Gen Z dan Haus Validasi: Cara Islam Menemukan Makna Hidup
TATSQIF ONLINE – Sebuah postingan populer di TikTok yang berisi pernyataan, “Umur 26 belum punya gaji, santai di rumah, gak ngejar apa-apa, cuma scroll TikTok, nonton drama Korea, lihat YouTube, belum menikah, tapi udah sarjana, gak apa-apa, kan?” mencerminkan keresahan generasi muda saat ini. Banyak yang mengomentari dengan pengalaman serupa, menandakan bahwa fenomena haus validasi sangat nyata di kalangan Gen Z.
Dalam teori psikologi, fenomena ini berkaitan dengan konsep self-actualization dari Abraham Maslow, di mana individu mencari pengakuan dari proses hidup yang dilaluinya (Annajih, Sa’idah, dan Taufik, 2023). Namun, alih-alih mencari pengakuan yang membangun, tren ini justru berfokus pada kekurangan diri dan membangun mentalitas pasrah.
Lalu, bagaimana cara Islam memandang fenomena Gen Z yang haus validasi ini?
Cara Menghindari Haus Validasi dalam Islam
1. Perbaiki Niat
Fenomena pasrah dan tidak berbuat apa-apa bisa diatasi dengan memperbaiki niat. Seorang Muslim seharusnya memiliki niat untuk berbakti kepada orang tua sembari mencari pekerjaan atau menambah keterampilan. Rasulullah SAW bersabda:
إِنَّمَا اْلأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى
Artinya: “Sesungguhnya amal perbuatan itu diiringi dengan niat, dan sesungguhnya bagi setiap insan akan memperoleh menurut apa yang diniatkan,” (HR Bukhari dan Muslim).
Meskipun masih berada di rumah, seorang Muslim tetap harus berbuat baik, seperti membantu orang tua, membersihkan rumah, atau menyapa tetangga. Hal ini lebih bernilai di mata Allah daripada sekadar mencari validasi dari manusia.
2. Membangun Kepribadian yang Lebih Dekat dengan Allah
Islam mengajarkan pentingnya membangun karakter yang kuat dan dekat dengan Allah SWT melalui ilmu dan amal. Rasulullah SAW bersabda:
مَا نَهَيْتُكُمْ عَنْهُ فَاجْتَنِبُوْهُ، وَمَا أَمَرْتُكُمْ بِهِ فَأْتُوْا مِنْهُ مَا اسْتَطَعْتُمْ
Artinya: “Apa saja yang aku larang terhadap kalian, maka jauhilah. Dan apa saja yang aku perintahkan kepada kalian, maka kerjakanlah semampu kalian,” (HR Bukhari dan Muslim).
Langkah awal yang bisa dilakukan adalah menghadiri majelis ilmu atau mengakses kajian online dari ustadz terpercaya. Ini akan membantu dalam memahami kehidupan sesuai ajaran Islam.
3. Validasi Terpenting Adalah dari Allah
Banyak pemuda yang merasa gagal karena belum menikah atau belum memiliki pekerjaan mapan. Padahal, Islam mengajarkan bahwa validasi sejati datang dari Allah SWT, bukan dari manusia. Ustadz Adi Hidayat mengatakan bahwa seseorang harus bertanya pada diri sendiri, “Apakah yang saya lakukan ini sudah benar menurut Al-Qur’an dan Sunnah?”
Allah SWT berfirman dalam Alquran Surah Ghafir ayat 60:
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُوْنِيْٓ اَسْتَجِبْ لَكُمْ
Artinya: “Tuhanmu berfirman, ‘Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu.’”
Dengan memahami bahwa ridha Allah lebih penting daripada pengakuan manusia, seseorang akan lebih fokus pada pengembangan diri yang lebih bermanfaat.
Kesimpulan
Islam tidak mengajarkan umatnya untuk pasrah dan mencari validasi dari sesama manusia. Sebaliknya, Islam mendorong setiap individu untuk memperbaiki niat, mendekatkan diri kepada Allah, dan fokus pada tujuan hidup yang bermanfaat. Dengan memahami konsep ini, Gen Z dapat mengalihkan energi mereka dari sekadar mencari validasi menuju kehidupan yang lebih bermakna dan berdaya guna. Wallahu A’lam.