Al-Qur'an & Hadis

Jam’ul Qur’an: Sejarah Pengumpulan Wahyu pada Masa Nabi

TATSQIF ONLINE – Al-Qur’an, kitab suci umat Islam, merupakan pedoman hidup sekaligus mukjizat terbesar yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Proses penurunan (tanzil) dan pengumpulan (jam’ al-Qur’an) Al-Qur’an mencerminkan bagaimana Allah SWT menjaga keaslian wahyu-Nya. Dalam firman-Nya Alquran Surah Al-Hijr ayat 9:

إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ

Artinya: “Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Qur’an, dan sesungguhnya Kami benar-benar menjaganya.”

Proses pengumpulan Al-Qur’an memiliki sejarah yang panjang, dimulai sejak masa Rasulullah SAW. Dua metode utama, yakni hafalan (jam’ fi al-sudur) dan tulisan (jam’ fi al-mushaf), menjadi dasar upaya menjaga keutuhan Al-Qur’an yang terus dilestarikan hingga kini.

Pengertian Jam’ al-Qur’an

Secara etimologi, istilah jam’‘ berasal dari kata جمع yang berarti “mengumpulkan”. Dalam terminologi, jam’ al-Qur’an merujuk pada dua hal: penghafalan dalam hati dan penulisan ayat-ayat secara sistematis. Menurut Az-Zarqani dalam buku Manahil al-‘Irfan fi ‘Ulum al-Qur’an, proses ini mencakup penghafalan oleh individu-individu terpercaya dan penulisan wahyu secara tepat berdasarkan arahan Rasulullah SAW.

Ahmad von Denffer dalam Ulum al-Qur’an: An Introduction to the Sciences of the Qur’an, menambahkan bahwa pengumpulan Al-Qur’an tidak hanya melibatkan hafalan dan penulisan, tetapi juga mencakup pengaturan ayat-ayat sesuai dengan petunjuk Nabi SAW. Hal ini menunjukkan keakuratan luar biasa dalam menjaga susunan wahyu yang diwahyukan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW.

Proses Pengumpulan Al-Qur’an pada Masa Rasulullah SAW

Proses pengumpulan Al-Qur’an pada masa Rasulullah dilakukan secara bertahap, bersamaan dengan turunnya wahyu selama 23 tahun, yang terbagi dalam periode Makkiyah dan Madaniyah. Ayat pertama yang diturunkan adalah Surah Al-‘Alaq ayat 1–5, sebagaimana Allah SWT berfirman:

اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ ۞ خَلَقَ الْإِنسَانَ مِنْ عَلَقٍ ۞ اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ ۞ الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ ۞ عَلَّمَ الْإِنسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ

Artinya:“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan, yang menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Mahamulia, yang mengajar (manusia) dengan pena, mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.”

Berikut adalah dua metode utama dalam pengumpulan Al-Qur’an pada masa Nabi:

1. Pengumpulan melalui Hafalan (Jam’ fi al-Sudur)

Rasulullah SAW memiliki tradisi mengulangi wahyu yang diterima dari Malaikat Jibril agar melekat dalam ingatan. Para sahabat juga turut menghafal Al-Qur’an, baik sebagian maupun keseluruhannya. Sebagian besar sahabat, seperti Abu Bakar, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, dan Ubay bin Ka’ab, dikenal sebagai penghafal Al-Qur’an (jumma’ al-Qur’an atau huffadz).

    Pengulangan hafalan ini diperkuat dengan tradisi tahunan Rasulullah SAW bertemu Malaikat Jibril dalam tadarus Al-Qur’an. Dalam riwayat dari Aisyah RA, Rasulullah SAW bersabda:

    كَانَ جِبْرِيلُ يُعَارِضُنِي الْقُرْآنَ كُلَّ سَنَةٍ مَرَّةً وَإِنَّهُ عَارَضَنِي الْعَامَ مَرَّتَيْنِ، وَلَا أَرَى ذَلِكَ إِلَّا اقْتِرَابَ أَجَلِي

    Artinya: “Jibril biasanya menemuiku setiap tahun untuk memperdengarkan Al-Qur’an sekali, namun tahun ini beliau melakukannya dua kali. Aku tidak menganggap itu kecuali sebagai tanda bahwa ajalku telah dekat,” (HR Bukhari).

    2. Pengumpulan melalui Penulisan (Jam’ fi al-Mushaf)

    Selain dihafalkan, Al-Qur’an juga dicatat oleh para sahabat yang ditunjuk Rasulullah SAW, seperti Zaid bin Tsabit, Ubay bin Ka’ab, dan Muawiyah bin Abi Sufyan. Penulisan ini dilakukan pada media seperti kulit binatang, pelepah kurma, tulang, dan batu. Rasulullah SAW memberikan arahan khusus terkait susunan ayat dan surah.

      Penulisan ini penting untuk mendokumentasikan wahyu dan memudahkan penghafalan. Namun, mushaf lengkap belum disatukan pada masa ini, karena wahyu masih terus turun hingga akhir hayat Rasulullah SAW.

      Keutamaan Proses Jam’ al-Qur’an

      Proses pengumpulan Al-Qur’an pada masa Rasulullah memiliki keutamaan sebagai berikut:

      1. Menjaga Keaslian Wahyu

      Pengumpulan Al-Qur’an dalam bentuk hafalan dan tulisan memastikan wahyu terjaga dari kesalahan atau penambahan. Sebagaimana Allah SWT menegaskan dalam Alquran Surah Al-Ankabut ayat 49:

      بَلْ هُوَ ءَايَٰتٌۢ بَيِّنَٰتٌ فِى صُدُورِ ٱلَّذِينَ أُوتُوا۟ ٱلْعِلْمَ ۚ وَمَا يَجْحَدُ بِـَٔايَٰتِنَآ إِلَّا ٱلظَّٰلِمُونَ

      Artinya:“Sebenarnya, Al Quran itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu. Dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami kecuali orang-orang yang zalim.”

      2. Landasan bagi Generasi Selanjutnya

      Upaya penghafalan dan penulisan Al-Qur’an oleh sahabat menjadi dasar kodifikasi mushaf pada masa Khalifah Abu Bakar RA dan Usman RA. Hal ini membuktikan bahwa proses awal pengumpulan Al-Qur’an pada masa Nabi telah memberikan landasan kokoh bagi umat Islam dalam menjaga kitab suci mereka.

        Kesimpulan

        Proses pengumpulan Al-Qur’an pada masa Nabi Muhammad SAW adalah salah satu bukti kesempurnaan wahyu ilahi. Dengan metode hafalan dan penulisan, Rasulullah SAW dan para sahabat memastikan bahwa Al-Qur’an tetap utuh dan terpelihara dari segala bentuk perubahan. Tradisi ini tidak hanya menjadi cerminan kesungguhan generasi awal Islam, tetapi juga teladan bagi umat Muslim sepanjang masa.

        Sebagai umat Islam, kita memiliki tanggung jawab untuk melanjutkan tradisi menjaga Al-Qur’an melalui pembelajaran, hafalan, dan pengamalan ajarannya. Semoga kita termasuk dalam golongan yang memelihara dan menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman hidup. Wallahua’lam.

        Santomi Siregar (Mahasiswa Prodi PAI UIN Syekh Ali Hasan Ahmad Addary Padangsidimpuan)

        Tatsqif Media Dakwah & Kajian Islam

        Tatsqif hadir sebagai platform edukasi digital yang dirintis oleh Team Tatsqif sejak 5 Januari 2024. Kami mengajak Anda untuk menjelajahi dunia dakwah, ilmu pengetahuan, dan wawasan keislaman melalui website kami. Bergabunglah bersama kami dan jadilah bagian dari kontributor syi'ar Islam.

        10 komentar pada “Jam’ul Qur’an: Sejarah Pengumpulan Wahyu pada Masa Nabi

        • Pangeran Diko Anut Armansyah

          Bagaimana cara metode hafalan yang di gunakan para sahabat dalam menjaga keaslian Al Qur’an ?

          Balas
        • Pangeran Diko Anut Armansyah

          Bagaimana cara kita sebagai umat Islam saat ini dalam menjaga keaslian Al Qur’an seperti yang telah dilakukan oleh nabi Muhammad Saw dan para sahabat ?

          Balas
        • Saya pernah membaca bahwasanya orang yg menghafal al quran, di akhirat kelak bisa menyelamatkan keluarganya, jadi pertanyaan bagaimana cara kita agar supaya tidak lalai dalam membaca al quran, dan bisa mengaplikasikan nya di kehidupan sehari-hari

          Balas
        • Siti hasbiyah Siregar

          Apa tujuan di lakukan nya pengumpulan ayat Al Qur’an yang awalnya terpisah menjadi mushaf?

          Balas
        • Siti hasbiyah Siregar

          Mengapa Al Qur’an disusun tidak berdasarkan kronologi waktu turun nya…?

          Balas
        • Mutiara Nawavilla

          Apa saja yang menjadi dasar untuk menentukan urutan surah dan ayat dalam Al-Qur’an?

          Balas
        • Annisa almutiah

          Bagaimana Al-Qur’an mempengaruhi kehidupan seorang muslim?

          Balas
        • Durrutul Hikmah

          Bagaimana penulisan Al qur’an ketika awal-awal diturunkan kepada Rasulullah SAW?

          Balas
        • Dian abdillah Sihombing

          Apa peristiwa penting yang terjadi pada tahun terakhir kehidupan Nabi terkait dengan penyempurnaan Al-Qur’an?

          Balas

        Tinggalkan Balasan

        Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

        × Chat Kami Yuk