Jejak Bahasa Nusantara dalam Al-Quran: Simak Penjelasan Ulama
TATSQIF ONLINE – Dalam buku Tafsir Al-Quran di Medsos, Nadirsyah Hosen antara lain membahas satu kata unik yaitu كافورا. Kata ini konon berasal dari bahasa Nusantara.
Jika benar adanya, seakan menjadi sebuah keistimewaan bagi bangsa Indonesia, salah satu kosa katanya dimuat dalam al-Quran. Hal ini berangkat dari Alquran Surah Al-Insan ayat 5:
اِنَّ الْاَبْرَارَ يَشْرَبُوْنَ مِنْ كَأْسٍ كَانَ مِزَاجُهَا كَافُوْرًاۚ
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang berbuat kebajikan minum dari gelas (berisi minuman) yang campurannya adalah air kafur.”
Kata kafur ini diduga berasal dari bahasa Nusantara. Karena di masa turunnya Al-Quran, semua jenis kapur yang dikenal merupakan bahan impor dari luar.
Sejarah membuktikan bahwa satu-satunya wilayah yang memproduksi kapur di masa itu adalah Nusantara, tepatnya di kota Barus, Tapanuli Tengah, Sumatera Utara. Demikian Nadirsyah Hosen menulis dalam bukunya tersebut.
Bahasa Asing dalam Al-Quran Menurut Ushul Fikih
Dalam kajian Ushul Fikih, setiap bahasa asing yang diserap ke dalam bahasa Arab disebut dengan المعرّب (al-Muarrab). Syekh Zakariya al-Anshari dalam Ghayatul Wusul mendefinisikan al-Mu’arrab sebagai berikut:
لَفْظٌ غَيْرُ علَمٍ استعملته الْعَرَبُ فِيمَا وُضِعَ لَهُ فِي غَيْرِ لُغَتِهِم
Artinya: “Setiap bahasa asing yang digunakan bangsa Arab sesuai dengan makna aslinya namun tidak digunakan sebagai nama.”
Berdasarkan definisi ini, nama-nama nabi seperti Nabi Ibrahim ‘alaihissalam, Ismail AS, dan lain-lain walaupun tidak berasal dari bahasa Arab tidak masuk kategori المعرّب karena digunakan sebagai nama.
Dilansir dari tafsirquran.id, Miftahus Syifa Bahrul Ulumiyah menyebutkan bahwa di antara kosa kata yang diprediksi berasal dari bahasa lain adalah سجل. Kata ini diduga berasal dari bahasa Absynia.
Demikian halnya kata قرطاس dalam surah Al-An’am merupakan bahasa asing yang diduga berasal dari bahasa Yunani. Selain itu kata كافورا juga diduga berasal dari bahasa Nusantara.
Hanya saja para ulama berbeda pendapat tentang apakah Al-Quran mengandung bahasa asing ataukah tidak. Satu kelompok mengakui, kelompok lain tidak mengakuinya.
Pendapat Bahwa Al-Quran Tidak Mengandung Bahasa Asing
Imam As-Suyuthi dalam kitab Al-Muhadzab fi Ma Waqa’a fi al-Quran min al-Mu’arrab, menyebutkan bahwa Imam Syafi’i dan Ibnu Jarir at-Thabari di antara yang berpendapat Al-Quran tidak mengandung bahasa asing.
Pendapat mereka berdasarkan pada dua ayat: Pertama, Surah Yusuf ayat 2, Allah Subhanahu Wa ta’ala berfirman:
اِنَّآ اَنْزَلْنٰهُ قُرْاٰنًا عَرَبِيًّا لَّعَلَّكُمْ تَعْقِلُوْنَ
Artinya: “Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa al-Quran dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya.”
Kedua, Surah Fushshilat ayat 44:
وَلَو جَعَلناهُ قُرآناً أَعجَمياً لّقالوا لَولا فُصِّلَت آَياتُه ءاَعجَميُّ وَعَرَبيُّ
Artinya: “Dan jikalau Kami jadikan Al Quran itu suatu bacaan dalam bahasa selain Arab, tentulah mereka mengatakan: “Mengapa tidak dijelaskan ayat-ayatnya?” Apakah (patut Al Quran) dalam bahasa asing sedang (rasul adalah orang) Arab?”
Kedua ayat ini dengan sharih (jelas) menyatakan bahwa Al-Quran diturunkan dengan berbahasa Arab. Ini menunjukkan bahwa seluruh kosa kata dalam Al-Quran pasti berupa bahasa Arab.
Pendapat kelompok ini dikuatkan dengan perkataan Abu Ubaidah sebagaimana yang disebutkan oleh Imam As-Suyuthi:
إِنَّمَا أَنْزَلَ الْقُرْآنَ بِلِسَانٍ عَرَبِيٍّ مُبِينٍ فَمَنْ زَعَمَ أَنَّ فِيهِ غَيْرَ الْعَرَبِيَّةِ فَقَدْ أَعْظَمَ الْقَوْلَ
Artinya: “Al-Quran diturunkan hanya diturunkan dengan bahasa Arab yang jelas, maka barang siapa yang menyangka bahwa di dalam al-Quran terdapat bahasa selain Arab maka sungguh dia telah membesarkan masalah.”
Pendapat Bahwa Al-Quran Mengandung Bahasa Asing
Syekh Zakariya al-Anshari dalam kitab Ghayatul Wusul, menyebutkan bahwa sebagian ulama lain berpendapat sebaliknya. Mereka menyebutnya dengan berbagai istilah المعرب yang berarti kosa kata asing yang digunakan dalam bahasa Arab, dan المستغرب yang berarti kosa kata asing.
Mereka beragumentasi dengan hasil penelitian bahwa banyak kosa kata asing yang digunakan Al-Quran. Mereka menyebutkan antara lain seperti kata إستبرق dalam surah Ar-Rahman yang berarti sutra, sesungguhnya berasal bahasa Persi.
Demikian halnya kata قسطاس berasal dari bahasa Romawi di dalam surah Al–Kahfi yang berarti timbangan. Dan seperti مشكاة dalam surah An-Nur yang berarti lubang berasal dari bahasa Habasiyyah.
Bantahan Pendapat Pertama Terhadapat Pendapat Kedua
Syekh Zakariya al-Anshari tidak sepakat dengan pendapat kedua karena bertentangan dengan dua ayat di atas. Menurut beliau, kosa kata asing yang diduga bukan berasal dari bahasa Arab itu sesungguhnya bahasa Arab yang secara kebetulan sama dengan bahasa lain.
Sebagaimana yang beliau sebutkan dalam kitab Ghayatul Wusul:
قُلْنَا هَذِهِ الْأَلْفَاظُ وَنَحْوُهَا اتَّفَقَتْ فِيهَا لُغَةُ الْعَرَبِ وَلُغَةُ غَيْرِهِمْ كَالصَّابُونِ
Artinya: “Kami menjawab bahwa semua lafal-lafal itu dan yang semacamnya sesungguhnya termasuk lafal yang kebetulan sama antara bahasa Arab dengan bahasa lain sama halnya dengan kata Shabun”.
وَقَالَ ابْنُ جَرِيرٍ: مَا وَرُدَ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا وَغَيْرِهِ مِنْ تَفْسِيرِ أَلْفَاظِ الْقُرْآنِ أَنَّهَا بِالْفَارِسِيَّةِ أَوِ الْحَبَشِيَّةِ أَوِ النَّبَطِيَّةِ أَوْ نَحْوِ ذَلِكَ إِنَّمَا اتَّفَقَتْ فِيهَا تَوَارُدُ اللُّغَاتِ فَتَكَلَّمَتْ بِهَا الْعَرَبُ وَالْفَرِسُ وَالْحَبَشَةُ بِلَفْظٍ وَاحِدٍ
Artinya: “Semua riwayat dari Ibnu Abbas tentang tafsirannya bahwa beberapa lafal dalam al-Quran berasal dari bahasa Persi, Habasiyyah, dan Nabtiyyah itu sesungguhnya hanya sebuah kebetulan saja. Bangsa Arab menggunakan kata yang juga digunakan oleh bangsa lainnya.”
Pandangan lain untuk menjawab pendapat kedua disampaikan oleh Syekh Abu al-Ma’ali Syidalah. Menurut beliau, bahasa Arab adalah bahasa yang paling kaya dengan kosa kata. Sehingga mungkin saja bahasa Arab terlebih dahulu menggunakan bahasa asing itu, kemudian digunakan juga oleh bahasa lain.
Hal ini sebagaimana yang disebutkan dalam kitab al-Muhadzab fi Ma Waq’a fi al-Quran min al-Mu’arrab:
إِنَّمَا وُجِدَتْ هَذِهِ الْأَلْفَاظُ فِي لُغَةِ الْعَرَبِ لِأَنَّهَا أَوْسَعُ اللُّغَاتِ وَأَكْثَرُهَا أَلْفَاظًا، وَيَجُوزُ أَنْ يَكُونُوا سَبَقُوا إِلَى هَذِهِ الْأَلْفَاظِ
Artinya: “Sesungguhnya kosa kata – kosa kata asing itu terdapat dalam bahasa Arab karena bahasa Arab merupakan satu-satunya bahasa yang sangat kaya kosa kata. Sehingga sangat mungkin sekali bahasa Arab lebih dahulu memiliki lafal-lafal itu dibanding bahasa-bahasa lain.”
Kesimpulan
Pendapat pertama yang dianggap lebih kuat, menegaskan bahwa kata كافورا dalam Al-Quran tetaplah merupakan bahasa Arab. Meskipun demikian, ada kemungkinan terjadi kesamaan atau kemiripan kata antara bahasa Al-Quran dan bahasa Nusantara.
Hal ini menyiratkan bahwa kata-kata dalam Al-Quran bisa memiliki analogi atau kesamaan dengan kata-kata yang digunakan dalam bahasa-bahasa asing. Fenomena kesamaan atau persamaan kata antara bahasa-bahasa ini menunjukkan sejarah perkembangan dan perjalanan kata-kata di wilayah yang berbeda. Wallahu A’lam
Author: Muhammad Yoeki Hendra (Mahasantri Mahad Aly Situbondo)
Editor: Sylvia Kurnia Ritonga (Founder tatsqif.com)