Sejarah Ulumul Qur’an: Perkembangan Ilmu dalam Studi Al-Qur’an
TATSQIF ONLINE – Al-Qur’an adalah kitab suci terakhir yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad ﷺ sebagai petunjuk bagi seluruh umat manusia. Kitab ini bukan hanya berisi ajaran akidah, ibadah, dan hukum Islam, tetapi juga mencakup pedoman moral dan sosial. Allah menegaskan bahwa Al-Qur’an merupakan petunjuk yang jelas dalam Surah Al-Baqarah ayat 2:
ذَٰلِكَ ٱلْكِتَٰبُ لَا رَيْبَ ۛ فِيهِ ۛ هُدًۭى لِّلْمُتَّقِينَ
Artinya: “Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan di dalamnya, petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa.”
Untuk memahami Al-Qur’an dengan baik, para ulama mengembangkan cabang ilmu yang disebut Ulumul Qur’an. Ilmu ini mengkaji berbagai aspek Al-Qur’an, mulai dari pewahyuan, penulisan, metode bacaan, hingga tafsir. Memahami ilmu ini penting agar pemahaman terhadap Al-Qur’an sesuai dengan yang diajarkan Rasulullah ﷺ dan para sahabatnya.
Pengertian Ulumul Qur’an
Secara bahasa, Ulumul Qur’an berasal dari kata ‘ulum (ilmu-ilmu) dan Al-Qur’an. Artinya, ilmu-ilmu yang membahas berbagai aspek Al-Qur’an. Secara terminologis, para ulama mendefinisikan Ulumul Qur’an sebagai ilmu yang membahas tentang turunnya Al-Qur’an, pengumpulannya, bacaannya, pemahamannya, serta hukum-hukum yang terkandung di dalamnya.
As-Suyuthi dalam Al-Itqan fi ‘Ulum Al-Qur’an menjelaskan bahwa Ulumul Qur’an mencakup segala pembahasan yang berkaitan dengan sejarah dan kandungan Al-Qur’an. Ilmu ini membantu umat Islam memahami wahyu dengan benar, sehingga terhindar dari kesalahan dalam menafsirkan dan mengamalkannya.
Sejarah Perkembangan Ulumul Qur’an
Masa Nabi Muhammad ﷺ
Pada masa Rasulullah ﷺ, pemahaman tentang Al-Qur’an masih bersifat langsung. Nabi sendiri menjelaskan ayat-ayat yang turun kepada para sahabat, sebagaimana firman Allah dalam Alquran Surah An-Nahl ayat 44:
وَأَنزَلْنَآ إِلَيْكَ ٱلذِّكْرَ لِتُبَيِّنَ لِلنَّاسِ مَا نُزِّلَ إِلَيْهِمْ وَلَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ
Artinya: “Dan Kami turunkan kepadamu Adz-Dzikr (Al-Qur’an), agar engkau menjelaskan kepada manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka, supaya mereka berpikir.”
Rasulullah ﷺ juga memberikan bimbingan dalam membaca Al-Qur’an dengan benar dan memahami maknanya. Para sahabat sangat berhati-hati dalam mempelajari Al-Qur’an, sebagaimana diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud:
“Kami belajar sepuluh ayat Al-Qur’an dari Nabi ﷺ, tidak beranjak ke ayat berikutnya sebelum memahami ilmu dan amal yang terkandung di dalamnya,” (HR Ahmad).
Masa Khulafa’ Rasyidin
Pada masa Abu Bakar, Al-Qur’an mulai dikumpulkan dalam satu mushaf untuk menjaga keasliannya. Hal ini dilakukan setelah banyak penghafal Al-Qur’an gugur dalam Perang Yamamah. Umar bin Khattab mengusulkan pengumpulan Al-Qur’an, lalu Abu Bakar memerintahkan Zaid bin Tsabit untuk melaksanakan tugas tersebut.
Pada masa Utsman bin Affan, mushaf standar ditetapkan agar tidak terjadi perbedaan bacaan yang berpotensi menimbulkan perpecahan. Mushaf ini dikenal sebagai Mushaf Utsmani dan menjadi rujukan utama hingga saat ini.
Masa Ulama Tabi’in dan Sesudahnya
Setelah masa sahabat, para tabi’in mulai menyusun berbagai cabang ilmu terkait Al-Qur’an. Ilmu tajwid, tafsir, qira’at, dan nasikh-mansukh mulai dikodifikasikan. Imam Asy-Syafi’i (w. 204 H) dan Imam Malik (w. 179 H) turut memberikan kontribusi dalam memahami hukum-hukum Al-Qur’an.
Pada abad ke-4 Hijriyah, ilmu ini semakin berkembang dengan munculnya karya-karya besar seperti Al-Burhan fi Ulum Al-Qur’an karya Az-Zarkasyi dan Al-Itqan fi Ulum Al-Qur’an karya As-Suyuthi.
Cabang-Cabang Ulumul Qur’an
Menurut para ulama, Ulumul Qur’an mencakup berbagai cabang ilmu, di antaranya:
1. Ilmu Asbab an-Nuzul (sebab-sebab turunnya ayat)
2. Ilmu Makki dan Madani (klasifikasi ayat berdasarkan tempat turunnya)
3. Ilmu Nasikh wa Mansukh (ayat yang menghapus dan dihapus)
4. Ilmu Qira’at (variasi bacaan Al-Qur’an)
5. Ilmu Tajwid (kaidah membaca Al-Qur’an dengan benar)
6. Ilmu Garib Al-Qur’an (kata-kata asing dalam Al-Qur’an)
7. Ilmu I’rab Al-Qur’an (analisis tata bahasa ayat-ayat Al-Qur’an)
8. Ilmu I’jaz Al-Qur’an (kemukjizatan Al-Qur’an)
Setiap cabang ilmu ini memiliki peran penting dalam memahami Al-Qur’an secara lebih mendalam.
Kemukjizatan Al-Qur’an
Al-Qur’an memiliki banyak aspek kemukjizatan yang membuktikan bahwa kitab ini benar-benar wahyu dari Allah. Allah menantang manusia untuk membuat kitab serupa, tetapi mereka tidak mampu, sebagaimana termaktub dalam Alquran Surah Al-Isra’ ayat 88:
قُل لَّئِنِ ٱجْتَمَعَتِ ٱلْإِنسُ وَٱلْجِنُّ عَلَىٰ أَن يَأْتُوا۟ بِمِثْلِ هَٰذَا ٱلْقُرْءَانِ لَا يَأْتُونَ بِمِثْلِهِ وَلَوْ كَانَ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍۢ ظَهِيرًۭا
Artinya: “Katakanlah: ‘Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa dengan Al-Qur’an, mereka tidak akan mampu membuat yang serupa dengannya, walaupun mereka saling membantu.'”
Aspek kemukjizatan Al-Qur’an meliputi:
1. Bahasa dan Sastra: Struktur bahasa Al-Qur’an sangat unik dan tidak dapat ditiru oleh siapapun.
2. Konsistensi dan Keharmonisan: Meskipun diturunkan dalam kurun waktu 23 tahun, Al-Qur’an tidak memiliki kontradiksi.
3. Prediksi Masa Depan: Al-Qur’an mengandung banyak informasi tentang kejadian di masa depan yang terbukti benar.
4. Kesesuaian dengan Ilmu Pengetahuan: Banyak ayat Al-Qur’an yang sesuai dengan penemuan ilmiah modern, seperti tentang perkembangan janin (QS. Al-Mu’minun [23]: 12-14).
Kesimpulan
Ulumul Qur’an merupakan ilmu yang sangat penting dalam memahami Al-Qur’an secara ilmiah dan mendalam. Ilmu ini membahas berbagai aspek seperti sejarah pewahyuan, tafsir, qira’at, serta kemukjizatan Al-Qur’an. Dengan mempelajari Ulumul Qur’an, umat Islam dapat memahami dan mengamalkan Al-Qur’an dengan benar sesuai dengan yang diajarkan Rasulullah ﷺ dan para ulama terdahulu. Wallahua’lam.
Syahara Nabila (Mahasiswa Prodi PGMI UIN Syekh Ali Hasan Ahmad Addary Padangsidimpuan)
Izin bertanya
Setelah membaca artikel saudari
Pada bagian masa klulafa’ rasyidin adanya peristiwa peperangan yamamah
Jadi pentanyaan saya apa yang menjadi latar belakang terjadinya peperang yamamah
Assalamualaikum warahmatullahi wa barokatuh izin bertanya
Jelaskan peran para tabi’in dalam mengembangkan ilmu tafsir pada masa itu,bagaimana metode penafsiran yang di gunakan tabi’in dan siapa tokoh yang terkenal dalam bidang tafsir?
Tantangan-tantangan apa saja yang dihadapi oleh Ulumul Qur’an di era modern? Bagaimana Ulumul Qur’an menjawab tantangan-tantangan tersebut?
Bagaimana perkembangan ilmu ulumul quran pada masa Rasulullah