Aqidah & Akhlak

Hakikat Tauhid: Konsep, Jenis, dan Urgensinya dalam Islam

TATSQIF ONLINE  Tauhid merupakan konsep utama dalam ajaran Islam dan menjadi fondasi keimanan seorang Muslim. Keyakinan terhadap keesaan Allah Subhanahu wa Ta’ala bukan sekadar teori, tetapi menjadi pedoman hidup yang mengatur seluruh aspek kehidupan, baik dalam peribadatan, muamalah, maupun akhlak. Dengan memahami tauhid, seorang Muslim dapat menjalankan ibadah dengan benar, menjauhkan diri dari syirik, dan menegakkan prinsip-prinsip Islam dalam kehidupannya.

Tauhid berasal dari kata وَحَّدَ – يُوَحِّدُ – تَوْحِيْدًا yang berarti mengesakan. Secara istilah, tauhid adalah meyakini bahwa hanya Allah yang memiliki sifat ketuhanan dalam segala aspek, baik dalam rububiyyah (penciptaan, pemeliharaan, dan pengaturan alam semesta), uluhiyyah (hak eksklusif untuk disembah), serta asma’ wa shifat (nama-nama dan sifat-sifat-Nya yang sempurna).

Allah berfirman dalam Alquran Surah Al-Baqarah ayat 163:

وَإِلَٰهُكُمْ إِلَٰهٌ وَٰحِدٌۖ لَّا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ٱلرَّحْمَٰنُ ٱلرَّحِيمُ

Artinya: “Dan Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan selain Dia, Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang.”

Tauhid menjadi inti dakwah para nabi dan rasul, sebagaimana firman Allah dalam Alquran Surah Al-Anbiya ayat 25:

وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ إِلَّا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدُونِ

Artinya: “Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum engkau (Muhammad), melainkan Kami wahyukan kepadanya bahwa tidak ada Tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku.”

Pembagian Tauhid

Para ulama membagi tauhid menjadi tiga aspek utama:

1. Tauhid Rububiyyah

Tauhid Rububiyyah adalah keyakinan bahwa hanya Allah yang menciptakan, mengatur, dan menguasai alam semesta. Semua makhluk bergantung kepada-Nya, dan tidak ada yang memiliki kekuasaan dalam penciptaan selain Allah.

Allah berfirman dalam Alquran Surah Az-Zumar ayat 62:

اللَّهُ خَالِقُ كُلِّ شَيْءٍ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ وَكِيلٌ

Artinya: “Allah adalah Pencipta segala sesuatu, dan Dia Maha Pemelihara atas segala sesuatu.”

Tauhid rububiyyah diakui oleh banyak umat manusia, termasuk kaum musyrikin pada zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Meskipun mereka mengakui bahwa Allah adalah pencipta, mereka tetap menyekutukan-Nya dalam ibadah.

Allah berfirman dalam Alquran Surah Az-Zumar ayat 38:

وَلَئِن سَأَلْتَهُم مَّنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ

Artinya: “Dan jika engkau bertanya kepada mereka, ‘Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?’ Tentu mereka akan menjawab, ‘Allah.'”

Namun, pengakuan terhadap rububiyyah Allah tidak cukup untuk dikategorikan sebagai tauhid yang sempurna jika seseorang masih beribadah kepada selain-Nya.

2. Tauhid Uluhiyyah

Tauhid Uluhiyyah adalah mengesakan Allah dalam segala bentuk ibadah. Ibadah tidak hanya mencakup shalat dan puasa, tetapi juga mencakup doa, nadzar, menyembelih hewan, bertawakkal, dan seluruh aspek kehidupan yang berkaitan dengan penyembahan.

Allah berfirman dalam Alquran Surah An-Nahl ayat 36:

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اُعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ

Artinya: “Dan sungguh, Kami telah mengutus rasul pada setiap umat (untuk menyerukan): ‘Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah thaghut.’”

Manusia diciptakan untuk beribadah kepada Allah semata, sebagaimana tersebut dalam Alquran Surah Adz-Dzariyat ayat 56:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

“Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.”

Sayangnya, banyak orang yang mengabaikan tauhid uluhiyyah dan terjerumus dalam syirik dengan menyembah selain Allah, seperti berdoa kepada wali, meminta perlindungan kepada kuburan, atau bergantung pada jimat.

3. Tauhid Asma’ wa Shifat

Tauhid Asma’ wa Shifat adalah meyakini bahwa Allah memiliki nama dan sifat yang sempurna sesuai dengan yang disebutkan dalam Al-Qur’an dan sunnah, tanpa menyerupakannya dengan makhluk.

Allah berfirman dalam Alquran Surah Al-A’raf ayat 180:

وَلِلَّهِ الأَسْمَاءُ الْحُسْنَى فَادْعُوهُ بِهَا

Artinya: “Hanya milik Allah nama-nama yang terbaik, maka berdoalah kepada-Nya dengan menyebut nama-nama tersebut.”

Allah juga menegaskan dalam Alquran Surah Asy-Syura ayat 11:

لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ البَصِيرُ

Artinya: “Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia. Dia Maha Mendengar, Maha Melihat.”

Dalam memahami sifat Allah, harus dihindari dua kesalahan:

1. Tasybih (penyerupaan), yaitu menyamakan sifat Allah dengan makhluk.

2. Ta’thil (penolakan), yaitu menolak nama atau sifat Allah yang telah ditetapkan dalam Al-Qur’an dan hadis.

    Urgensi Tauhid dalam Kehidupan

    Pemahaman tauhid yang benar memiliki banyak manfaat dalam kehidupan seorang Muslim, di antaranya:

    1. Menjadikan ibadah diterima

    Ibadah hanya diterima jika dilakukan dengan ikhlas dan sesuai dengan sunnah.

    2. Membentuk akhlak yang baik

    Tauhid yang kuat melahirkan sikap jujur, amanah, dan bertanggung jawab.

    3. Menghindarkan dari kesyirikan

    Dengan memahami tauhid, seseorang akan lebih waspada terhadap segala bentuk syirik, baik besar maupun kecil.

    4. Memberikan keselamatan di dunia dan akhirat

    Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

    مَاتَ وَهُوَ يَعْلَمُ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ دَخَلَ الْجَنَّةَ

    Artinya: “Barang siapa meninggal dalam keadaan mengetahui bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, maka ia masuk surga,” (HR Muslim).

      Tauhid bukan sekadar teori, tetapi harus diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan berpegang teguh pada ketauhidan, seorang Muslim akan selamat di dunia dan akhirat.

      Kesimpulan

      Tauhid merupakan inti ajaran Islam yang menegaskan keesaan Allah dalam rububiyyah, uluhiyyah, serta asma’ wa shifat. Keyakinan ini menjadi dasar seluruh aspek kehidupan seorang Muslim, baik dalam ibadah, akhlak, maupun pola pikir.

      Pemahaman yang benar terhadap tauhid mencegah seseorang dari kesyirikan dan memastikan ibadahnya diterima oleh Allah. Tauhid juga memberikan ketenangan jiwa, membentuk akhlak yang baik, serta menjamin keselamatan di dunia dan akhirat. Oleh karena itu, setiap Muslim wajib mendalami dan mengamalkannya dengan benar agar dapat meraih kebahagiaan hakiki dalam kehidupan ini dan di akhirat kelak. Wallahua’lam.

      Usrial Abdillah (Mahasiwa Prodi HKI UIN Syekh Ali Hasan Ahmad Addary Padangsidimpuan) 

      • Tatsqif hadir sebagai platform edukasi digital yang dirintis oleh Team Tatsqif sejak 5 Januari 2024. Kami mengajak Anda untuk menjelajahi dunia dakwah, ilmu pengetahuan, dan wawasan keislaman melalui website kami. Bergabunglah bersama kami dan jadilah bagian dari kontributor syi'ar Islam.

        Lihat semua pos Lecturer

      Tatsqif Media Dakwah & Kajian Islam

      Tatsqif hadir sebagai platform edukasi digital yang dirintis oleh Team Tatsqif sejak 5 Januari 2024. Kami mengajak Anda untuk menjelajahi dunia dakwah, ilmu pengetahuan, dan wawasan keislaman melalui website kami. Bergabunglah bersama kami dan jadilah bagian dari kontributor syi'ar Islam.

      5 komentar pada “Hakikat Tauhid: Konsep, Jenis, dan Urgensinya dalam Islam

      • Ahmad Alfarizi

        Apa saja hikmah yang terkandung dalam memahami Tauhid secara mendalam?

        Balas
      • Siti Khadijah Matondang

        Maa syaa Allah, jujur saya suka dan bisa mengambil banyak ibroh dan tentunya juga seuntai pertanyaan dari artikel yang anda paparkan. Baarokallohu fiik👏🏻

        Nah jadi, kita udah tau ni kan bagaimana konsep ilmu tauhid dalam kehidupan, dan terutama ke-urgenannya dalam realita kehidupan kita. Nah nyatanya dalam realita generasi kita, saya merasa, ke-urgenan ilmu tauhid itu, perlahan sudah mulai redup. Karna memang banyak faktor yang melatarbelakangi. Jadi *Bagaimana upaya yang bisa kita lakukan untuk menguatkan atau mengembalikan kembali, rasa pentingnya untuk bertauhid dan tetap menjaganya sampai akhir hayat, khususnya di kalangan kita sendiri?*

        Terimakasih, Wassalamu’alaikum 🙏🏻

        Balas
      • Rohib arsadi

        Pertanyaan saya adalah.. Tetang keterkaitan ketiga aspek utama tauhid, di zaman sekarang banyak orang mengakui allah swt adalah tuhan pecipta segala alam.. Dan meyakini asma’ wa shifat allah, tapi tidak mau melaksanakan ibadah kepada allah.. Dengan alasan belum ada niat, contohnya seseorang tidak mau melaksanakan sholat karna tidak niat, dengan di kuat kn oleh hadis tentang niat, “segala perbuatan tergantung niatnya”.jadi bagaimana pendapat saudara tentang hal itu.. Apakah seseorang tersebut masih belum meng-esakan allah… Atau sudah meng-esakan allah , tapi hanya tehalang oleh niat?

        Balas
      • Kaniya amirah barkah daulay

        Di zaman sekarang yg dimana kita telah memiliki alat yg canggih ya tentu nya seperti hp ,jadi banyak sekali kita ketemu orang ” sudah memperdalam ilmu pengetahuan tentang tauhid di hp tersebut, tetapi sering juga kita temui bahwasanya ada sebagian dari kalangan orang ” yg terlalu mendalami ilmu tersebut justru melenceng dari ilmu yg sebenarnya, seperti ada sebagian yg mereka itu mencari” tuhan mereka sendiri seperti itu,”jadi menurut pendapat anda apa yg menyebabkan melenceng nya femahaman orang tersebut”?

        Balas
      • Di zaman sekarang banyak orang ngomong aja dan gk ada perbuatan, banyak orang mengimani allah, allah ang mencipta kan alam semesta, dan sifat-sifat nya.. Tapi ketika di tanya ibadah tidak mau, bahkan katanya, belum ada niat dan di kuatnya dengan hadis, jadi bagaimana pendapat anda, apakah cukup kita mengimani allah itu dengan kosep rububiyah dan nama dan sifat?

        Balas

      Tinggalkan Balasan

      Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

      × Chat Kami Yuk