Fenomena Syirik Modern dan Dampaknya terhadap Akidah Umat
TATSQIF ONLINE – Tauhid, yaitu keyakinan akan keesaan Allah subḥānahu wa ta‘ālā, merupakan pondasi utama dalam akidah Islam. Ia adalah asas dari seluruh ajaran syariat, ibadah, dan hubungan manusia dengan Tuhan-Nya. Segala bentuk penyimpangan dari prinsip tauhid disebut dengan syirik, yakni perbuatan mempersekutukan Allah dalam sesuatu yang menjadi hak-Nya. Dalam Al-Qur’an, syirik dinyatakan sebagai dosa yang paling besar dan tidak akan diampuni jika pelakunya mati dalam keadaan belum bertaubat.
Di masa silam, bentuk-bentuk syirik tampak jelas, seperti penyembahan terhadap berhala, matahari, bulan, pohon, atau manusia yang didewakan. Namun dalam era modern, kemusyrikan sering hadir dalam bentuk yang lebih halus, tersamar, dan bahkan diselubungi oleh peradaban dan teknologi. Manusia modern mungkin tidak lagi menyembah berhala batu, tetapi bisa jadi menyembah ego, kekuasaan, popularitas, atau kekayaan dunia.
Munculnya berbagai aliran sesat, praktik perdukunan, penyembahan terhadap teknologi, hingga fanatisme terhadap tokoh atau ideologi tertentu, menjadi indikasi bahwa syirik tetap menjadi ancaman utama bagi kemurnian tauhid umat Islam. Oleh karena itu, penting untuk mengidentifikasi bentuk-bentuk syirik dalam konteks kehidupan kontemporer agar umat Islam tidak terjerumus dalam kemusyrikan tanpa disadari.
Pengertian Syirik
Syirik adalah tindakan mempersekutukan Allah subḥānahu wa ta‘ālā dengan sesuatu apa pun. Secara etimologis, syirik berasal dari kata syaraka yang berarti sekutu atau persekutuan. Dalam terminologi ilmu tauhid, syirik adalah menyamakan selain Allah dengan Allah dalam hal yang menjadi hak khusus-Nya, seperti dalam peribadatan, penciptaan, pengaturan alam, pemberian manfaat dan mudarat, serta pembuatan hukum.
Syirik terbagi atas beberapa dimensi: syirik dalam rububiyyah (menyamakan kekuasaan penciptaan dan pengaturan dengan selain Allah), uluhiyyah (memberikan ibadah kepada selain Allah), serta asma dan sifat (menyamakan nama dan sifat Allah dengan makhluk). Karena itu, siapa saja yang menyembah selain Allah berarti telah menempatkan ibadah tidak pada tempatnya. Allah subḥānahu wa ta‘ālā berfirman dalam Alquran Surah Luqman ayat 13:
وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
Artinya: “Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, ketika ia memberi pelajaran kepadanya: ‘Wahai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kezaliman yang besar.’”
Menurut Abdurrahman bin Nashir As-Sa‘di dalam Taisir al-Karim ar-Rahman fi Tafsir Kalam al-Mannan, ayat ini menunjukkan bahwa syirik adalah pengkhianatan terbesar terhadap hak Allah dan kezaliman tertinggi terhadap prinsip tauhid.
Syirik juga menghapus semua amal baik seseorang. Allah berfirman dalam Alquran Surah Al-An‘am ayat 88:
وَلَوْ أَشْرَكُوا لَحَبِطَ عَنْهُم مَّا كَانُوا يَعْمَلُونَ
Artinya: “Seandainya mereka mempersekutukan Allah, pasti lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan.”
Dari perspektif psikologis, syirik bisa dipengaruhi oleh kebutuhan sosial, haus pengakuan, dan obsesi duniawi. Dr. Muhammad al-Khumayyis dalam Ma‘alim at-Tauhid menjelaskan bahwa syirik modern sering kali lahir dari pola pikir yang terlalu menggantungkan diri pada materi dan mengabaikan nilai-nilai spiritual.
Macam-Macam Syirik
1. Syirik Akbar (Syirik Besar)
Syirik besar adalah bentuk syirik yang mengeluarkan pelakunya dari Islam. Ini terjadi ketika seseorang memberikan ibadah, seperti doa, sembelihan, nazar, kepada selain Allah.
Muhammad bin Abdul Wahhab dalam Kitab at-Tauhid membagi syirik besar menjadi empat:
- Syirik dalam doa: seperti meminta kepada jin atau kuburan.
- Syirik dalam niat dan tujuan: seperti beramal untuk dunia.
- Syirik dalam ketaatan: menaati manusia dalam maksiat.
- Syirik dalam cinta: mencintai selain Allah seperti mencintai Allah.
2. Syirik Ashgar (Syirik Kecil)
Syirik kecil tidak menyebabkan pelakunya keluar dari Islam, namun tetap berdosa besar. Ibnul Qayyim dalam al-Fawa’id menyebutkan bahwa riya’ (ingin dipuji), sum‘ah (ingin didengar), dan jimat adalah bentuk syirik kecil.
Syirik kecil dibagi menjadi:
- Syirik zhahir (nyata): seperti bersumpah atas nama selain Allah.
- Syirik khafi (tersembunyi): seperti ingin dipuji atas ibadahnya.
Nabi Muhammad ﷺ bersabda:
إنَّ أخْوَفَ ما أخافُ عليكم الشِّركُ الأصْغَرُ، قالوا: وما الشِّركُ الأصْغَرُ يا رسولَ اللهِ؟ قال: الرِّياءُ؛ يقولُ اللهُ عزَّ وجلَّ لهم يومَ القِيامةِ إذا جُزِيَ الناسُ بأعمالِهم: اذْهَبوا إلى الذين كنتُم تُراؤون في الدُّنيا، فانظُروا هل تَجِدون عِندَهُم جزاءً؟
Artinya: “Sesungguhnya yang paling aku khawatirkan atas kalian adalah syirik kecil.” Mereka (para sahabat) bertanya: “Apa itu syirik kecil, wahai Rasulullah?”
Beliau menjawab: “Riya’.” Allah ‘Azza wa Jalla akan berkata kepada mereka pada hari kiamat, saat manusia diberi balasan atas amal perbuatannya: “Pergilah kalian kepada orang-orang yang dahulu kalian pameri (riya) amal kalian kepada mereka di dunia, lalu lihatlah, apakah kalian mendapatkan balasan dari mereka?” (HR. Ahmad)
Bentuk-Bentuk Syirik di Era Modern
Syirik pada zaman modern tidak selalu terlihat dalam bentuk menyembah berhala, melainkan bisa muncul dalam pola pikir dan tindakan sehari-hari:
- Menggantungkan nasib pada teknologi dan kekuasaan tanpa mengingat takdir Allah.
- Fanatisme buta terhadap tokoh, partai, atau sistem yang dianggap lebih tinggi dari hukum Allah.
- Kepercayaan terhadap jimat, azimat, keris, cincin bertuah.
- Percaya kepada ramalan, astrologi, horoskop.
- Mengagungkan selebritas, benda mewah, atau media sosial secara berlebihan hingga menjadi objek penghambaan.
Yusuf al-Qaradawi dalam Tawhid wa Atsaruhu fi Hayat al-Muslim menegaskan bahwa bentuk-bentuk syirik ini merusak kemurnian tauhid karena menempatkan harapan dan ketakutan bukan pada Allah.
Solusi Mencegah Syirik
Beberapa solusi penting untuk menghadapi dan mencegah syirik dalam masyarakat modern antara lain:
- Pendidikan Tauhid Sejak Dini: Anak-anak harus dikenalkan dengan konsep tauhid yang benar melalui kurikulum dan teladan keluarga.
- Kontrol Media dan Budaya Populer: Pemerintah dan ulama perlu aktif mengawasi konten yang menyebarkan syirik, mistik, dan takhayul.
- Penguatan Spiritualitas Pribadi: Melalui salat, dzikir, tilawah, dan muhasabah rutin, umat Islam dapat memperkuat koneksi rohani dengan Allah.
- Kampanye Dakwah yang Konsisten: Dakwah harus menjangkau semua lapisan, tidak hanya lewat masjid, tetapi juga media digital, literasi, dan seni budaya.
Kesimpulan
Syirik bukan hanya praktik masa lalu, tetapi tantangan kontemporer yang berkembang secara simbolik dan struktural. Ia merusak keimanan, membatalkan amal, dan menjadi dosa yang tidak diampuni jika tidak ditaubati sebelum mati.
Allah subḥānahu wa ta‘ālā mengingatkan manusia dalam Alquran Surah Al-A‘raf ayat 172 bahwa tauhid adalah fitrah sejak penciptaan:
وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنْ بَنِي آدَمَ مِنْ ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَى أَنْفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ قَالُوا بَلَى شَهِدْنَا أَنْ تَقُولُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَذَا غَافِلِينَ
Artinya: “Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah aku ini Tuhanmu?” mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuhan kami), Kami menjadi saksi”. (kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya Kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan).”
Dengan memahami konsep tauhid secara mendalam dan menyadari bentuk-bentuk syirik dalam kehidupan modern, umat Islam dapat menjaga kemurnian iman, meningkatkan kesadaran spiritual, dan membentuk masyarakat yang lebih seimbang antara dunia dan akhirat. Wallahua’lam.
Rahma Dani Harahap (Mahasiwa Prodi HKI UIN Syekh Ali Hasan Ahmad Addary Padangsidimpuan)

Pertanyaan saya tentang musyrik besar.. Yaitu tentang niat, ketaatan dan cinta. Pertama adalah bagaimana seseorang yang berniat seperti contoh kecilnya adalah supaya dia lolos dia beasiswa dan mendapatkan beasiswa maka dia akan berniat membayar anak yatim 10..
Kedua dalam ketaatan jika mentaati manusia dalam maksiat.. Jadi bagaimana dia maksiat tapi taat dalam kebenaran
Ketiga adalah soal cinta.. Terkait juga seperti pertanyaan kedua yaitu mencintai seseorang tanpa menyandang cinta nya kepada allah
Apa dampak paling bahaya syirik modern buat akidah kita? Kemudian bagaimana syirik bisa merusak hubungan kita sama Allah dan sesama ?