Fiqh & Ushul Fiqh

Thaharah: Rahasia Kesucian dan Kebersihan dalam Ibadah, Simak

TATSQIF ONLINE Thaharah secara bahasa berarti suci dan bersih, mencakup kebersihan dari kotoran fisik maupun batin yang berupa sifat atau perbuatan tercela. Dalam fiqh, thaharah adalah tindakan menyucikan diri dari najis dan hadats yang menghalangi pelaksanaan shalat dan ibadah lainnya, dengan menggunakan air, tanah, atau batu. Penyucian ini tidak hanya berlaku untuk tubuh, tetapi juga pakaian dan tempat.

Hukum thaharah adalah wajib, terutama bagi mereka yang hendak melaksanakan shalat. Hal ini berdasarkan pada firman Allah dalam Alquran Al-Ma’idah ayat 6:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا قُمْتُمْ اِلَى الصَّلٰوةِ فَاغْسِلُوْا وُجُوْهَكُمْ وَاَيْدِيَكُمْ اِلَى الْمَرَافِقِ وَامْسَحُوْا بِرُءُوْسِكُمْ وَاَرْجُلَكُمْ اِلَى الْكَعْبَيْنِۗ وَاِنْ كُنْتُمْ جُنُبًا فَاطَّهَّرُوْاۗ وَاِنْ كُنْتُمْ مَّرْضٰٓى اَوْ عَلٰى سَفَرٍ اَوْ جَاۤءَ اَحَدٌ مِّنْكُمْ مِّنَ الْغَاۤىِٕطِ اَوْ لٰمَسْتُمُ النِّسَاۤءَ فَلَمْ تَجِدُوْا مَاۤءً فَتَيَمَّمُوْا صَعِيْدًا طَيِّبًا فَامْسَحُوْا بِوُجُوْهِكُمْ وَاَيْدِيْكُمْ مِّنْهُ ۗمَا يُرِيْدُ اللّٰهُ لِيَجْعَلَ عَلَيْكُمْ مِّنْ حَرَجٍ وَّلٰكِنْ يُّرِيْدُ لِيُطَهِّرَكُمْ وَلِيُتِمَّ نِعْمَتَهٗ عَلَيْكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu hendak melaksanakan salat, maka basuhlah wajahmu dan tanganmu sampai ke siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kedua kakimu sampai ke kedua mata kaki. Jika kamu junub, maka mandilah. Dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, maka jika kamu tidak memperoleh air, maka bertayamumlah dengan debu yang baik (suci); usaplah wajahmu dan tanganmu dengan (debu) itu. Allah tidak ingin menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, agar kamu bersyukur.”

Rasulullah SAW juga bersabda dalam hadisnya:

مِفْتَاحُ الصَّلاةِ الطُّهُورُ

Artinya: “Kunci shalat adalah bersuci,” (HR al-Tirmidzi, Ibn Majah, Ahmad, al-Darimi).

Alat-alat yang digunakan untuk bersuci meliputi air, debu, dan batu atau benda padat lainnya seperti daun atau tisu yang bukan najis. Jika air tersedia, disunnahkan untuk menggunakannya terlebih dahulu.

Tidak semua air dapat mensucikan hadats dan najis; hanya air muthlaq yang memenuhi syarat untuk thaharah. Air muthlaq, atau ma’un thohur, adalah air yang suci dan mensucikan, tetap dalam kondisi asalnya, baik dari bumi maupun turun dari langit. Allah Ta’ala berfirman dalam Alquran Surah Al-Furqan ayat 48:

وَأَنْزَلْنَا مِنَ السَّمَاءِ مَاءً طَهُورًا

Artinya: “Dan Kami turunkan dari langit air yang suci.”

Air muthlaq mencakup air sungai, air salju, embun, dan air sumur, kecuali jika air tersebut berubah karena terlalu lama dibiarkan atau bercampur dengan benda suci sehingga tidak lagi disebut air muthlaq. Air laut juga termasuk air muthlaq.

Nabi Muhammad SAW pernah ditanya tentang air laut, dan beliau menjawab,

هُوَ الطَّهُورُ مَاؤُهُ الْحِلُّ مَيْتَتُهُ

Artinya: “Air laut itu thohur (suci lagi mensucikan), bahkan bangkainya pun halal,” (HR Tirmidzi, Abu Daud dan An Nasa’i).

Dalam kitab Shahih Fiqh Sunnah, Air musta’mal adalah air bekas wudhu yang jatuh dari anggota tubuh saat berwudhu. Para ulama berbeda pendapat mengenai statusnya sebagai air yang bisa mensucikan.

Namun, pendapat yang lebih kuat menyatakan bahwa air musta’mal tetap mensucikan selama tidak berubah menjadi najis atau kehilangan sifatnya sebagai air muthlaq. Pendapat ini didukung oleh ‘Ali bin Abi Tholib, Ibnu ‘Umar, Abu Umamah, serta sejumlah ulama salaf dan fuqaha lainnya.

Sebaliknya, air mutanajjis (air yang terkena najis) tidak dapat digunakan kecuali dalam jumlah besar (minimal dua qullah atau sekitar 500 liter Iraq), dan tidak berubah bau, rasa, atau warnanya. Air yang suci tetapi tidak mensucikan, seperti air kelapa atau air gula, juga tidak bisa digunakan untuk bersuci.

Najis adalah kotoran seperti tinja, kencing, darah, daging babi, bangkai kecuali ikan, belalang, dan sejenisnya, liur anjing, madzi (cairan putih yang keluar dari kemaluan laki-laki karena syahwat), wadi (cairan putih kental yang keluar setelah buang air kecil atau kecapekan), dan sejenisnya. Ini dikenal sebagai najis hakiki dan harus dihilangkan sebelum melakukan thaharah.

Selain najis hakiki, ada juga najis hukmi atau hadats, yang menyebabkan seseorang tidak dapat shalat. Hadats terbagi menjadi hadats kecil dan hadats besar. Hadats kecil membuat seseorang tidak dapat shalat kecuali setelah wudhu atau tayammum.

Contohnya adalah buang air besar atau kecil, kentut, menyentuh kemaluan tanpa pembatas, dan tidur nyenyak dalam posisi berbaring. Sedangkan hadats besar seperti junub dan haid harus disucikan dengan mandi besar, atau dengan tayammum jika tidak memungkinkan.

Mandi junub dan mandi wajib keduanya berfungsi membersihkan diri dari hadats besar, tetapi terdapat perbedaan penting. Mandi junub khusus untuk membersihkan diri dari keadaan junub, sedangkan mandi wajib mencakup kondisi lain seperti haid, nifas, dan kematian.

Menurut kitab Al-Fiqh ‘ala al-madzahib al-khamsah, mandi junub wajib jika keluar mani atau setelah bersetubuh, meskipun tidak terjadi ejakulasi. Tuntunan cara mandi junub terdapat dalam berbagai kitab fiqih, termasuk dalam Matan Taqrib yang disusun oleh Al-Qadhi Abu Syuja’ rahimahullah.

Berikut panduan lengkap cara mandi junub berdasarkan rukun dan sunnah:

Al-Qadhi Abu Syuja’ rahimahullah menyebutkan tiga rukun mandi junub:

1. Niat (النِّيَّةُ): Niat dilakukan bersamaan dengan dimulainya mandi, seperti saat membasuh bagian tubuh pertama kali. Niat harus ada sebelum memulai membasuh anggota badan, karena jika dilakukan setelahnya, niat harus diulangi.

2. Menghilangkan Najis pada Badan (إِزَالَةُ النَّجَاسَةِ إِنْ كَانَتْ عَلَى بَدَنِهِ): Najis pada tubuh harus dihilangkan sebelum mandi. Pendapat yang lebih kuat dalam mazhab Syafi’i adalah bahwa menghilangkan najis bisa dilakukan bersamaan dengan niat menghilangkan hadats.

3. Meratakan Air ke Seluruh Rambut dan Kulit (إِيْصَالُ الماَءِ إِلَى جَمِيْعِ الشَّعَرِ وَالبَشَرَةِ): Air harus merata ke seluruh rambut dan kulit. Ibnu Hajar Al-Asqalani menegaskan pentingnya meratakan air ke seluruh tubuh, termasuk seluruh rambut dan bagian kulit yang terlihat.

    1. Membaca basmalah (التَّسْمِيَّةُ): Membaca “Bismillahirrahmanirrahim” sebelum memulai mandi.

    2. Berwudhu sebelum Mandi (الوُضُوْءُ قَبْلَهُ): sunnah berwudhu sempurna sebelum mandi. Jika ada hadats kecil, niat berwudhu untuk mengangkat hadats tersebut.

    3. Menggosokkan tangan ke badan (إِمْرَارُ اليَدِ عَلَى الجَسَدِ): Menggosok badan saat mandi.

    4. Muwalah (الموَلَاةُ): Beruntun tanpa terselingi oleh perbuatan lain. Artinya, basuhan antara satu anggota tubuh dengan yang lain tidak boleh ada jeda waktu yang terlalu lama.

    5. Mendahulukan Bagian Kanan dari Bagian Kiri (تَقْدِيْمُ اليُمْنَى عَلَى اليُسْرَى): Mendahulukan bagian kanan sebelum bagian kiri dalam mandi.

      1. Melakukan perkara makruh dalam wudhu.

      2. Meninggalkan sunnah dalam mandi.

      3. Berlebihan dalam menggunakan air.

      4. Tidak memakai wewangian seperti misk pada kemaluan setelah mandi (bagi wanita).

      Beberapa faidah penting saat mandi junub:

      1. Sunnah memulai mandi dari bagian kepala, namun memulai dari bagian mana pun tetap sah.

      2. Mandi sudah mencakup wudhu, asalkan tidak terjadi hadats yang membatalkan wudhu di tengah-tengah mandi.

      3. Jika ada beberapa sebab yang mewajibkan mandi, niat menghilangkan salah satunya telah mencakup semuanya.

      Thaharah adalah fondasi penting dalam ibadah seorang Muslim, mencakup kebersihan fisik dan spiritual. Memahami dan menerapkan tata cara bersuci dengan benar, seperti wudhu, mandi junub dan mandi wajib, serta tayammum, adalah kunci untuk memastikan sahnya ibadah. Menjaga kesucian tidak hanya memenuhi kewajiban agama tetapi juga mendukung kesehatan dan kebersihan pribadi. Wallahu’alam.

      Dina Efriyanti Hutabarat (Mahasiswi Prodi BKI Angkatan 2024 UIN Syekh Ali Hasan Ahmad Addary Padangsidimpuan)

      Tatsqif Media Dakwah & Kajian Islam

      Tatsqif hadir sebagai platform edukasi digital yang dirintis oleh Team Tatsqif sejak 5 Januari 2024. Kami mengajak Anda untuk menjelajahi dunia dakwah, ilmu pengetahuan, dan wawasan keislaman melalui website kami. Bergabunglah bersama kami dan jadilah bagian dari kontributor syi'ar Islam.

      42 komentar pada “Thaharah: Rahasia Kesucian dan Kebersihan dalam Ibadah, Simak

      • Jahra Tanjung

        Maaf,Izin Bertanya 🙏🙏
        Apa hukum atau pandangan dalam islam terhadap orang yang menunda-nunda mandi junub? Apakah itu diperbolehkan?

        Balas
        • Dalam Islam, menunda-nunda mandi junub tidak dilarang secara mutlak, tetapi harus dilakukan dengan memperhatikan beberapa hal penting. Mandi junub (mandi besar) adalah kewajiban yang harus dilakukan setelah melakukan aktivitas yang menyebabkan hadas besar, seperti berhubungan seksual, mimpi basah, atau setelah menstruasi.

          Menurut hukum Islam, seseorang yang dalam keadaan junub harus segera mandi untuk menghilangkan hadas besar dan dapat melanjutkan ibadah seperti shalat dan puasa. Mandi junub bukan hanya sebuah kewajiban, tetapi juga merupakan cara untuk menjaga kesucian dan kebersihan diri.

          Menunda-nunda mandi junub diperbolehkan dalam situasi tertentu, seperti jika seseorang tidak memiliki waktu atau fasilitas untuk mandi secara langsung, namun tetap dianjurkan untuk melakukannya secepat mungkin. Keterlambatan dalam mandi junub tanpa alasan yang sah dapat menghambat pelaksanaan ibadah yang tergantung pada keadaan bersih, seperti shalat atau puasa.

          Jika seseorang menunda mandi junub karena alasan yang sah, seperti kekurangan fasilitas atau keadaan darurat, dia tidak akan mendapatkan hukuman, namun dia harus memastikan bahwa dia mandi sesegera mungkin ketika keadaan memungkinkan. Sebaliknya, menunda dengan sengaja tanpa alasan yang valid dapat dianggap sebagai kelalaian dalam menjaga kesucian diri dan melaksanakan kewajiban agama.

          Balas
      • Khoirunnisa

        Informasinya sangat bermanfaat, menambah ilmu pengetahuan kita semua tentang thaharah dan tata cara mandi wajib dan junub

        Balas
      • Siti mardia daulay

        Izin menambahi air mutlak itu air hujan ,sungai ,salaju,embun,sumur,embun,laut mohon maaf kalo salah🙏🙏

        Balas
      • Fina Alexa

        Informasi nya sangat bermanfaat,maaf izin bertanya 🙏dalam materi kita mensucikan diri salah satunya dengan berwudhu..Bagaimana jika kita melakukan wudhu lebih dari 3 kali sedangkan ketentuan wudhu membasuh tubuh 3 kali ataupun sudah ada batas-batas tertentu untuk wudhu tapi lewat dari ketentuan??

        Balas
        • Dalam Islam, berwudhu lebih dari tiga kali untuk satu kali wudhu tidak dianjurkan dan bisa dianggap sebagai tindakan berlebih-lebihan atau israf. Ketentuan umum dalam wudhu adalah membasuh setiap anggota tubuh yang diwajibkan (wajah, tangan, kepala, dan kaki) tiga kali, sesuai dengan tuntunan sunnah. Melakukan wudhu lebih dari ketentuan tersebut tidak hanya tidak memiliki dasar dalam syariat, tetapi juga dapat menyebabkan kebingungan atau ketidakpastian dalam ibadah.

          Menurut hadits-hadits Nabi Muhammad SAW, beliau melaksanakan wudhu secara sederhana dan tidak berlebih-lebihan. Melakukan wudhu lebih dari tiga kali tanpa kebutuhan khusus bisa dianggap bertentangan dengan prinsip kesederhanaan dalam beribadah. Selain itu, hal ini bisa mengarah pada pemborosan atau pembaziran air, yang juga dihindari dalam Islam.

          Balas
        • Dina efriyanti Hutabarat

          Baik terimakasih fina ijin menjawab
          Hukum wudhu sebenar satu kali yang wajib tetapi sunnahnya 3 kali
          Kalau lebih dari 3 itu berlebihan allah gasuka yang berlebihan (bahkan tidak boleh menambahkan” hitungan

          Balas
      • RISKA FAJARIANI HARAHAP

        Maaf izin bertanya,,
        Kapan waktu yang tepat untuk mandi wajib setelah haid?

        Balas
        • Waktu yang tepat untuk mandi wajib setelah haid adalah segera setelah haid selesai. Dalam Islam, mandi wajib atau ghusl harus dilakukan untuk membersihkan diri dari hadas besar setelah masa haid atau nifas. Mandi ini sebaiknya dilakukan sebelum melaksanakan shalat atau ibadah lainnya yang memerlukan keadaan suci.

          Sebagai pedoman, setelah haid berhenti, wanita dianjurkan untuk segera mandi wajib untuk memastikan bahwa dia dalam keadaan bersih sebelum melaksanakan kewajiban ibadah. Jika ada kekhawatiran atau keraguan mengenai masa haid, wanita sebaiknya melakukan ghusl dan memastikan dirinya dalam keadaan suci.

          Balas
        • Dina efriyanti Hutabarat

          Terimakasih riska telah bertanya
          Mandi wajib setelah haid itu lebih tepatnya setelah selesai haid Langsung mandi wajib jangan mengulurkan waktu

          Balas
      • Mohon izin bertanya apa hukum terhadap orang yang ,lupa mandi junub, tapi sudah melaksanakan sholat ibadah

        Balas
        • Jika seseorang lupa mandi junub dan sudah melaksanakan sholat atau ibadah lainnya, sholat yang dilakukan dalam keadaan tersebut tidak sah. Dalam Islam, mandi junub adalah wajib untuk menghilangkan hadas besar setelah berhubungan intim, ejakulasi, atau haid/nifas.

          Sholat yang dilakukan tanpa mandi junub dianggap tidak sah karena syarat sah sholat adalah keadaan suci dari hadas besar. Orang tersebut harus mengulangi sholat yang telah dilaksanakan setelah mandi junub. Selain itu, jika seseorang menyadari bahwa dia belum mandi junub, dia harus segera melakukan mandi junub dan mengganti sholat yang dilakukan dalam keadaan tidak suci tersebut.

          Balas
        • Dina efriyanti Hutabarat

          Ijin menjawab sholatnya tidak sah kerna dia tidak dalam keadaan suci ,jadi wajib mandi junub dan meng khodo sholat yg iya kerjakan tadi

          Balas
      • Umi Khumairoh Nasution

        Saya ingin bertanya tentang thaharah,ada beberapa faktor yang mempengaruhi ketidak sempurnaannya wudhu,salah satunya yaitu faktor lingkungan(tempat),nah disini saya ingin memberikan contoh,contohnya kita di Ma’had yang dimana setiap asrama ada 1 kamar mandi,yang dimana di dalam kamar mandi itu, disitu kita buang air kecil,nyuci,mandi,dan wudhu, pertanyaan nya bagaimana cara kita agar wudhu kita sempurna di tempat yang begitu( penuh najis) &apa yang harus kita lakukan ketika kita ragu’ apakah wudhu kita sudah sah atau belum

        Balas
        • Dina efriyanti Hutabarat

          Ijin menjawab sholatnya tidak sah kerna dia tidak dalam keadaan suci ,jadi wajib mandi junub dan meng khodo sholat yg iya kerjakan tadi

          Balas
      • Nur Hapipa Anjalina

        Izin bertanya
        Apa konsep taharah dalam Islam dan apa saja yang terkandung di dalamnya?

        Balas
        • Konsep taharah dalam Islam berfokus pada keadaan suci yang diperlukan untuk melaksanakan ibadah dengan benar. Ini mencakup beberapa hal utama. Pertama, kebersihan fisik, yang melibatkan wudhu untuk membersihkan bagian-bagian tertentu dari tubuh seperti wajah, tangan, kepala, dan kaki. Selain itu, ada mandi besar yang dilakukan setelah berhubungan intim, ejakulasi, atau setelah menstruasi dan nifas. Kedua, menghilangkan hadas, yaitu keadaan tidak suci, dengan wudhu untuk hadas kecil dan mandi besar untuk hadas besar. Ketiga, memastikan kebersihan lingkungan, seperti pakaian dan tempat ibadah yang harus bebas dari najis atau kotoran. Taharah sangat penting dalam Islam karena menjaga kebersihan adalah bagian dari iman dan memastikan ibadah dilakukan dengan cara yang benar.

          Balas
          • Dina efriyanti Hutabarat

            Terimakasih telah bertanya saya akan menjawab pertanyaannya
            Konsep taharah dalam Islam berfokus pada keadaan suci yang diperlukan untuk melaksanakan ibadah dengan benar. Ini mencakup beberapa hal utama. Pertama, kebersihan fisik, yang melibatkan wudhu untuk membersihkan bagian-bagian tertentu dari tubuh seperti wajah, tangan, kepala, dan kaki. Selain itu, ada mandi besar yang dilakukan setelah berhubungan intim, ejakulasi, atau setelah menstruasi dan nifas. Kedua, menghilangkan hadas, yaitu keadaan tidak suci, dengan wudhu untuk hadas kecil dan mandi besar untuk hadas besar. Ketiga, memastikan kebersihan lingkungan, seperti pakaian dan tempat ibadah yang harus bebas dari najis atau kotoran. Taharah sangat penting dalam Islam karena menjaga kebersihan adalah bagian dari iman dan memastikan ibadah dilakukan dengan cara yang benar.

            Balas
      • Siti Dwi Cahya Nawar

        Izin bertanya 🙏🏻

        Dalam paragraf pertama penulis menjelaskan tentang thaharah dimana,
        thaharah adalah tindakan menyucikan diri dari najis dan hadats yang menghalangi pelaksanaan shalat dan ibadah lainnya, dengan menggunakan air, tanah, atau batu. Penyucian ini tidak hanya berlaku untuk tubuh, tetapi juga pakaian dan tempat.
        Pertanyaannya bagaimana jika seseorang ingin menyucikan dirinya dengan menggunakan batu atau tanah sedangkan batu dan tanah tersebut ada najisnya,tetapi seseorang tersebut tidak tahu akan hal itu,apakah penyuciannya sah atau tidak?

        Balas
        • Jika seseorang ingin menyucikan diri dengan menggunakan batu atau tanah, tetapi ternyata batu atau tanah tersebut mengandung najis, maka penyucian tersebut tidak sah jika najis tersebut diketahui atau terlihat. Namun, jika seseorang tidak mengetahui bahwa batu atau tanah tersebut najis, maka penyucian tetap dianggap sah menurut prinsip dalam Islam yang memberikan kelonggaran pada ketidaktahuan atau ketidakmampuan untuk mengetahui najis. Dalam hal ini, seseorang sebaiknya berusaha untuk melakukan penyucian dengan cara yang bersih dan memastikan media yang digunakan untuk thaharah adalah suci.

          Balas
        • Dina efriyanti Hutabarat

          Jika seseorang ingin menyucikan diri dengan menggunakan batu atau tanah, tetapi ternyata batu atau tanah tersebut mengandung najis, maka penyucian tersebut tidak sah jika najis tersebut diketahui atau terlihat. Namun, jika seseorang tidak mengetahui bahwa batu atau tanah tersebut najis, maka penyucian tetap dianggap sah menurut prinsip dalam Islam yang memberikan kelonggaran pada ketidaktahuan atau ketidakmampuan untuk mengetahui najis. Dalam hal ini, seseorang sebaiknya berusaha untuk melakukan penyucian dengan cara yang bersih dan memastikan media yang digunakan untuk thaharah adalah suci.

          Balas
      • yuni nurhalijah hasibuan

        izin bertanya🙏🏻
        tentang tema rahasia kesucian dan kebersihan dalam ibadah

        mengapa kesucian dan kebersihan penting dalam ibadah?

        terimakasih 🙏🏻

        Balas
        • Kesucian dan kebersihan sangat penting dalam ibadah karena keduanya merupakan syarat utama untuk sahnya beberapa ibadah dalam Islam seperti shalat, puasa, thawaf, dll.

          Balas
        • Dina efriyanti Hutabarat

          Kesucian dan kebersihan sangat penting dalam ibadah karena keduanya merupakan syarat utama untuk sahnya beberapa ibadah dalam Islam seperti shalat, puasa, thawaf

          Balas
      • Dian lestari

        Melalui pembahasan ini, saya ingin memberikan 1 pertanyaan yaitu
        Hal apa saja sih yang membuat mandi wajib itu tidak sah?

        Balas
        • Mandi wajib menjadi tidak sah jika terdapat hal-hal berikut:

          1. Tidak Menghilangkan Najis: Jika ada najis yang masih menempel pada tubuh setelah mandi wajib, maka mandi tersebut tidak sah. Najis harus dihilangkan terlebih dahulu sebelum mandi wajib.

          2. Tidak Melakukan Rukun Ghusl: Rukun ghusl meliputi niat, membasuh seluruh tubuh, dan memastikan bahwa air mengenai seluruh bagian tubuh. Jika salah satu dari rukun ini tidak dilakukan dengan benar, maka mandi wajib dianggap tidak sah.

          3. Melewatkan Bagian Tubuh: Jika ada bagian tubuh yang tidak terkena air, seperti bagian belakang tubuh yang tidak dibasuh dengan baik, mandi wajib menjadi tidak sah. Semua bagian tubuh harus terkena air secara menyeluruh.

          4. Menggunakan Air yang Najis: Jika air yang digunakan untuk mandi wajib terkontaminasi najis, mandi tersebut tidak sah. Air harus bersih dan suci.

          5. Tidak Niat: Niat adalah bagian penting dalam ibadah, termasuk mandi wajib. Jika seseorang lupa atau tidak berniat untuk mandi wajib, mandi tersebut tidak sah.

          6. Melakukan Mandi Wajib Dalam Keadaan Terlalu Tergesa-Gesa: Mandi wajib harus dilakukan dengan benar dan tidak sembarangan. Melakukan mandi dengan tergesa-gesa tanpa memperhatikan semua aspek ghusl bisa membuatnya tidak sah.

          Balas
        • Dina efriyanti Hutabarat

          Tidak Menghilangkan Najis: Jika ada najis yang masih menempel pada tubuh setelah mandi wajib, maka mandi tersebut tidak sah. Najis harus dihilangkan terlebih dahulu sebelum mandi wajib.

          2. Tidak Melakukan Rukun Ghusl: Rukun ghusl meliputi niat, membasuh seluruh tubuh, dan memastikan bahwa air mengenai seluruh bagian tubuh. Jika salah satu dari rukun ini tidak dilakukan dengan benar, maka mandi wajib dianggap tidak sah.

          3. Melewatkan Bagian Tubuh: Jika ada bagian tubuh yang tidak terkena air, seperti bagian belakang tubuh yang tidak dibasuh dengan baik, mandi wajib menjadi tidak sah. Semua bagian tubuh harus terkena air secara menyeluruh.

          4. Menggunakan Air yang Najis: Jika air yang digunakan untuk mandi wajib terkontaminasi najis, mandi tersebut tidak sah. Air harus bersih dan suci.

          5. Tidak Niat: Niat adalah bagian penting dalam ibadah, termasuk mandi wajib. Jika seseorang lupa atau tidak berniat untuk mandi wajib, mandi tersebut tidak sah.

          6. Melakukan Mandi Wajib Dalam Keadaan Terlalu Tergesa-Gesa: Mandi wajib harus dilakukan dengan benar dan tidak sembarangan. Melakukan mandi dengan tergesa-gesa tanpa memperhatikan semua aspek ghusl bisa membuatnya tidak sah.

          Balas
      • Ade Pratiwi

        Mohon izin bertanya,mengapa thaharah memiliki kedudukan penting dalam Islam?

        Balas
        • Thaharah memiliki kedudukan penting dalam Islam karena beberapa alasan utama. Pertama, thaharah adalah prasyarat untuk melaksanakan ibadah dengan benar, termasuk shalat, yang merupakan salah satu rukun Islam. Tanpa thaharah, ibadah tidak dianggap sah, sehingga penting untuk memastikan kesucian sebelum melaksanakan ibadah.

          Kedua, thaharah mencerminkan kebersihan dan kesucian sebagai nilai fundamental dalam ajaran Islam. Islam menekankan pentingnya kebersihan sebagai bentuk penghormatan terhadap diri sendiri dan lingkungan. Thaharah tidak hanya berkaitan dengan kebersihan fisik tetapi juga spiritual, menunjukkan komitmen seorang Muslim terhadap kesucian hati dan pikiran.

          Ketiga, proses thaharah mengajarkan disiplin dan tanggung jawab. Dengan mengikuti aturan dan prosedur thaharah, seorang Muslim belajar untuk menjaga kebersihan secara konsisten dan menyadari pentingnya mematuhi aturan agama. Ini juga membantu dalam menghindari kebiasaan buruk dan meningkatkan kualitas ibadah serta kehidupan sehari-hari.

          Balas
        • Dina efriyanti Hutabarat

          Ijin menjawab pertanyaan dari ade Pratiwi
          Karena taharah adalah persyaratan ibadah yang benar tanpa tharar shoalt tidak akan sah karena tharar salah satu rukun sholat

          Balas
      • Siti mardia daulay

        Izin bertanya apakah sah mandi junub seorang apabila ada rambutnya yang tidak kena air ? Terimakasih 🙏

        Balas
        • Menurut Sayyid Sabiq dalam kitab Fiqh Sunnah, mandi wajib dianggap tidak sah jika tidak memenuhi rukun-rukunnya. Rukun tersebut meliputi niat dan membasuh seluruh tubuh. Dalam kitab Al-Wajiz fi Fiqh As-Sunnah oleh Syaikh Sulaiman Ahmad Yahya Al-Faifi, disebutkan bahwa wanita tidak diwajibkan untuk membuka ikatan rambut saat mandi junub jika air dapat mencapai pangkal rambut. Hal ini berdasarkan hadits dari Ummu Salamah RA yang menceritakan bahwa seorang wanita bertanya kepada Rasulullah SAW tentang perlu tidaknya membuka ikatan rambut saat mandi janabat. Rasulullah SAW menjawab bahwa cukup dengan membasuh rambut tiga kali dan kemudian membasuh seluruh tubuh untuk menjadi suci. Hadits ini diriwayatkan oleh Ahmad, Muslim, dan Tirmidzi, yang menyatakan hadits tersebut hasan shahih.

          Balas
        • Dina efriyanti Hutabarat

          mandi wajib dianggap tidak sah jika tidak memenuhi rukun-rukunnya. Rukun tersebut meliputi niat dan membasuh seluruh tubuh. Dalam kitab Al-Wajiz fi Fiqh As-Sunnah oleh Syaikh Sulaiman Ahmad Yahya Al-Faifi, disebutkan bahwa wanita tidak diwajibkan untuk membuka ikatan rambut saat mandi junub jika air dapat mencapai pangkal rambut. Hal ini berdasarkan hadits dari Ummu Salamah RA yang menceritakan bahwa seorang wanita bertanya kepada Rasulullah SAW tentang perlu tidaknya membuka ikatan rambut saat mandi janabat. Rasulullah SAW menjawab bahwa cukup dengan membasuh rambut tiga kali dan kemudian membasuh seluruh tubuh untuk menjadi suci. Hadits ini diriwayatkan oleh Ahmad, Muslim, dan Tirmidzi, yang menyatakan hadits tersebut hasan shahih.

          Balas
      • Liana Tantri hasibuan

        Di pembahasan kali ini saya ingin bertanya mengenai satu hal, apakah terdapat perbedaan dalam tata cara mandi junub dengan mandi wajib?
        Terimakasih

        Balas
        • Mandi junub dan mandi wajib memiliki tata cara yang sama dalam Islam. Keduanya memerlukan niat, membasuh seluruh tubuh dengan air, dan memastikan bahwa air mengenai seluruh bagian tubuh termasuk rambut dan kulit. Perbedaannya terletak pada konteks dan niat. Mandi junub dilakukan setelah mengalami hadas besar seperti hubungan suami istri atau keluarnya mani. Sedangkan mandi wajib adalah istilah umum untuk mandi yang diperlukan setelah mengalami hadas besar dalam konteks lain, seperti setelah haid atau nifas pada wanita. Dengan demikian, meskipun niat dan konteksnya berbeda, tata cara pelaksanaan mandi junub dan mandi wajib pada dasarnya adalah sama.

          Balas
        • Dina efriyanti Hutabarat

          Keduanya memerlukan niat, membasuh seluruh tubuh dengan air, dan memastikan bahwa air mengenai seluruh bagian tubuh termasuk rambut dan kulit. Perbedaannya terletak pada konteks dan niat. Mandi junub dilakukan setelah mengalami hadas besar seperti hubungan suami istri atau keluarnya mani. Sedangkan mandi wajib adalah istilah umum untuk mandi yang diperlukan setelah mengalami hadas besar dalam konteks lain, seperti setelah haid atau nifas pada wanita. Dengan demikian, meskipun niat dan konteksnya berbeda, tata cara pelaksanaan mandi junub dan mandi wajib pada dasarnya adalah sama

          Balas
      • Nur Elida Lubis

        Izin bertanya,ketika kita buang air kecil dan terdapat cairan putih kental yang keluar dri kemalauan perempuan apakah kita masih perlu mandi wajib?

        Balas
        • Cairan putih kental yang keluar dari kemaluan perempuan setelah buang air kecil bisa jadi merupakan cairan normal yang dikenal sebagai keputihan atau discharge. Dalam Islam, mandi wajib hanya diperlukan dalam beberapa keadaan, seperti setelah hubungan suami istri, keluarnya mani, atau setelah haid dan nifas. Jika cairan tersebut tidak disertai dengan salah satu dari kondisi tersebut, maka mandi wajib tidak diperlukan.

          Balas
        • Dina efriyanti Hutabarat

          Ijin menjawab
          Cairan itu biasanya cairan normal yg biasa disebut sebagai keputuhan
          Dan mandi wajib pun ditentukan pas waktu selepas haid , berhubungan suami istri, jika tidak ada termaksud salah satu maka mandi wajib tidak di perlukan

          Balas

      Tinggalkan Balasan

      Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

      × Chat Kami Yuk