Pengumpulan Al-Qur’an: Dari Khalifah Hingga Era Modern, Simak
TATSQIF ONLINE – Proses pengumpulan dan pembukuan Al-Qur’an adalah salah satu tonggak sejarah paling penting dalam Islam. Upaya ini memastikan keaslian dan kemurnian wahyu Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Setelah masa Nabi, tanggung jawab menjaga Al-Qur’an diteruskan oleh para Khulafa’ al-Rasyidin, yang menghadapi tantangan besar dalam memastikan Al-Qur’an tetap terpelihara, baik secara hafalan maupun tulisan. Proses ini berlanjut pada masa-masa sesudahnya, yang memperlihatkan usaha keras umat Islam dalam mengkodifikasi, menstandarkan, dan menyebarluaskan mushaf Al-Qur’an.
Pengumpulan Al-Qur’an pada Masa Abu Bakar as-Shiddiq
Setelah wafatnya Rasulullah SAW, umat Islam menghadapi tantangan besar. Salah satu peristiwa krusial yang mendorong pengumpulan Al-Qur’an adalah Perang Yamamah, di mana banyak penghafal Al-Qur’an (huffaz) gugur.
Umar bin Khattab RA kemudian mengusulkan kepada Khalifah Abu Bakar RA untuk mengumpulkan Al-Qur’an. Abu Bakar awalnya ragu, mengingat Rasulullah SAW tidak memerintahkan pembukuan Al-Qur’an secara khusus. Namun, setelah mempertimbangkan potensi hilangnya wahyu akibat wafatnya para huffaz, beliau menyetujui usulan tersebut.
Abu Bakar menunjuk Zaid bin Tsabit RA sebagai ketua tim pengumpul Al-Qur’an. Zaid adalah seorang sahabat yang dikenal hafal Al-Qur’an, memiliki keterampilan menulis, dan menjadi penulis wahyu selama masa Nabi. Zaid menetapkan metode yang ketat dalam pengumpulan:
1. Memeriksa catatan wahyu: Ayat-ayat Al-Qur’an dikumpulkan dari berbagai media tulisan seperti kulit hewan, pelepah kurma, batu, dan tulang.
2. Verifikasi hafalan: Hafalan para sahabat dikonfirmasi agar sesuai dengan ayat-ayat yang telah ditulis.
3. Dua saksi untuk setiap ayat: Zaid memastikan setiap ayat disertai saksi yang menyatakan bahwa ayat tersebut benar-benar diterima dari Nabi Muhammad SAW.
4. Mencocokkan dengan hafalan Rasulullah SAW yang telah dikaji ulang bersama Jibril pada akhir hayatnya (QS. Al-Qiyamah [75]: 17-18).
Hasil pengumpulan ini berupa mushaf pertama, yang dikenal sebagai “Mushaf Abu Bakar“. Mushaf ini disimpan oleh Abu Bakar, kemudian diwariskan kepada Umar bin Khattab, dan akhirnya berada di tangan Hafshah binti Umar RA setelah wafatnya Umar.
Penyatuan Mushaf pada Masa Utsman bin Affan
Pada masa Utsman bin Affan RA, Islam telah menyebar ke berbagai wilayah yang memiliki dialek dan cara membaca yang berbeda. Hal ini menimbulkan perselisihan di kalangan kaum muslimin tentang bacaan Al-Qur’an. Sahabat Hudzaifah bin Al-Yaman RA melaporkan kepada Utsman bahwa perbedaan tersebut dapat memecah belah umat Islam.
Utsman kemudian memutuskan untuk menyeragamkan mushaf Al-Qur’an. Beliau membentuk tim yang terdiri dari Zaid bin Tsabit (ketua), Abdullah bin Zubair, Said bin Al-‘Ash, dan Abdurrahman bin Harits.
Tim ini memiliki tanggung jawab menyalin mushaf Abu Bakar menjadi beberapa salinan dengan mengikuti prinsip-prinsip berikut:
a. Dialek Quraisy: Jika terdapat perbedaan dalam bacaan, dialek Quraisy digunakan, sesuai dengan bahasa Nabi Muhammad SAW.
b. Mutawatir: Ayat-ayat yang dimasukkan adalah yang telah mencapai derajat mutawatir, yaitu diterima dari banyak sahabat secara konsisten.
c. Penyusunan ulang: Ayat-ayat ditulis sesuai urutan sebagaimana diajarkan oleh Nabi SAW.
Salinan mushaf yang dihasilkan kemudian dikirimkan ke berbagai wilayah, seperti Kufah, Basrah, Syam, dan Makkah, sebagai rujukan resmi. Mushaf-mushaf lain yang tidak sesuai diperintahkan untuk dibakar untuk mencegah perselisihan. Mushaf Utsman inilah yang menjadi standar bacaan Al-Qur’an hingga saat ini.
Perkembangan Setelah Masa Khulafa’ al-Rasyidin
Setelah era Khulafa’ al-Rasyidin, pengembangan mushaf Al-Qur’an terus dilakukan untuk memudahkan umat Islam dalam membaca dan memahami Al-Qur’an.
Masa Dinasti Umayyah
Pada masa Dinasti Umayyah, beberapa inovasi penting dilakukan:
a. Penambahan tanda titik: Huruf-huruf yang memiliki bentuk sama diberi tanda titik untuk membedakan, seperti ب (ba) dan ت (ta).
b. Pemberian harakat: Tanda baca seperti fathah, kasrah, dan dhammah diperkenalkan untuk memudahkan pembacaan, terutama bagi umat Islam non-Arab.
c. Penulisan nama dan nomor surah: Setiap surah diberi judul dan nomor untuk memudahkan identifikasi.
Masa Dinasti Abbasiyah
Pada masa Dinasti Abbasiyah, penyempurnaan lebih lanjut dilakukan:
a. Tanda baca: Sistem harakat diperbaiki untuk lebih presisi.
b. Ilmu tajwid: Pengembangan ilmu tajwid dimulai untuk memastikan pelafalan ayat-ayat Al-Qur’an yang benar.
c. Standardisasi penulisan: Mushaf ditulis dengan font standar yang indah (khat).
Era Modern
Pada era modern, Al-Qur’an telah mengalami berbagai perkembangan dalam bentuk fisik maupun teknologi:
a, Percetakan mushaf: Al-Qur’an dicetak secara massal dengan desain indah dan seragam.
b. Digitalisasi Al-Qur’an: Mushaf kini tersedia dalam bentuk digital, seperti aplikasi Al-Qur’an dan software yang dilengkapi fitur tajwid dan tafsir.
c. Akses global: Teknologi memungkinkan umat Islam di seluruh dunia mengakses Al-Qur’an dengan mudah, baik melalui aplikasi maupun situs daring.
Kesimpulan
Proses pengumpulan dan pembukuan Al-Qur’an adalah bukti nyata upaya luar biasa yang dilakukan oleh para sahabat Nabi Muhammad SAW dan generasi setelahnya. Pengumpulan pada masa Abu Bakar as-Shiddiq menjadi pondasi utama, sementara penyatuan mushaf pada masa Utsman bin Affan menjadi tonggak penting dalam menjaga kesatuan umat Islam. Inovasi yang dilakukan pada masa Umayyah, Abbasiyah, hingga era modern semakin memudahkan umat Islam untuk membaca, memahami, dan mengamalkan Al-Qur’an. Wallahua’lam.
Hasni Fadilah Btr (Mahasiswa Prodi PAI UIN Syekh Ali Hasan Ahmad Addary Padangsidimpuan)
Siapa yang memberikan penamaan pada mushaf pertama yang dikenal dengan nama mushaf abu bakar, apakah karena pada masa abu bakar mohon penjelasan nya!
Kenapa di Al Qur’an tidak di mulai dgn suroh al alaq padahal ini adalah sutat pertama di turunkan, dan knp surat an nas menjadi surat ter akhir di al qur’an
Bagaimana cara Khalifah Utsman bin Affan untuk mengatasi banyak nya perselisihan tentang cara membaca Al Qur’an
Apa saja yang menjadi tantangan dalam proses pengumpulan Al-Qur’an?
Apa yang memotivasi abu bakar untuk mengumpulkan al-Qur’an
Mengapa al Qur ‘an perlu di kumpulkan pada masa khalifah abu bakar
Apa peran teknologi dalam pengumpulan dan penyebaran Al-Qur’an pada era modern ini
Apa saja tantangan yang dihadapi dalam menjaga keaslian Al-Qur’an di era digital?