Haqiqah Iman wa Tsamratuhu: Keimanan kepada Hari Kiamat
TATSQIF ONLINE – Keimanan kepada hari kiamat merupakan salah satu rukun iman yang wajib diyakini oleh setiap Muslim. Dalam ajaran Islam, kehidupan manusia tidak hanya terbatas pada dunia ini, tetapi akan berlanjut ke kehidupan akhirat. Hari kiamat adalah peristiwa besar yang menandai akhir dari kehidupan dunia dan awal kehidupan abadi yang penuh dengan keadilan Ilahi. Pada hari itu, seluruh makhluk akan dibangkitkan dari kuburnya, dihisab atas amal perbuatannya, dan menerima balasan yang setimpal, baik berupa kenikmatan di surga maupun siksa di neraka.
Keimanan kepada hari kiamat memiliki implikasi yang sangat besar dalam kehidupan seorang Muslim. Keyakinan ini mengajarkan manusia untuk hidup dengan penuh tanggung jawab, menjauhi segala bentuk keburukan, dan berusaha menjalani hidup sesuai dengan syariat Islam. Oleh karena itu, memahami konsep iman kepada hari kiamat, dalil-dalil yang mendukungnya, tanda-tanda kedatangannya, serta dampaknya dalam kehidupan sangatlah penting.
Pengertian Iman secara Bahasa dan Istilah
Secara bahasa, iman berasal dari kata (آمن – يؤمن – إيمانا) yang berarti percaya atau meyakini dengan sepenuh hati sehingga melahirkan ketenangan batin. Dalam terminologi Islam, iman memiliki makna dasar at-tashdiq (التصديق), yaitu pembenaran dalam hati terhadap kebenaran yang disampaikan oleh Allah dan Rasul-Nya. Dengan demikian, iman bukan sekadar keyakinan dalam hati, tetapi juga harus diwujudkan dalam ucapan dan perbuatan.
Selain itu, iman juga erat kaitannya dengan konsep akidah, yang berasal dari kata (عقد – يعقد – عقدا) yang berarti ikatan atau simpul yang kuat. Ahmad Shobah Al-Khair menjelaskan bahwa akidah adalah keterikatan keyakinan yang kokoh dalam hati, sehingga tidak mudah tergoyahkan oleh keraguan atau pengaruh eksternal.
Dalam konteks keimanan kepada hari kiamat, seorang Muslim wajib meyakini bahwa kehidupan dunia ini bersifat sementara dan akan berakhir dengan datangnya hari kiamat. Setelah itu, akan ada kehidupan yang kekal di akhirat, di mana setiap individu akan mempertanggungjawabkan segala amal perbuatannya di hadapan Allah.
Pengertian Hari Kiamat
Hari kiamat disebut juga sebagai yaumul qiyamah (يوم القيامة), yang secara bahasa berarti hari kebangkitan atau hari berdirinya seluruh makhluk untuk mempertanggungjawabkan amal perbuatan mereka. Dalam Al-Qur’an, hari kiamat memiliki banyak nama lain, seperti yaumul akhir (hari akhir), yaumul hisab (hari perhitungan), yaumul fashl (hari keputusan), yaumut taghabun (hari ditampakkannya kesalahan), dan yaumul wa’id (hari peringatan).
Ahmad Shobah Al-Khair mendefinisikan hari kiamat sebagai hari berakhirnya kehidupan dunia, di mana setelahnya tidak ada lagi kehidupan duniawi. Pada hari itu, semua manusia akan dibangkitkan untuk menghadapi hisab (perhitungan amal) dan menerima balasan yang setimpal. Allah SWT berfirman dalam Alquran Surah Maryam ayat 66:
وَيَقُولُ ٱلْإِنسَـٰنُ أَئِذَا مَا مِتُّ لَسَوْفَ أُخْرَجُ حَيًّا
Artinya: “Dan manusia berkata: ‘Apakah apabila aku mati, aku sungguh-sungguh akan dibangkitkan hidup kembali?'”
Dalam hadis-hadis Rasulullah SAW, disebutkan bahwa hari kiamat adalah peristiwa besar yang akan menghancurkan seluruh alam semesta. Semua manusia akan dikumpulkan di padang mahsyar, kemudian ditimbang amalnya, dan diberikan keputusan tentang tempat kembalinya, apakah ke surga atau ke neraka.
Konsep Iman kepada Hari Kiamat
Kematian dan Alam Barzakh
Setiap manusia pasti akan mengalami kematian, yang merupakan gerbang menuju kehidupan akhirat. Dalam Al-Qur’an, Allah SWT menegaskan dalam Alquran Surah Ali ‘Imran ayat 185:
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ ٱلْمَوْتِ
Artinya: “Setiap yang bernyawa pasti akan merasakan mati.”
Setelah kematian, manusia akan memasuki alam barzakh, yaitu kehidupan antara dunia dan akhirat. Di alam ini, ruh manusia akan mendapatkan nikmat atau siksa kubur sesuai dengan amal perbuatannya di dunia.
Hari Kebangkitan (Al-Ba’ts)
Setelah periode alam barzakh berakhir, Allah akan membangkitkan seluruh manusia dari kuburnya untuk menghadapi pengadilan Ilahi. Proses kebangkitan ini disebut sebagai al-ba’ts (البعث). Rasulullah SAW bersabda:
إِنَّكُمْ تُحْشَرُونَ حُفَاةً، عُرَاةً، غُرْلًا
Artinya: “Sesungguhnya kalian akan dikumpulkan (pada hari kiamat) dalam keadaan tidak beralas kaki, tidak berpakaian, dan belum disunat,” (HR Bukhari dan Muslim).
Perhitungan Amal (Al-Hisab) dan Timbangan Amal (Al-Mizan)
Setelah dibangkitkan, setiap manusia akan dihisab oleh Allah. Mereka akan menerima catatan amalnya, baik di tangan kanan (tanda keberuntungan) atau tangan kiri (tanda kesengsaraan). Allah SWT berfirman dalam Alquran Surah Al-Insyiqaq ayat 7-8:
فَأَمَّا مَن أُوتِىَ كِتَـٰبَهُۥ بِيَمِينِهِۦ فَسَوْفَ يُحَاسَبُ حِسَابًۭا يَسِيرًۭا
Artinya: “Adapun orang yang diberikan kitabnya di tangan kanannya, maka dia akan diperhitungkan dengan perhitungan yang mudah.”
Hikmah Keimanan kepada Hari Kiamat
Keimanan kepada hari kiamat memiliki dampak yang sangat besar dalam kehidupan seorang Muslim. Di antara hikmahnya adalah:
1. Meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT. Keyakinan bahwa setiap amal akan diperhitungkan di akhirat membuat seseorang lebih berhati-hati dalam bertindak.
2. Mendorong manusia untuk berbuat kebaikan. Kesadaran bahwa ada kehidupan setelah mati membuat manusia lebih peduli terhadap amal saleh yang akan menjadi bekal di akhirat.
3. Menanamkan sikap sabar dan ikhlas dalam menghadapi ujian hidup. Seorang Muslim yang beriman kepada hari kiamat akan selalu berusaha sabar dalam menghadapi cobaan karena ia tahu bahwa kehidupan dunia hanya sementara.
4. Membantu manusia dalam menjauhi perbuatan maksiat. Keimanan kepada hari akhir menumbuhkan rasa takut terhadap azab Allah, sehingga seseorang lebih berhati-hati dalam bertindak.
5. Menumbuhkan rasa keadilan dan tanggung jawab sosial. Orang yang beriman kepada hari kiamat akan selalu berusaha untuk menegakkan keadilan, karena ia sadar bahwa segala amalnya akan dipertanggungjawabkan di akhirat.
Dengan memahami hakikat iman kepada hari kiamat, seorang Muslim akan lebih berhati-hati dalam beramal, menegakkan keadilan, dan mempersiapkan diri untuk kehidupan yang kekal di akhirat. Semoga kita termasuk orang-orang yang mendapatkan rahmat Allah di akhirat kelak.
Kesimpulan
Keimanan kepada hari kiamat merupakan salah satu pilar utama dalam ajaran Islam yang harus diyakini oleh setiap Muslim. Keyakinan ini mencakup kepercayaan bahwa kehidupan dunia akan berakhir, seluruh manusia akan dibangkitkan, dihisab amal perbuatannya, dan diberikan balasan yang setimpal sesuai dengan perbuatannya di dunia. Hari kiamat adalah hari keadilan mutlak, di mana tidak ada seorang pun yang dapat menghindari perhitungan Allah SWT.
Konsep iman kepada hari kiamat meliputi beberapa tahapan penting, yaitu kematian dan alam barzakh, kebangkitan manusia dari kuburnya (al-ba’ts), perhitungan amal (al-hisab), penimbangan amal (al-mizan), serta keputusan akhir apakah seseorang akan masuk surga atau neraka. Keimanan ini tidak hanya bersifat dogmatis, tetapi memiliki dampak besar dalam kehidupan manusia, seperti meningkatkan ketakwaan, menumbuhkan kesadaran untuk selalu berbuat baik, menanamkan sikap sabar dan ikhlas, serta menjaga diri dari perbuatan maksiat.
Dengan memahami dan menghayati keimanan kepada hari kiamat, seorang Muslim akan memiliki pandangan hidup yang lebih luas, menyadari bahwa kehidupan dunia hanyalah tempat ujian sementara, dan kehidupan akhirat adalah tujuan sejati. Oleh karena itu, setiap Muslim hendaknya selalu berusaha meningkatkan kualitas keimanan dan amal salehnya agar kelak mendapatkan kebahagiaan abadi di sisi Allah SWT. Semoga kita semua termasuk dalam golongan orang-orang yang mendapatkan rahmat dan ampunan-Nya di akhirat kelak. Aamiin. Wallahua’lam.
Abu Bakar Latif (Mahasiwa Prodi HKI UIN Syekh Ali Hasan Ahmad Addary Padangsidimpuan)
Sebutkan apa saja tanda2 hari kiamat yang di sebutkan dalam al quran dan hadist
Bagaimana menurut pendapat anda jika ada orang yang tidak percaya akan adanya hari kiamat?