Hakikat Iman, Rukun, Keutamaan, dan Cara Meningkatkannya
TATSQIF ONLINE – Iman adalah pondasi utama dalam Islam. Tanpa iman, seseorang tidak memiliki hubungan yang benar dengan Allah dan tidak dapat menjalankan ajaran Islam dengan sempurna. Iman bukan sekadar keyakinan dalam hati, tetapi juga harus diungkapkan dengan lisan dan diwujudkan dalam perbuatan. Rasulullah ﷺ bersabda:
الإِيمَانُ بِضْعٌ وَسَبْعُونَ أَوْ بِضْعٌ وَسِتُّونَ شُعْبَةً، فَأَفْضَلُهَا قَوْلُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، وَأَدْنَاهَا إِمَاطَةُ الأَذَى عَنِ الطَّرِيقِ، وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنَ الإِيمَانِ
Artinya: “Iman itu lebih dari tujuh puluh cabang atau lebih dari enam puluh cabang. Yang paling tinggi adalah ucapan ‘La ilaha illallah’, dan yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan. Dan rasa malu adalah salah satu cabang dari iman,” (HR Bukhari).
Iman seseorang dapat bertambah dengan amal kebaikan dan berkurang karena kemaksiatan. Oleh karena itu, menjaga dan meningkatkan iman merupakan kewajiban bagi setiap Muslim. Artikel ini akan membahas hakikat iman, dasar-dasar keimanan dalam Islam, serta faktor yang dapat meningkatkan iman seseorang.
Pengertian Iman
Secara bahasa, iman berarti percaya atau yakin. Dalam istilah syariat, iman didefinisikan sebagai membenarkan dengan hati, mengikrarkan dengan lisan, dan mengamalkan dengan anggota badan. Imam Abu Ja’far ath-Thahawi menjelaskan dalam kitab Al-‘Aqidah Ath-Thahawiyah:
وَنَقُولُ فِي التَّوْحِيدِ بِاعْتِقَادِ أَهْلِ السُّنَّةِ وَالْجَمَاعَةِ، نُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ مِنَ اللَّهِ تَعَالَى
Artinya: “Kami mengatakan dalam masalah tauhid sesuai dengan keyakinan Ahlus Sunnah wal Jama’ah, yaitu beriman kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan takdir baik maupun buruk yang berasal dari Allah Ta’ala.”
Iman mencakup enam perkara yang dikenal sebagai rukun iman, yaitu:
1. Beriman kepada Allah
2. Beriman kepada malaikat-malaikat Allah
3. Beriman kepada kitab-kitab Allah
4. Beriman kepada rasul-rasul Allah
5. Beriman kepada hari akhir
6. Beriman kepada qadha dan qadar
Keimanan ini disebutkan dalam Al-Qur’an Surah Al-Baqarah ayat 2-3:
ذٰلِكَ الْكِتٰبُ لَا رَيْبَۛ فِيْهِۛ هُدًى لِّلْمُتَّقِيْنَۙ ٢الَّذِيْنَ يُؤْمِنُوْنَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيْمُوْنَ الصَّلٰوةَ وَمِمَّا رَزَقْنٰهُمْ يُنْفِقُوْنَۙ ٣
Artinya: “Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan di dalamnya; (ia merupakan) petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa. (Orang bertakwa adalah) orang yang mempercayai hal ghaib, menegakkan sembahyang, dan sebagian dari yang Kami anugerahkan kepada mereka itu mereka menginfakkannya.”
Keutamaan Keimanan dalam Islam
Iman memiliki kedudukan yang sangat tinggi dalam Islam. Seorang Muslim dinilai berdasarkan kadar keimanannya. Rasulullah ﷺ bersabda:
أَفْضَلُ الْأَعْمَالِ إِيمَانٌ بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ
Artinya: “Amal yang paling utama adalah iman kepada Allah dan Rasul-Nya,” (HR Bukhari).
Hadis ini menegaskan bahwa iman adalah fondasi utama dari segala amal perbuatan. Iman yang kuat akan mendorong seseorang untuk berbuat baik dan menjauhi segala bentuk kemaksiatan.
Faktor yang Meningkatkan Keimanan
Keimanan seseorang tidak bersifat tetap, melainkan bisa bertambah dan berkurang. Berikut adalah beberapa faktor yang dapat meningkatkan keimanan:
1. Taat kepada Allah dan Rasul-Nya
Ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya merupakan faktor utama yang memperkuat iman. Allah berfirman:
وَمَن يُطِعِ ٱللَّهَ وَٱلرَّسُولَ فَأُو۟لَـٰٓئِكَ مَعَ ٱلَّذِينَ أَنْعَمَ ٱللَّهُ عَلَيْهِم مِّنَ ٱلنَّبِيِّـۧنَ وَٱلصِّدِّيقِينَ وَٱلشُّهَدَآءِ وَٱلصَّـٰلِحِينَ ۚ وَحَسُنَ أُو۟لَـٰٓئِكَ رَفِيقًۭا
Artinya: “Dan barang siapa menaati Allah dan Rasul (Muhammad), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu para nabi, orang-orang yang jujur, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang terbaik.” (QS. An-Nisa: 69).
2. Melaksanakan Ibadah dengan Ikhlas
Ibadah yang dilakukan dengan penuh keikhlasan akan semakin memperkuat iman. Rasulullah ﷺ bersabda:
إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى
Artinya:“Sesungguhnya segala amal itu tergantung niatnya, dan seseorang hanya mendapatkan sesuai dengan apa yang ia niatkan.” (HR. Bukhari, no. 1).
3. Berteman dengan Orang Saleh
Lingkungan sangat berpengaruh terhadap keimanan seseorang. Rasulullah ﷺ bersabda:
الْمَرْءُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ، فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ
“Seseorang berada dalam agama sahabat dekatnya. Maka hendaknya kalian melihat siapa yang menjadi sahabatnya.” (HR. Abu Dawud, no. 4833).
4. Menjauhi Maksiat
Maksiat dapat mengurangi bahkan menghilangkan iman seseorang. Rasulullah ﷺ bersabda:
لَا يَزْنِي الزَّانِي حِينَ يَزْنِي وَهُوَ مُؤْمِنٌ، وَلَا يَشْرَبُ الْخَمْرَ حِينَ يَشْرَبُهَا وَهُوَ مُؤْمِنٌ
Artinya: “Seorang pezina tidak akan berzina saat ia berzina dalam keadaan beriman. Seorang peminum khamr tidak akan meminumnya dalam keadaan beriman,” (HR Bukhari).
Kesimpulan
Iman merupakan pilar utama dalam Islam yang harus senantiasa dijaga dan ditingkatkan. Keimanan yang kuat akan mendorong seseorang untuk selalu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, serta menjauhi segala bentuk kemaksiatan. Dengan memahami faktor-faktor yang dapat memperkuat iman, seorang Muslim dapat terus meningkatkan hubungannya dengan Allah dan mencapai kehidupan yang lebih baik di dunia maupun di akhirat. Wallahua’lam.
Gusriandi (Mahasiwa Prodi HKI UIN Syekh Ali Hasan Ahmad Addary Padangsidimpuan)
Sekarang banyak permasalahan tentang naik turunnya iman, misalnya pagi kita beriman siangnya kita tidak beriman, siang nya beriman malamnya tidak beriman, jadi pertanyaannya bagaimana caranya kita untuk merawat keimanan kita agak tetap istiqomah sampai allah memanggil kita
Menurut anda bagaimana perbedaan antara iman yang kuat dengan iman yang lemah?
Apa pondasi dari pada ber iman?
Dalam hal beriman kepada qadha dan qadar ketika kita sudah berdoa dan berusaha namun takdir yang kita ingin kan tidak tercapai hingga membuat kita putus asa dalam menjalani kehidupan, bagaimana cara pemateri jika hal tersebut terjadi kepada orang terdekat kita?