Makna dan Tujuan Kisah dalam Al-Qur’an secara Komprehensif
TATSQIF ONLINE – Salah satu metode paling unik dan efektif yang digunakan Al-Qur’an dalam menyampaikan pesan-pesan ketuhanan adalah melalui kisah atau cerita, yang dikenal dalam istilah Ulumul Qur’an sebagai al-qashash al-qur’ani. Dalam banyak surah, kisah-kisah ini tidak disusun secara kronologis atau naratif murni sebagaimana dalam karya sejarah, tetapi lebih berfungsi sebagai sarana penyampaian nilai, pelajaran, dan hikmah yang sangat dalam. Tujuannya bukan sekadar memberi informasi historis, melainkan membimbing akal dan hati manusia kepada kebenaran, keimanan, serta akhlak yang mulia.
Para ulama Ulumul Qur’an menaruh perhatian besar terhadap fungsi dan tujuan kisah dalam Al-Qur’an. Di antara mereka, az-Zarqani dalam kitab Manahil al-‘Irfan fi Ulum al-Qur’an menjelaskan bahwa kisah Qur’ani memuat pesan moral, penguatan akidah, serta pelajaran sosial dan spiritual yang aplikatif dalam kehidupan manusia sepanjang masa.
1. Menyampaikan Pelajaran dan Ibrah
Tujuan paling mendasar dari kisah dalam Al-Qur’an adalah untuk memberi pelajaran (‘ibrah) kepada umat manusia. Allah SWT berfirman dalam Surah Yusuf ayat 111:
لَقَدْ كَانَ فِي قَصَصِهِمْ عِبْرَةٌ لِأُوْلِي الْأَلْبَابِ
Artinya: “Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pelajaran bagi orang-orang yang berakal.”
Menurut Manna’ al-Qattan dalam Mabahits fi Ulum al-Qur’an, pelajaran yang dimaksud tidak hanya berupa nasihat normatif, tetapi juga petunjuk praktis yang dapat dijadikan panduan dalam menghadapi problematika hidup, baik dalam aspek keimanan, sosial, maupun moral. Dengan cara ini, kisah menjadi media pendidikan spiritual dan intelektual yang efektif.
2. Menghibur dan Menguatkan Hati Rasulullah SAW
Kisah dalam Al-Qur’an juga bertujuan menghibur dan menguatkan hati Nabi Muhammad SAW dalam menghadapi tekanan dakwah. Surah Hud ayat 120 menyebutkan:
وَكُلًّا نَقُصُّ عَلَيْكَ مِنْ أَنْبَاءِ الرُّسُلِ مَا نُثَبِّتُ بِهِ فُؤَادَكَ
Artinya: “Dan semua kisah dari rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu agar dengannya Kami teguhkan hatimu.”
Sebagaimana dijelaskan oleh as-Suyuthi dalam Al-Itqan fi Ulum al-Qur’an, ayat ini menunjukkan bahwa kisah para nabi terdahulu berfungsi sebagai penguat moral dan mental bagi Nabi Muhammad SAW, khususnya dalam fase-fase sulit dakwah seperti penolakan kaum Quraisy, boikot sosial, hingga ancaman fisik. Dengan mengetahui bahwa para nabi sebelumnya juga mengalami ujian yang serupa, beliau tidak merasa sendiri dalam perjuangannya.
3. Menegaskan Misi Kenabian dan Tauhid
Salah satu aspek terpenting dari kisah dalam Al-Qur’an adalah menegaskan bahwa ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW merupakan kelanjutan dari misi para nabi sebelumnya. Para nabi membawa misi yang satu: menyeru kepada tauhid dan menjauhi kesyirikan.
Ibnu Ashur dalam At-Tahrir wa at-Tanwir menekankan bahwa kisah nabi-nabi terdahulu dalam Al-Qur’an bukan sekadar untuk diketahui sejarahnya, melainkan untuk menunjukkan bahwa ajaran tauhid bersifat universal dan konsisten dalam semua risalah ilahiyah. Dengan begitu, keotentikan dan legitimasi kerasulan Muhammad SAW diperkuat.
4. Menjadi Bukti Kebenaran Al-Qur’an
Al-Qur’an menceritakan banyak kisah yang sebelumnya tidak diketahui oleh masyarakat Arab Jahiliyah. Pengetahuan tentang kisah tersebut, terutama kisah nabi-nabi Bani Israil, dijelaskan dengan sangat rinci dan akurat. Hal ini menunjukkan bahwa sumbernya adalah wahyu, bukan hasil karangan manusia.
Dalam Surah Yunus ayat 37 disebutkan:
وَمَا كَانَ هَذَا الْقُرْآنُ أَنْ يُفْتَرَى مِنْ دُونِ اللَّهِ
Artinya: “Dan Al-Qur’an ini tidak mungkin dibuat oleh selain Allah.”
Fakta ini dikupas oleh Muhammad Abu Syahbah dalam Al-Isra’iliyyat fi Tafsir, yang menunjukkan bahwa detail kisah Qur’ani yang sesuai dengan kebenaran sejarah dan tidak bertentangan satu sama lain, adalah bukti kuat atas keotentikan wahyu Al-Qur’an.
5. Menjadi Peringatan dan Ancaman bagi Orang Kafir
Al-Qur’an menyampaikan banyak kisah tentang kaum yang dibinasakan karena pembangkangan mereka terhadap para nabi. Kisah ini berfungsi sebagai peringatan dan ancaman kepada siapa pun yang menolak kebenaran. Seperti dalam kisah kaum Nuh, kaum ‘Ad, Tsamud, dan Fir’aun.
Allah berfirman dalam Surah Al-A’raf ayat 176:
فَاقْصُصِ الْقَصَصَ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ
Artinya: “Maka ceritakanlah kisah-kisah itu agar mereka berpikir.”
Al-Khattabi dalam Bayan I’jaz al-Qur’an menegaskan bahwa fungsi kisah semacam ini adalah sebagai bentuk takhwif (menakut-nakuti) agar manusia tidak mengulang kesalahan yang sama dan menyadari bahwa sunnatullah akan berlaku bagi siapa saja yang berpaling dari peringatan-Nya.
6. Menanamkan Nilai Moral dan Akhlak
Kisah dalam Al-Qur’an juga menjadi sarana pendidikan akhlak. Contohnya kisah Nabi Yusuf yang sarat nilai kesabaran, kejujuran, dan pemaafan. Nabi Musa menunjukkan keberanian dan tawakal, sementara Nabi Ayyub mencerminkan kesabaran dalam ujian.
Raghib al-Isfahani dalam Al-Mufradat fi Gharib al-Qur’an menyebut bahwa penyampaian akhlak melalui kisah memberi efek psikologis yang lebih kuat daripada penjabaran normatif. Karakter menjadi terbentuk tidak hanya karena tahu yang benar dan salah, tetapi karena melihat teladan nyata dari orang-orang saleh terdahulu.
7. Mempermudah Pemahaman Pesan Ilahi
Penyampaian pesan melalui kisah lebih mudah diterima dan diingat oleh manusia. Kisah merupakan sarana edukasi yang memadukan aspek emosional dan rasional. Inilah sebabnya Allah SWT banyak menggunakan metode cerita dalam wahyu-Nya.
Az-Zarkasyi dalam Al-Burhan fi Ulum al-Qur’an menjelaskan bahwa gaya kisah dalam Al-Qur’an membawa daya pikat retorika yang luar biasa. Gaya ini menggugah perasaan dan menstimulasi pemikiran sekaligus, menjadikannya metode ideal untuk dakwah dan pendidikan.
Penutup
Kisah-kisah dalam Al-Qur’an bukan sekadar kumpulan narasi sejarah, melainkan media pendidikan ilahiyah yang mengandung berbagai pesan moral, teologis, dan sosial. Tujuannya meliputi pemberian pelajaran, penguatan iman, penegasan kenabian, pengukuhan kebenaran Al-Qur’an, hingga peringatan keras bagi kaum yang ingkar. Dengan memahami fungsi kisah ini, pembaca Al-Qur’an dapat menghayati ayat-ayat suci dengan lebih dalam dan menjadikannya sebagai petunjuk hidup yang aplikatif.
Maka, penting bagi umat Islam untuk tidak hanya membaca kisah dalam Al-Qur’an sebagai cerita, tetapi merenungkan makna di baliknya, mengaitkannya dengan konteks kekinian, dan mengambil pelajaran darinya demi pembentukan pribadi yang beriman dan berakhlak mulia. Wallahua’lam.
Salsabila Ramadhani Matondang (Mahasiswa Prodi PAI UIN Syekh Ali Hasan Ahmad Addary Padangsidimpuan)

Apa tujuan illahi di balik kisah-kisah dalam Al-Qur’an dan bagaimana kita dapat memahami kehendak Allah melalui kisah-kisah tersebut?
Bagaimana kisah-kisah dalam Al-Qur’an dapat membantu meningkatkan kesadaran akan kebesaran Allah?
Bagaimana kisah kisah dalam Al-Qur’an dapat menjadi sumber inspirasi dan motivasi bagi umat muslim
Alhamdulillah, membantu mencerahkan pemahaman Islam. Ijin utk bahan mengajar Bhs Indonesia di Madrasah Aliyah ttg cerita/kisah (Prosa/narasi).