Sejarah Ulumul Qur’an: Perkembangan dan Cabang Ilmunya
TATSQIF ONLINE – Al-Qur’an merupakan kitab suci yang menjadi sumber utama hukum Islam dan pedoman hidup bagi umat manusia. Selain berfungsi sebagai wahyu yang membimbing manusia kepada kebenaran, Al-Qur’an juga memiliki keistimewaan sebagai kitab yang mengandung berbagai disiplin ilmu. Oleh karena itu, pemahaman terhadap Al-Qur’an tidak cukup hanya dengan membaca dan menghafalnya, tetapi juga memerlukan ilmu khusus yang disebut Ulumul Qur’an.
Allah berfirman dalam Al-Qur’an:
إِنَّ هَٰذَا ٱلْقُرْءَانَ يَهْدِى لِلَّتِى هِىَ أَقْوَمُ
Artinya: “Sesungguhnya Al-Qur’an ini memberikan petunjuk kepada jalan yang paling lurus.” (QS. Al-Isra’ [17]: 9)
Ilmu tentang Al-Qur’an telah berkembang sejak masa Nabi Muhammad ﷺ hingga saat ini. Para ulama mengembangkan berbagai cabang ilmu dalam Ulumul Qur’an guna memahami, menjelaskan, dan menafsirkan makna Al-Qur’an dengan metode yang lebih sistematis.
Fase Perkembangan Ulumul Qur’an
1. Masa Rasulullah ﷺ
Nabi Muhammad ﷺ menerima wahyu pertama kali di Gua Hira dalam bentuk sebagian dari Surat Al-‘Alaq. Setelah itu, wahyu turun secara bertahap selama 23 tahun, menyesuaikan dengan perkembangan dakwah Islam. Rasulullah ﷺ berperan sebagai penafsir utama Al-Qur’an dan memberikan penjelasan kepada para sahabat tentang makna dan hukum yang terkandung di dalamnya.
Allah berfirman:
وَأَنزَلْنَآ إِلَيْكَ ٱلذِّكْرَ لِتُبَيِّنَ لِلنَّاسِ مَا نُزِّلَ إِلَيْهِمْ
Artinya: “Dan Kami turunkan kepadamu (Muhammad) Al-Qur’an agar engkau menerangkan kepada manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka.” (QS. An-Nahl [16]: 44)
Pada masa ini, Ulumul Qur’an belum dikodifikasikan dalam bentuk disiplin ilmu yang terpisah, tetapi telah berkembang melalui penjelasan langsung dari Rasulullah ﷺ kepada para sahabatnya (Ibn Katsir, Tafsir Al-Qur’an Al-‘Adhim, 1/10).
2. Masa Sahabat
Setelah wafatnya Rasulullah ﷺ, para sahabat melanjutkan peran dalam menjaga kemurnian Al-Qur’an. Pada masa pemerintahan Khalifah Abu Bakar, pengumpulan Al-Qur’an dalam satu mushaf dilakukan karena kekhawatiran akan hilangnya wahyu akibat gugurnya para penghafal Al-Qur’an dalam Perang Yamamah.
Pada masa Khalifah Utsman bin Affan, pengumpulan Al-Qur’an kembali dilakukan dalam bentuk standarisasi bacaan yang dikenal dengan Mushaf Utsmani. Hal ini bertujuan untuk mencegah perbedaan bacaan yang dapat menyebabkan perselisihan di kalangan umat Islam (Al-Qattan, Mabahits fi Ulum al-Qur’an, 2000).
Pada masa Khalifah Ali bin Abi Thalib, perhatian lebih diberikan pada aspek bahasa Al-Qur’an. Beliau khawatir terhadap kesalahan dalam membaca Al-Qur’an akibat pengaruh bahasa asing, sehingga beliau memerintahkan Abu al-Aswad al-Du’ali untuk merumuskan kaidah nahwu guna menjaga kemurnian bahasa Arab sebagai bahasa Al-Qur’an (Al-Zarkasyi, Al-Burhan fi Ulum al-Qur’an, 1/122).
3. Masa Tabi’in
Pada periode ini, Islam telah tersebar luas, dan para sahabat yang telah berpindah ke berbagai daerah menyebarkan ilmu tentang Al-Qur’an. Beberapa madrasah tafsir mulai berkembang, di antaranya:
a. Madrasah Ibnu Abbas di Mekkah
b. Madrasah Ubay bin Ka’ab di Madinah
c. Madrasah Abdullah bin Mas’ud di Kufah
Madrasah-madrasah ini berperan dalam menyebarkan pemahaman tentang Al-Qur’an, termasuk aspek sejarah, tafsir, dan hukum-hukum yang terkandung di dalamnya (As-Suyuthi, Al-Itqan fi Ulum al-Qur’an, 1/144).
4. Masa Kodifikasi Ulumul Qur’an
Pada abad ke-3 Hijriyah, para ulama mulai melakukan kodifikasi ilmu tafsir sebagai bagian dari Ulumul Qur’an. Masa keemasan Ulumul Qur’an terjadi pada abad ke-8 hingga ke-9 Hijriyah, di mana berbagai kitab tentang Ulumul Qur’an mulai disusun secara sistematis. Salah satu kitab yang terkenal adalah Al-Burhan fi Ulum al-Qur’an karya Al-Zarkasyi dan Al-Itqan fi Ulum al-Qur’an karya As-Suyuthi.
Cabang-cabang Ulumul Qur’an
Ilmu tentang Al-Qur’an terbagi menjadi dua kategori utama, yaitu ilmu riwayah (berbasis periwayatan) dan ilmu dirayah (berbasis kajian dan analisis).
Menurut Hasbi Ash-Shiddieqy, terdapat 17 cabang utama dalam Ulumul Qur’an, di antaranya:
1. Ilmu Muwatin al-Nuzul (tempat turunnya ayat)
2. Ilmu Tawarikh al-Nuzul (urutan turunnya ayat)
3. Ilmu Asbab al-Nuzul (sebab-sebab turunnya ayat)
4. Ilmu Qira’at (bacaan Al-Qur’an yang diterima dari Rasulullah ﷺ)
5. Ilmu Tajwid (cara membaca Al-Qur’an dengan benar)
6. Ilmu Gharib Al-Qur’an (makna kata-kata asing dalam Al-Qur’an)
7. Ilmu I’rab Al-Qur’an (tata bahasa dalam Al-Qur’an)
8, Ilmu Wujuh wa al-Nazair (kata-kata Al-Qur’an yang memiliki banyak makna)
9. Ilmu Muhkam wa Mutasyabih (ayat-ayat yang jelas dan yang memiliki makna tersembunyi)
10. Ilmu Nasikh wa Mansukh (ayat yang dihapus dan yang menggantikannya)
11. Ilmu Badai’ Al-Qur’an (keindahan sastra dalam Al-Qur’an)
12. Ilmu I’jaz Al-Qur’an (kemukjizatan Al-Qur’an)
13. Ilmu Tanasub Ayat Al-Qur’an (keserasian antar ayat)
14. Ilmu Aqsam Al-Qur’an (arti sumpah dalam Al-Qur’an)
15. Ilmu Amtsal Al-Qur’an (perumpamaan dalam Al-Qur’an)
16. Ilmu Jidal Al-Qur’an (bentuk perdebatan dalam Al-Qur’an)
17. Ilmu Adab Tilawah Al-Qur’an (tata cara membaca Al-Qur’an)
Cabang-cabang ilmu ini membantu umat Islam dalam memahami, menafsirkan, serta mengamalkan ajaran yang terkandung dalam Al-Qur’an dengan metode yang lebih ilmiah dan sistematis (Hasbi Ash-Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Qur’an, 1/67).
Kesimpulan
Ulumul Qur’an adalah ilmu yang berkembang seiring dengan perjalanan Islam dan menjadi kunci dalam memahami makna Al-Qur’an secara lebih mendalam. Dari fase awal di masa Rasulullah ﷺ hingga kodifikasinya oleh para ulama, ilmu ini telah memberikan kontribusi besar dalam menjaga kemurnian ajaran Islam.
Dengan memahami sejarah dan cabang-cabang Ulumul Qur’an, umat Islam dapat lebih optimal dalam mengamalkan ajaran Al-Qur’an, menjadikannya sebagai pedoman hidup, serta menjaga keautentikan wahyu Allah yang terakhir. Wallahua’lam.
Aisah Rambe (Mahasiswa Prodi PAI UIN Syekh Ali Hasan Ahmad Addary Padangsidimpuan)
Kapan munculnya lagu lagu dalam membaca al qur, an seperti shoba, bayyati ,rast, jiharka dan sebagainya.
Apakah semua ayat dalam al qur’an memiliki asbabun nuzul? Mengapa?
bagaimana sejarah pengumpulan Alquran dan mengapa al quran itu di buku kan atau di buat menjadi mushaf
Pertanyaan saya
Bagaimana perkembangan ilmu ulumul Qur’an di era modern ini
Bagaimana ulumul Qur’an memengaruhi perkembangan ilmu pengetahuan?
Dalam ruang lingkup ulumul qur’an yang disampaikan oleh saudari pika ada 7 aspek salah satunya naskah wal mansukh yang dimana naskah wal mansukh itu ada pergantian / pembatalan ayat. Nah pertanyaan nya, bagaimana yang dimaksud dengan pergantian atau pembatalan ayat alquran dan mohon beri satu Contoh firman Allah!
Apa saja upaya yang dilakukan para ulama dalam menjaga keaslian Al-Qur’an?
Bagaimana konsep nasikh dan mansukh dalam Al Qur’an
Apa cabang-cabang ilmu ulumul Qur’an yang paling penting dan bagaimana perkembangannya ?
Apa yg menjadi cikap bakal muncul nya ulumul Qur an
Kapan ulumul quran mulai berkembang