6 Urgensi Ilmu Qiraat: Menjaga Keaslian Bacaan Al-Qur’an, Simak
TATSQIF ONLINE – Al-Qur’an adalah kitab suci yang menjadi pedoman hidup umat Islam. Sebagai wahyu Allah yang diturunkan kepada Rasulullah ﷺ, Al-Qur’an memiliki keunikan dalam hal bacaan dan pengucapannya. Bacaan Al-Qur’an tidak hanya satu versi, melainkan memiliki banyak variasi yang dikenal sebagai ilmu Qiraat. Ilmu Qiraat merupakan disiplin ilmu yang membahas tentang cara membaca Al-Qur’an sesuai dengan riwayat yang sahih dan mutawatir dari Rasulullah ﷺ sebagaimana dijelaskan oleh Manna’ Khalil al-Qattan dalam Mabahis fi Ulum al-Qur’an.
Urgensi mempelajari ilmu Qiraat sangat besar, terutama dalam menjaga kemurnian bacaan Al-Qur’an, memahami makna ayat dengan lebih mendalam, serta menghindari kesalahan dalam membacanya. Sayangnya, masih banyak umat Islam yang kurang memahami pentingnya ilmu ini, sehingga mereka membaca Al-Qur’an tanpa memperhatikan keabsahan qiraat yang digunakan. Oleh karena itu, pemahaman mengenai ilmu Qiraat perlu disebarluaskan agar umat Islam dapat membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar sesuai dengan yang diajarkan oleh Rasulullah ﷺ.
Urgensi Mempelajari Ilmu Qiraat
1. Menjaga Keaslian dan Keautentikan Bacaan Al-Qur’an
Allah telah menjamin keaslian dan keautentikan Al-Qur’an melalui firman-Nya dalam Alquran Surah Al-Hijr ayat 9:
إِنَّا نَحۡنُ نَزَّلۡنَا ٱلذِّكۡرَ وَإِنَّا لَهُۥ لَحَٰفِظُونَ
Artinya: “Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Qur’an, dan sesungguhnya Kami benar-benar menjaganya.”
Penjagaan terhadap Al-Qur’an tidak hanya mencakup teksnya, tetapi juga cara membacanya. Para ulama, sebagaimana dijelaskan dalam kitab Al-Itqan fi Ulum al-Qur’an karya Jalaluddin as-Suyuti, telah mengkodifikasikan berbagai riwayat bacaan yang sahih untuk memastikan bahwa bacaan Al-Qur’an tetap terjaga sejak zaman Rasulullah ﷺ hingga hari ini. Dengan mempelajari ilmu Qiraat, kita turut serta dalam menjaga warisan bacaan Al-Qur’an yang telah diwariskan sejak zaman Rasulullah ﷺ dan para sahabatnya.
2. Memahami Makna Ayat dengan Lebih Mendalam
Variasi qiraat tidak hanya sekadar perbedaan bacaan, tetapi juga memberikan tambahan makna pada suatu ayat. Sebagai contoh, dalam Surah Al-Fatihah ayat 4 terdapat dua riwayat bacaan:
- مَٰلِكِ يَوْمِ ٱلدِّينِ (Maaliki yaumid-diin) yang berarti “Pemilik hari pembalasan”.
- مَلِكِ يَوْمِ ٱلدِّينِ (Maliki yaumid-diin) yang berarti “Raja hari pembalasan”.
Perbedaan ini menunjukkan dua sifat Allah yang saling melengkapi: sebagai Maalik (Pemilik) yang berkuasa penuh atas segala sesuatu dan sebagai Malik (Raja) yang berhak memutuskan hukum pada hari pembalasan. Menurut Ahmad Warson dalam Al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia, perbedaan kata ini memperkaya pemahaman umat Islam terhadap kekuasaan Allah dalam konteks keadilan di hari kiamat.
3. Mencegah Kesalahan dalam Bacaan
Kesalahan dalam membaca Al-Qur’an dapat berakibat fatal, karena dapat mengubah makna ayat. Sebagai contoh:
- أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ (an‘amta ‘alayhim) berarti “yang telah Engkau beri nikmat”.
- أَنْعَمْتُ عَلَيْهِمْ (an‘amtu ‘alayhim) berarti “yang telah aku beri nikmat”.
Kesalahan dalam satu huruf saja dapat menyebabkan perubahan makna yang signifikan. Dalam Sahih al-Bukhari, terdapat banyak hadis yang menekankan pentingnya membaca Al-Qur’an dengan benar sesuai dengan riwayat yang shahih agar tidak terjadi perubahan makna yang dapat menyebabkan kesalahpahaman dalam memahami ayat-ayat Allah.
4. Menjaga Keindahan dan Kekhusyukan dalam Ibadah
Setiap qiraat memiliki keindahan tersendiri dalam pelafalan dan irama. Bacaan yang benar akan lebih merdu dan berkesan, sehingga dapat meningkatkan kekhusyukan dalam shalat dan ibadah lainnya. Oleh sebab itu, banyak imam masjid di dunia Islam yang membaca Al-Qur’an dengan Qiraat yang berbeda sesuai dengan riwayat yang mereka pelajari.
Menurut Jalaluddin as-Suyuti dalam Al-Itqan fi Ulum al-Qur’an, variasi bacaan ini merupakan bentuk rahmat dari Allah yang memberikan kemudahan bagi umat Islam dari berbagai suku dan bangsa untuk membaca Al-Qur’an sesuai dengan dialek mereka, tanpa mengurangi keabsahan bacaan tersebut.
5. Meraih Keutamaan di Sisi Allah
Rasulullah ﷺ bersabda dalam hadis berikut:
خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ
Artinya: “Sebaik-baik kalian adalah yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya,” (HR Bukhari).
Mempelajari ilmu Qiraat termasuk bagian dari belajar Al-Qur’an. Dengan mempelajarinya, seseorang bukan hanya memperbaiki bacaannya sendiri, tetapi juga dapat mengajarkannya kepada orang lain, sehingga mendapatkan pahala yang berlipat ganda. Dalam Sahih al-Bukhari, hadis ini dijadikan dalil utama oleh para ulama dalam menganjurkan pembelajaran Al-Qur’an secara sistematis dan berkesinambungan.
6. Menjaga Keislaman dari Fitnah dan Penyimpangan
Sebagian kelompok yang tidak memahami ilmu Qiraat sering kali menganggap bahwa perbedaan bacaan dalam Al-Qur’an adalah bentuk tahrif (perubahan), padahal hal ini adalah bagian dari ketetapan Allah. Dengan memahami ilmu Qiraat, seorang Muslim dapat membedakan antara perbedaan yang sahih dan penyimpangan yang tidak berdasar, sebagaimana dijelaskan dalam kitab Mabahis fi Ulum al-Qur’an oleh Manna’ Khalil al-Qattan.
Kesimpulan
Mempelajari dan memahami urgensi ilmu Qiraat sangat penting untuk menjaga keaslian dan keotentikan bacaan Al-Qur’an sebagaimana yang diajarkan Rasulullah ﷺ. Ilmu ini memastikan bahwa umat Islam membaca Al-Qur’an dengan benar sesuai dengan riwayat yang sahih, menghindari kesalahan yang dapat mengubah makna, serta memperkaya pemahaman terhadap ayat-ayatnya. Dengan demikian, ilmu Qiraat bukan hanya sekadar keterampilan membaca, tetapi juga bentuk penjagaan terhadap wahyu Allah serta manifestasi kecintaan kepada Al-Qur’an. Wallahua’lam.
Isma Miftahul Zannah Harahap (Mahasiswa Prodi PAI UIN Syekh Ali Hasan Ahmad Addary Padangsidimpuan)
Apakah perbedaan qiraat dapat memberi pengaruh terhadap penafsiran..?
Bagaimana ilmu qira’at dapat membantu menjaga keaslian bacaan Al-Qur’an dalam konteks modern?
Apakah perbedaan qira’at dan tajwid
Bagaimana cara mengetahui suatu qiraat itu benar?
Bagaimana mempelajari ilmu Qiroa’at dapat membantu meningkatkan kualitas bacaan Al-Qur’an?