Review Buku: Memahami Keagungan Ilmu melalui Kisah Para Ulama
TATSQIF ONLINE – Ilmu merupakan sesuatu yang mulia, bahkan Allah Subhanahu Wa Ta’ala sendiri menamai diri-Nya dengan Al-‘Alim, yaitu Zat yang Maha Mengetahui.
Kemuliaan ilmu menjadikan orang yang memilikinya juga menjadi mulia. Demikian halnya mencari dan menuntut ilmu merupakan salah satu pekerjaan yang paling mulia.
Imam Abu Yusuf al-Qhadi pernah berkata sebagaimana disebutkan dalam kitab Nashaih Manhajiyyah li Thalib ‘Ilmi As-Sunnah An-Nabawiyyah sebagai berikut:
العِلْمُ شَيْءٌ لَا يُعْطِيْكَ بَعْضَهُ حَتَّى تُعْطِيْهِ كُلَّكَ
Artinya: “Ilmu adalah sesuatu yang tidak akan memberikan sebagian dirinya pada kamu sampai kamu memberikan seluruh dirimu padanya.”
Ungkapan ini menunjukkan bahwa ilmu hanya dapat diperoleh dengan usaha dan kerja keras yang sungguh-sungguh. Sebaliknya, ilmu tidak dapat diperoleh dengan bermalas-malasan.
Para ulama terdahulu adalah contoh ideal manusia yang sungguh-sungguh dalam belajar dan menuntut ilmu, dibuktikan melalui ribuan karya tulis yang mereka hasilkan. Umat Muslim sangat patut membaca kembali sejarah para ulama agar membangkitkan semangat dalam mencari dan menuntut ilmu.
Identitas Kitab
Judul Kitab : Syarh Manzhumah Al-Himmah Al-‘Aliyah fi Tahsil Al-‘Ulum As-Syar’iyyah
Nama Pengarang : Muhammad Yoeki Hendra
Penerbit : Shafiyah Publisher Banyuwangi
Tempat Terbit : Banyuwangi, Jawa Timur
Nomor ISBN : 978-623-80-31-21-4
Ketebalan Kitab : 160 Halaman
Intisari Kitab
Isi kitab ini merupakan kumpulan bait-bait syair Arab dalam bentuk urjuzah (bait-bait syair yang menggunakan jenis nada rajaz). Setiap bait-bait tersebut, kemudian diberikan syarah (penjelasan) singkat tentang maksudnya dengan berbahasa Arab pula.
Isi bait-bait syair ini merupakan kumpulan cerita-cerita semangat belajar para Ulama. Penulis kitab ini sangat menyukai cerita dan kisah hikmah, termasuk kisah semangat belajar para ulama.
Kitab ini mengajak pembaca untuk melihat semangat dan kerja keras ulama terdahulu dalam belajar. Membaca dan mendengar kisah mereka dapat menumbuhkan bibit semangat belajar untuk bersungguh-sungguh seperti mereka.
Kelebihan Kitab
Nilai lebih yang dimiliki kitab ini adalah bahasa yang digunakan yaitu bahasa Arab. Bahasa Arab merupakan bahasa yang Allah Subhanahu Wata’ala pilih untuk bahasa kitab-Nya, bahasa nabi-Nya dan bahasa manusia kelak di akhirat.
Menulis dengan bahasa Arab lebih sulit daripada menulis dengan bahasa Indonesia. Seseorang harus menguasai kaidah-kaidah dasar bahasa Arab dan memiliki kosa kata yang luas untuk bisa membuat buku berbahasa Arab.
Selain itu, kitab ini juga sangat menarik karena menggunakan bait-bait syair. Dalam bahasa Arab, ilmu yang dibutuhkan untuk bisa membuat bait-bait syair adalah fan ilmu arudh (nada).
Dengan ilmu arudh seseorang bisa merangkai bait-bait syair Arab seperti nazhaman (kumpulan bait-bait tentang suatu fan ilmu), qasidah, dan syair-syair puisi.
Hanya saja, saat ini ilmu arudh telah banyak dilupakan bahkan pondok-pondok pesantren sendiri. karena itu, kitab ini merupakan salah satu usaha kembali menghidupkan tradisi keilmuan ulama terdahulu yaitu ilmu arudh.
Kelemahan Kitab
Secara garis besar kelemahan kitab ini dapat dilihat dalam tiga aspek. Pertama, pemilihan kosa kata Arab dalam bait syair yang kurang menarik sekalipun telah sesuai dengan kaidah bahasa Arab.
Kedua, analisis dan penjelasan bait syair yang kurang mendalam sesuai dengan tradisi ulama terdahulu. Ketiga, tidak ada kesimpulan dan petikan hikmah di akhir penjelasan setiap bait.
Teknik Penulisan Kitab
Penulisan kitab ini mengikuti teknik yang umumnya digunakan oleh ulama terdahulu, di mana setiap bait syair disusun terlebih dahulu, kemudian dijelaskan maksudnya secara terperinci. Selain itu, dalam setiap bait syair juga dicantumkan kisah-kisah inspiratif yang menggambarkan semangat belajar para ulama terdahulu.
Hal ini bertujuan untuk memberikan contoh konkret tentang betapa pentingnya semangat belajar dan dedikasi dalam menuntut ilmu, seperti yang ditunjukkan oleh para ulama sebelumnya.
Hal yang Disukai dalam Kitab
Kisah-kisah yang dipilih sangat inspiratif dan menarik. Diantara kisah-kisah tersebut, sahabat Jabir bin Abdillah rela berjalan sejauh perjalanan satu bulan hanya untuk mendengar satu hadis.
Imam Syafi’i ketika ditanya bagaimana semangat belajarnya, beliau menjawab “bayangkan, seandainya ada seorang ibu hanya punya satu anak, tiba-tiba anaknya hilang. Kira-kira bagaimana kerja keras ibu itu akan mencari anaknya? Demikianlah kerja kerasku menuntut ilmu ”.
Imam Abu Bakar al-Qaffal yang hidup delapan puluh tahun. Para ulama menyebutnya orang yang hidup empat puluh tahun dalam keadaan bodoh dan empat puluh tahun alim. Hal ini karena beliau baru mulai belajar di usianya yang keempat puluh.
Habib Abdullah dari Yaman tidak gagal malam pertama hanya karena menemukan kitab di depan pintu. Dengan hasrat membaca yang tinggi, beliau membaca kitab itu sampai masuk waktu subuh.
Bahkan, diantara mereka ada yang terjatuh ke dalam jurang gara membaca kitab saat berjalan. Ada pula yang ditabrak oleh hewan tunggangan bahkan ada yang meninggal karena dijatuhi oleh kitab-kitab karangannya sendiri yang sangat banyak.
Ini hanya beberapa kisah-kisah menarik yang dikumpulkan dalam kitab ini. Semua kisah-kisah tersebut dikutip dari sumber-sumber terpercaya, dari kitab-kitab para ulama.
Kesimpulan
Kitab Syarh Manzhumah Al-Himmah Al-’Aliyah fi Tahsil Al-‘Ulum As-Syar’iyyah ini sangat layak dibaca oleh santri yang bisa membaca buku berbahasa Arab.
Kitab ini juga sangat layak dijadikan bahan untuk menggugah semangat belajar peserta didik dalam jenjang apapun.
Kisah-kisah yang dipilih dijamin dapat memberikan inspiratif dan menggugah semangat pembaca dan pendengar. Selamat membaca. Wallahu A’lam
Author: Muhammad Yoeki Hendra (Mahasantri Mahad Aly Situbondo)
Editor: Sylvia Kurnia Ritonga (Founder tatsqif.com)