Kemukjizatan Al-Qur’an: Pengertian, Tantangan, dan Aspeknya
TATSQIF ONLINE – I’jaz adalah bagian yang sangat mendasar dari misi seorang Rasul yang diutus oleh Allah subhanahu wa ta’ala untuk menyampaikan risalah kepada umatnya. I’jaz adalah kemampuan untuk mengesankan manusia sehingga mereka segera percaya pada kebenaran ajaran yang dibawa oleh seorang Rasul. Kemampuan ini dikenal sebagai mu’jizat (mukjizat).
Mukjizat yang ditunjukkan oleh seorang Rasul adalah sesuatu yang sudah dikenal umum sebelumnya oleh manusia. Bisa dipahami oleh manusia, namun tidak dapat direplikasi (ditiru) oleh mereka yang awam.
Mukjizat bukanlah hal yang benar-benar baru atau tidak dapat dipahami oleh siapa pun, melainkan melampaui apa yang biasanya terjadi, namun masih dalam batas pemahaman manusia.
Apabila suatu mukjizat tidak dapat dipahami, maka tidak akan memberikan manfaat kepada umat yang menyaksikannya. Namun, jika dapat dipahami dan membuat mereka menyadari keterbatasan diri mereka di hadapan mukjizat tersebut, mereka mungkin akan terdorong untuk menerima kebenaran secara objektif.
Setiap Rasul memiliki mukjizat atau kemampuan i’jaz yang berbeda, sesuai dengan kondisi masyarakat tempat Rasul tersebut diutus. Sebagai contoh, Nabi Musa ‘Alaihissalam diberi mukjizat tongkatnya berubah menjadi ular besar untuk mengalahkan penyihir Fir’aun.
Hal ini disesuaikan dengan keunggulan yang dihargai pada masa itu, yaitu kemampuan para penyihir. Dengan kalahnya para penyihir, umat menyadari bahwa Nabi Musa AS memiliki kekuatan yang luar biasa dan ini mempengaruhi keimanan mereka.
Allah Subhanahu wa ta’ala mengetahui kondisi umat dan Rasul yang diutus-Nya, sehingga dengan cermat menentukan mukjizat yang harus diturunkan kepada seorang Rasul untuk membantu mereka menyampaikan risalah-Nya.
Pengertian Mukjizat Al-Qur’an dan Syarat Kemukjizatan
Para ulama memiliki pandangan berbeda tentang definisi mukjizat dari segi etimologis, di antaranya adalah:
Pertama, Manna’ Khalil al-Qhattan mendefinisikan mukjizat sebagai bukti kebenaran Nabi Muhammad SAW dalam pengakuannya sebagai Rasul melalui Al-Qur’an, yang menunjukkan kelemahan orang Arab dan generasi setelahnya untuk menandinginya. Mukjizat dianggap sesuatu yang luar biasa, disertai tantangan, dan selamat dari perlawanan.
Kedua, Ali Ashabuni menyatakan mukjizat adalah sesuatu yang luar biasa dan keluar dari sebab-sebab umum, yang menunjukkan kelemahan manusia untuk menirunya.
Ketiga, Dawud al-Aththar mengartikan mukjizat sebagai sesuatu yang membuat manusia tidak mampu menandinginya, baik sendiri maupun bersama-sama.
Keempat, Imam Shayuti menyebut Al-Qur’an sebagai firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW untuk melemahkan orang yang menantangnya, bahkan dengan surat yang pendek.
Kelima, Quraish Shihab mendefinisikan Al-Qur’an sebagai firman Allah yang disampaikan oleh Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW dan diterima umat Islam secara mutawatir.
Dari penjelasan di atas, mukjizat Al-Qur’an adalah kelebihan yang ada di dalam Al-Qur’an sebagai bukti kebenaran, sementara bukti kebenaran dari luar Al-Qur’an bukanlah mukjizat Al-Qur’an.
Secara terminologi, i’jaz al-Qur’an berarti menetapkan kelemahan manusia untuk menandingi Al-Qur’an. Mukjizat adalah peristiwa luar biasa yang terjadi melalui seorang nabi sebagai bukti kenabiannya, yang menantang orang yang ragu untuk mendatangkan hal serupa. I’jaz al-Qur’an adalah ilmu yang membahas segi-segi kemukjizatan Al-Qur’an, sebagai pelajaran bagi umat manusia.
Menurut para ulama, kemukjizatan harus memenuhi lima syarat. Pertama, mukjizat harus merupakan sesuatu yang tidak bisa dilakukan oleh makhluk mana pun. Kedua, mukjizat harus tidak sesuai dengan kebiasaan umum namun tidak bertentangan dengan hukum Islam.
Ketiga, mukjizat harus menjadi bukti yang disaksikan oleh seseorang yang mengklaim membawa risalah ilahi, menunjukkan kebenaran dan kebesarannya. Keempat, mukjizat harus terjadi bersamaan dengan pengakuan nabi yang mengajak orang lain untuk menandinginya. Kelima, tidak ada seorang pun yang dapat membuktikan dan menandingi mukjizat tersebut dalam suatu pertandingan.
Tantangan Al-Qur’an kepada Kaum Kafir
Al-Qur’an merupakan pedoman utama bagi umat Islam, di mana Allah SWT menjamin keselamatan, kesucian, dan keutuhan Al-Qur’an. Hal ini tercermin dalam firman Allah SWT dalam Alquran surah Al-Hijr ayat 9:
إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ
Artinya: ”Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan al-Qur’an, dan sesungguhnya kami benar-benar memeliharanya.”
Al-Qur’an membuktikan kebenarannya sebagai firman Allah SWT, bukan ciptaan Nabi Muhammad SAW, serta menegaskan bahwa risalah dan ajarannya berasal dari Allah SWT.
Allah SWT menantang orang-orang kafir untuk menandingi Al-Qur’an dalam tiga tahap, yaitu:
1. Mendatangkan sesuatu yang serupa dengan Al-Qur’an secara keseluruhan, sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah SWT dalam Alquran surah Al-Isra’ ayat 88:
قُلْ لَئِنِ اجْتَمَعَتِ الْإِنْسُ وَالْجِنُّ عَلَىٰ أَنْ يَأْتُوا بِمِثْلِ هَٰذَا الْقُرْآنِ لَا يَأْتُونَ بِمِثْلِهِ وَلَوْ كَانَ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ ظَهِيرًا
Artinya: “Katakanlah: ‘Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat Al-Qur’an ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain.'”
2. Mendatangkan sepuluh surah yang menyamai surah-surah dalam Al-Qur’an, sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah SWT dalam Alquran surah Hud ayat 13:
أَمْ يَقُولُونَ افْتَرَاهُ ۖ قُلْ فَأْتُوا بِعَشْرِ سُوَرٍ مِثْلِهِ مُفْتَرَيَاتٍ وَادْعُوا مَنِ اسْتَطَعْتُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ
Artinya: “Bahkan mereka mengatakan: ‘Muhammad telah membuat-buat Al-Qur’an itu’, Katakanlah: ‘(Kalau demikian), maka datangkanlah sepuluh surat-surat yang dibuat-buat yang menyamainya, dan panggillah orang-orang yang kamu sanggup (memanggilnya) selain Allah, jika kamu memang orang-orang yang benar.'”
3. Mendatangkan satu surah saja yang menyamai surah-surah dalam Al-Qur’an, sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah SWT dalam Alquran surah Al-Baqarah ayat 23-24:
وَإِنْ كُنْتُمْ فِي رَيْبٍ مِمَّا نَزَّلْنَا عَلَىٰ عَبْدِنَا فَأْتُوا بِسُورَةٍ مِنْ مِثْلِهِ وَادْعُوا شُهَدَاءَكُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ فَإِنْ لَمْ تَفْعَلُوا وَلَنْ تَفْعَلُوا فَاتَّقُوا النَّارَ الَّتِي وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ ۖ أُعِدَّتْ لِلْكَافِرِينَ
Artinya: “Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al-Qur’an yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al-Qur’an itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar. Maka jika kamu tidak dapat membuat(nya), dan pasti kamu tidak akan dapat membuat(nya), peliharalah dirimu dari neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang kafir.”
Pendapat Ulama Mengenai I’jaz Al-Qur’an
Penggunaan istilah I’jaz Al-Qur’an berkaitan dengan mukjizat Nabi Muhammad SAW, dengan Al-Qur’an sebagai mukjizat utama. Mahmud Syakir menjelaskan bahwa istilah ini tidak terdapat dalam Al-Qur’an, hadis, perkataan sahabat, atau tabi’in, tetapi muncul pada abad ketiga dan berkembang pesat setelahnya. Istilah terkait seperti at-tahaddi (tantangan) juga muncul pada periode yang sama.
I’jaz Al-Qur’an menjadi topik yang populer dibahas oleh ulama sejak abad ketiga. Ibn Sayyar an-Nazzam dari Mu’tazilah memperkenalkan teori sharfah, yang menyatakan bahwa manusia sebenarnya mampu meniru Al-Qur’an, tetapi Tuhan menghalangi kemampuan itu. An-Nazzam melihat I’jaz Al-Qur’an bukan pada keunggulan bahasanya, tetapi pada isinya yang berasal dari Tuhan.
Ali ibn Isa ar-Rummani, juga dari Mu’tazilah, berpendapat bahwa I’jaz Al-Qur’an terletak pada statusnya sebagai bahasa Tuhan dan gaya bahasanya yang unik, menciptakan harmoni yang menakjubkan.
Abu Bakar al-Baqillani, seorang anti-Mu’tazilah, menolak teori sharfah dan menegaskan bahwa I’jaz Al-Qur’an terletak pada keindahan bahasa dan susunan kata-katanya. Meski mengakui keunggulan Al-Qur’an dalam berita gaib, ia lebih menekankan aspek kebahasaan Al-Qur’an.
Aspek-Aspek Kemukjizatan Al-Qur’an
Kemukjizatan Al-Qur’an meliputi beberapa aspek, berikut di antaranya:
Pertama, dari segi kebahasaan, Al-Qur’an muncul dengan uslub (susunan kata) yang sangat indah dan tinggi kualitasnya, jauh melampaui karya sastra lainnya. Contohnya, surat Al-Qori’ah. Al-Qur’an menunjukkan keunggulannya dalam nada, langgam, kesingkatan, dan ketepatan arti, yang memberikan pemahaman yang mendalam bagi para pembacanya, baik orang awam maupun filosof.
Kedua, dari segi hukum ilahi, Al-Qur’an menjelaskan berbagai aspek kehidupan seperti akidah, undang-undang, norma-norma keutamaan, sosial, ekonomi, dan politik. Al-Qur’an memberikan ketentuan yang sempurna dan adil, baik dalam keadaan damai maupun perang, serta memberikan perincian tentang ibadah, hukum perdata dan pidana, serta masalah perkawinan.
Ketiga, gaya bahasa Al-Qur’an membuat orang Arab pada zaman Nabi Muhammad SAW kagum dan terpesona. Al-Qur’an menantang sastrawan dan orator Arab untuk menandingi ketinggian bahasa dan susunannya, namun selalu mengalami kegagalan.
Keempat, Al-Qur’an mengandung berita tentang hal-hal ghaib yang memberikan bukti kebenaran, seperti kisah Firaun dan musa, serta peperangan Romawi dengan Persia.
Kelima, Al-Qur’an juga mengandung isyarat-isyarat ilmiah yang menunjukkan pengetahuan Allah yang Maha Kuasa tentang alam semesta, seperti cahaya matahari, aroma manusia, dan kondisi ketinggian yang mempengaruhi pernapasan.
Terakhir, dalam ketelitian redaksinya, Al-Qur’an menunjukkan keseimbangan antara jumlah kata dengan antonimnya, serta sinonimnya yang terdapat dalam teks Al-Qur’an. Hal ini menunjukkan bahwa redaksi Al-Qur’an memiliki ketelitian yang luar biasa.
Berikut beberapa contohnya: Al-hayah (hidup) dan al-maut (mati), masing-masing sebanyak 145 kali. An-naf’u (manfaat) dan Al-madharah (mudarat), masing-masing sebanyak 50 kali. Al-harr (panas) al-bard (dingin) masing-masing 4 kali. Ash-shalihat (kebajikan) dan as-sayyi’at (keburukan), masing-masing 167 kali, dan lain-lain. Wallahu A’lam
Oleh: Sondang Tiara Rambe (Mahasiswa UIN Syekh Ali Hasan Ahmad Addary Padangsidimpuan)
Alquran adalah kitab suci agama Islam yg telah di sempurnakan dengan sebaik baiknya dan pedoman umat manusia yg hidup di zaman sekarang sebab beberapa fenomena alam sudah terjelaskan di dalam Alquran seperti fenomena muncul nya dedaunan hijau di arab Saudi dan hujan salju jadi sebagai kitab suci agama Islam sudah terjelaskan di dalam Alquran bahwa pedoman umat Islam iyalah Alquran
Pertanyaan nya bagaimana penafsiran Al-Qur’an bahwa Sanya didalam Al-Qur’an sudah terjelaskan fenomena ” alam sementara penganut nya hanya orang Islam bagaimana menjelaskan ny terhadap orang yg lain agama?
Kenapa mukjizat Al Qur’an hanya dapat di jangkau oleh setiap orang yang hanya menggunakan akal
Bagaimana kemukjizatan Al-Qur’an dapat menjadi bukti kebenaran Islam bagi umat manusia?
Apa yang membedakan mukjizat Alquran dengan mukjizat yang lain?
apa saja tantangan-tantangan yang dihadapi al-qur’an sepanjang sejarah dan bagaimana al-qur’an tetap terpelihara keaslian nya
Apa contoh kemukjijatan Alquran yang diterima nabi Muhammad Saw
Bagaimana alquran memberikan petunjuk serta solusi dalam memecahkan permasalahan di kehidupan manusia?
Apa saja tantangan tantangan yang dihadapi dalam membuktikan dan memaknai kemukjizatan Al-Qur’an di era modern ini?
Mengapa Alquran dikatakan sebagai mukjizat Nabi Muhammad SAW yang terbesar?
apa saja bentuk bentuk dari ke mukjizatan alquran