ‘Isa an-Naqib bin Muhammad bin Ali al-Uraidhi bin Ja’far as-Shadiq bin Muhammad al-Baqir bin Ali zainal ‘Abidin bin Husain bin Ali bin Abi Thalib dan Fatimah Az-Zahra binti Sayyidina wa maulana Muhammad SAW.
Nasab beliau bersambung kepada Rasulallah SAW dari Sayyidatina Fatimah az-Zahra. Beliau bergelar al-Faqih al-Muqaddam ats-Tsani dan orang yang pertama dijuluki dengan sebutan as-Saggaf.
Al-Faqih al-Muqaddam ats-Tsani lahir pada tahun 739 Hijriyah di kota Tarim. Beliau berguru ke sejumlah ulama besar. Ia menyelesaikan hafalan Al-Qur’an di hadapan Syekh Ahmad bin Muhammad al-Khatib dan Sayyid al-‘Allamah Muhammad bin Ali.
Salah satu mujahadah (kesungguhan) beliau dalam beribadah adalah kegemarannya membaca Al-Quran. Tersebut dalam kisah, bahwa beliau mengkhatamkan Al-Qur’an dua kali di malam hari, dan dua kali di siang hari, karena kecintaan dan kedekatannya dengan Al-Quran.
Dua mesjid yang menjadi peninggalan beliau masih terawat hinga sekarang, masjid as-Saggaf dan masjid Suwaiyyah. Masjid as-Saggaf terletak di daerah Suuq Tarim, yang berdekatan dengan ribath Tarim dan masjid Ba’alwy. Sementara masjid Suwaiyyah terletak di distrik Khulaif. Kedua masjid ini sudah berumur ratusan tahun, namun kondisinya masih baik sampai sekarang dan dipergunakan masyarakat Tarim untuk beribadah.
Abdullah bin Alawi al-Haddad (Imam al-Haddad)
Al-Habib Abdullah bin Alawy Al-Haddad, terkenal dengan julukan Imam al-Haddad, lahir pada tanggal 5 Safar 1044 Hijriah. Beliau tumbuh besar dan mendapatkan pendidikan di kota Tarim. Sejak kecil, Allah SWT memberikan berkah cahaya penglihatan (nur bashirah) kepadanya.
Sejak kecil Imam al-Haddad tekun menuntut ilmu dan belajar dari berbagai ulama, termasuk al-Habib Umar bin Abdurrahman al-Atthas, pemilik ratib al-atthas, dan al-Habib ‘Aqil bin Abdurrahman as-Saggaf, serta Habib Abdurrahman bin Syekh ‘Aidid, dan masih banyak ulama lainnya.
Beliau adalah wali qutub di masanya, yaitu orang yang memiliki pengetahuan mendalam, sangat mencintai Allah SWT, dan mendapat kasih sayang dan perlindungan dari-Nya dalam segala urusan. Kewarakan dalam amal dan perbuatannya, memberikan pengaruh terhadap orang-orang sesudahnya.
Beliau memiliki beberapa karya yang sangat fenomenal dalam bidang ilmu tasawuf, di antaranya adalah kitab Sabilul Iddikar wal I’tibar bima yamurru bil insan wa yanqodhi lahu minal a’mar, ad-Da’wah at-Tammah wa at-Tazkiratul al-‘Ammah, Risalah Mu’awanah, al-Fusul al-Ilmiyah wal Ushul al-Hikamiyah, Kitab al-hikam,Risalah Adab Sulukil Murid, dan lain-lain.
Beliau juga meninggalkan beberapa masjid bersejarah, sebagian di antaranya telah direnovasi, termasuk Masjid Al-Hawi, Masjid Awwabin, dan lain-lain.
Wallahu A’lam
Oleh Muhammad Hafiz Sunny Batubara (Mahasiswa Universitas Al-Ahgaff, Yaman)
-
Tatsqif hadir sebagai platform edukasi digital yang dirintis oleh Team Tatsqif sejak 5 Januari 2024. Kami mengajak Anda untuk menjelajahi dunia dakwah, ilmu pengetahuan, dan wawasan keislaman melalui website kami. Bergabunglah bersama kami dan jadilah bagian dari kontributor syi'ar Islam.
Lihat semua pos Lecturer