Hubungan Agama dan Manusia: Makna, Fitrah, dan Konsep Ad-Din
TATSQIF ONLINE – Agama merupakan bagian fundamental dalam kehidupan manusia, memberikan pedoman moral, spiritual, dan sosial dalam menjalani kehidupan. Islam sebagai agama yang sempurna menegaskan bahwa hubungan manusia dan agama tidak dapat dipisahkan.
Dalam Islam, agama tidak hanya dipahami sebagai sistem kepercayaan, tetapi juga sebagai Ad-Din (الدين), yaitu cara hidup yang mencakup semua aspek kehidupan seorang Muslim (Ibn Taimiyyah, Majmu’ al-Fatawa, 1/18).
Manusia sebagai makhluk ciptaan Allah memiliki fitrah untuk mencari kebenaran dan tujuan hidup. Konsep fitrah dalam Islam menunjukkan bahwa setiap manusia lahir dengan potensi untuk mengenal dan menyembah Allah, sebagaimana firman-Nya dalam Surah Ar-Rum ayat 30:
فِطۡرَتَ ٱللَّهِ ٱلَّتِى فَطَرَ ٱلنَّاسَ عَلَيۡهَاۚ لَا تَبۡدِيلَ لِخَلۡقِ ٱللَّهِۚ ذَٰلِكَ ٱلدِّينُ ٱلۡقَيِّمُ وَلَٰكِنَّ أَكۡثَرَ ٱلنَّاسِ لَا يَعۡلَمُونَ
Artinya: “Fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan dalam ciptaan Allah. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.”
Dengan memahami konsep agama dan manusia dalam Islam, dapat diketahui bahwa Islam bukan sekadar sistem kepercayaan, tetapi juga panduan hidup yang mencakup akidah, ibadah, muamalah, dan akhlak (Al-Ghazali, Ihya’ Ulum al-Din, 1/89).
Pengertian Agama dan Ad-Din
Secara etimologis, kata agama berasal dari bahasa Sanskerta, yang terdiri dari dua kata: a yang berarti “tidak” dan gama yang berarti “kacau”. Dengan demikian, agama dapat dimaknai sebagai sistem yang mengatur kehidupan manusia agar tertib dan tidak kacau. Sementara itu, dalam bahasa Arab, agama disebut sebagai Ad-Din (الدين), yang berarti kepatuhan, balasan, dan sistem hidup (Raghib al-Isfahani, al-Mufradat fi Gharib al-Qur’an, hal. 196).
Dalam Islam, Ad-Din tidak hanya merujuk pada aspek ibadah ritual, tetapi juga mencakup seluruh aspek kehidupan seorang Muslim, termasuk etika, hukum, dan interaksi sosial. Allah berfirman dalam Al-Qur’an Surah Al-Ma’idah ayat 3:
ٱلۡيَوۡمَ أَكۡمَلۡتُ لَكُمۡ دِينَكُمۡ وَأَتۡمَمۡتُ عَلَيۡكُمۡ نِعۡمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ ٱلۡإِسۡلَٰمَ دِينٗا
Artinya: “Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, telah Aku cukupkan nikmat-Ku atasmu, dan telah Aku ridai Islam sebagai agamamu.”
Ayat ini menegaskan bahwa Islam sebagai Ad-Din telah sempurna dalam memberikan panduan hidup bagi manusia. Islam tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Allah (hablum minallah), tetapi juga hubungan manusia dengan sesama (hablum minannas) (Al-Qurtubi, Tafsir al-Qurtubi, 6/59).
Agama dalam Fitrah Manusia
Dalam Islam, agama bukanlah sesuatu yang dipaksakan, melainkan merupakan fitrah yang telah tertanam dalam diri setiap manusia sejak lahir. Rasulullah ﷺ bersabda:
كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ
Artinya: “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah. Kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi,” (HR Muslim).
Hadis ini menunjukkan bahwa setiap manusia memiliki potensi untuk mengenal Allah, tetapi lingkungan dan pendidikan berperan dalam membentuk keyakinannya. Oleh karena itu, Islam menekankan pentingnya dakwah dan pendidikan agama agar manusia tetap berada dalam fitrah keimanan (Ibn Katsir, Tafsir al-Qur’an al-Azim, 3/403).
Macam-Macam Agama dalam Perspektif Islam
Dalam kajian teologi Islam, agama dibagi menjadi dua kategori utama, yaitu agama samawi dan agama ardhi (Ibn Hazm, al-Fasl fi al-Milal wa al-Ahwa’ wa al-Nihal, 1/45).
1. Agama Samawi
Agama samawi adalah agama yang berasal dari wahyu Allah yang diturunkan kepada para nabi dan rasul. Agama-agama ini memiliki kitab suci dan ajaran yang bersumber dari wahyu ilahi. Tiga agama samawi utama adalah:
Yahudi, yang berlandaskan kitab Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa.
Nasrani (Kristen), yang berlandaskan Injil dan diajarkan oleh Nabi Isa.
Islam, agama terakhir yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad ﷺ melalui kitab suci Al-Qur’an sebagai penyempurna ajaran sebelumnya (Al-Syahrastani, al-Milal wa al-Nihal, 1/100).
2. Agama Ardhi
Agama ardhi adalah agama yang muncul dari pemikiran dan budaya manusia tanpa dasar wahyu. Agama-agama ini berkembang berdasarkan filsafat, tradisi, dan pengalaman spiritual individu atau kelompok. Contohnya adalah agama Hindu, Buddha, dan berbagai kepercayaan lokal lainnya (Ibn Khaldun, Muqaddimah, hal. 238).
Islam menegaskan bahwa satu-satunya agama yang diridai oleh Allah adalah Islam, sebagaimana firman-Nya dalam Alquran Ali Imran ayat 19:
اِنَّ الدِّيْنَ عِنْدَ اللّٰهِ الْاِسْلَامُۗ
Artinya: “Sesungguhnya agama di sisi Allah adalah Islam.”
Kesimpulan
Agama merupakan kebutuhan mendasar manusia yang memberikan arah dan makna dalam kehidupan. Dalam Islam, agama bukan sekadar kepercayaan, tetapi juga Ad-Din, yaitu sistem hidup yang mencakup seluruh aspek kehidupan. Islam sebagai agama terakhir memberikan pedoman sempurna bagi manusia dalam beribadah, bermuamalah, dan berinteraksi sosial (Al-Ghazali, Ihya’ Ulum al-Din, 4/312).
Dengan memahami dan mengamalkan ajaran Islam secara benar, manusia dapat mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat. Islam menuntun manusia menuju kehidupan yang harmonis dengan fitrah dan tujuan penciptaannya. Wallahua’lam.
Wafiq Zaitunah (Mahasiswa Prodi Teknologi Informasi UIN Syekh Ali Hasan Ahmad Addary Padangsidimpuan)
Bagaimana agama dapat menjadi sumber konflik dan keragaman diantara manusia?
bagaimana agama menjadi pedoman dan keharmonisan dalam setiap individu?
bagaimana agama samawi dan agama ardhi mempengaruhi kehidupan sosial manusia?
Jelaskan bagaimana islam menyempurnakan agama sebelumnya
Apa yang dimaksud dengan fitrah manusia dalam konteks agama? dan Bagaimana fitrah manusia dapat menjadi dasar untuk toleransi antaragama?
jika nasrani dan yahudi merupakan agama samawi yaitu agama yang berdasarkan wahyu dari allah yang dituran kepada nabi dan rasul, namun mengapa nasrani menyembah yesus dan yahudi menyembah berhala?
Apa hubungan fitrah yang ada pada manusia dengan pendidikan anak usia dini?