Fiqh KontemporerMust Read

Haji Bagi Penyandang Disabilitas: Panduan, Tantangan, dan Solusi

TATSQIF ONLINE Ibadah haji adalah impian besar bagi setiap Muslim, sebuah perjalanan spiritual yang menuntut ketahanan fisik, mental, dan finansial. Namun, bagi penyandang disabilitas, tantangan ini menjadi lebih besar, karena keterbatasan fisik atau kondisi medis dapat menghambat pelaksanaan ibadah.

Islam mengakui kewajiban haji sebagai salah satu rukun Islam yang penting, termasuk bagi penyandang disabilitas. Mereka tetap wajib melaksanakan haji jika memenuhi syarat kemampuan, baik fisik maupun finansial.

Difabel, istilah yang lebih modern untuk menggantikan “penyandang cacat,” merujuk pada mereka yang memiliki kemampuan berbeda. Islam, sebagai agama yang sempurna, tidak hanya mengatur kewajiban ibadah dengan penuh hikmah, tetapi juga memberikan kemudahan dan solusi bagi mereka yang menghadapi keterbatasan.

Berbagai solusi hadir untuk memudahkan penyandang disabilitas menjalani ibadah ini, seperti penyediaan fasilitas aksesibilitas dan layanan pendampingan khusus. Dengan dukungan ini, penyandang disabilitas dapat menjalani ibadah haji dengan lebih nyaman dan lancar.

Istilah “disabilitas” atau “difabel” tidak tercantum secara eksplisit dalam Al-Qur’an atau Hadis. Namun, Islam menggunakan istilah yang merujuk pada beberapa jenis keterbatasan fisik, seperti a’ma (tunanetra), a’sam (tuli), abkam atau akhrash (bisu), dan a’raj (lumpuh).

Orang dengan keterbatasan sering kali tergolong dalam kelompok mustad’afin, yaitu orang-orang yang lemah. Mereka memerlukan perhatian khusus untuk menjalankan kehidupan sehari-hari, termasuk dalam ibadah.

Allah SWT menciptakan setiap manusia dengan hikmah dan tujuan tertentu. Segala bentuk anugerah fisik kepada seseorang, baik keterbatasan maupun kekuatan, mencerminkan kebijakan-Nya yang penuh hikmah.

Firman Allah dalam Alquran Surah Ali ‘Imran ayat 191 menyatakan:

الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَٰذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

Artinya: “Yaitu orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): ‘Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.'”

Ayat ini mengajarkan bahwa segala ciptaan Allah SWT, termasuk manusia dengan segala keterbatasannya, memiliki tujuan yang penuh makna. Orang dengan disabilitas juga memiliki hak dan kesempatan untuk meraih rahmat Allah, termasuk melalui ibadah haji.

Dalam Islam, setiap Muslim yang memenuhi syarat istitha’ah wajib melaksanakan haji, yakni kemampuan secara fisik, mental, dan finansial. Allah SWT berfirman dalam Alquran Surah Ali ‘Imran ayat 97:

وَلِلَّهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلًا

Artinya: “Dan kewajiban manusia terhadap Allah adalah menunaikan ibadah haji bagi yang mampu mengadakan perjalanan ke Baitullah.”

Ayat ini menekankan bahwa kewajiban haji hanya berlaku bagi mereka yang mampu melakukannya. Bagi penyandang disabilitas yang tidak mampu secara fisik menjalankan haji, kewajiban ini gugur berdasarkan syarat istitha’ah. Namun, bagi mereka yang masih mampu melaksanakan haji dengan bantuan orang lain atau fasilitas yang tersedia, Islam tidak melarang mereka untuk menunaikan ibadah ini.

Islam memandang disabilitas sebagai ujian yang bisa meningkatkan derajat seseorang di sisi Allah SWT. Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW menyatakan:

قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَنَّ الرَّجُلَ لَيَكُونُ لَهُ الدَّرَجَةُ عِنْدَ اللهِ لَا يَبْلُغُهَا بِعَمَلٍ حَتَّى يُبْتَلَى بِبَلَاءٍ فِي جِسْمِهِ فَيَبْلُغُهَا بِذَلِكَ

Artinya: “Rasulullah SAW bersabda, ‘Sungguh seseorang niscaya punya suatu derajat di sisi Allah yang tidak akan dicapainya dengan amal, sampai ia diuji dengan cobaan di badannya, lalu dengan ujian itu ia mencapai derajat tersebut,” (HR Abu Dawud).

Hadis ini mengajarkan bahwa keterbatasan fisik tidak menghalangi seseorang untuk meraih derajat mulia di sisi Allah SWT. Sebaliknya, disabilitas dapat menjadi ujian yang memberikan kesempatan untuk mendapatkan pahala lebih besar jika menghadapinya dengan kesabaran.

Pelaksanaan ibadah haji melibatkan perjalanan panjang dan serangkaian ritual fisik yang menuntut stamina dan mobilitas. Bagi penyandang disabilitas, berbagai tantangan ini menjadi penghalang serius.

Berikut beberapa tantangan utama:

1. Aksesibilitas Fasilitas: Banyak fasilitas di sekitar lokasi haji belum sepenuhnya ramah disabilitas. Ramp, lift, dan toilet khusus sangat diperlukan untuk mendukung mobilitas penyandang disabilitas, namun sering kali tidak tersedia secara memadai.

2. Mobilitas: Perjalanan dari satu lokasi ke lokasi lain, seperti dari Mina ke Arafah dan Muzdalifah, bisa sangat melelahkan. Kondisi jalan yang ramai serta jarak yang jauh bisa menjadi kendala besar bagi mereka yang memiliki keterbatasan gerak.

3. Komunikasi: Penyandang disabilitas yang memiliki keterbatasan dalam pendengaran atau bicara mungkin mengalami kesulitan dalam berkomunikasi dengan petugas atau jemaah lain, sehingga sulit mendapatkan informasi yang diperlukan.

4. Kesehatan dan Kelelahan: Mereka yang memiliki kondisi kesehatan kronis membutuhkan perhatian khusus. Aktivitas fisik yang berat bisa memperburuk kondisi mereka jika tidak dipersiapkan dengan baik.

    Pemerintah dan penyelenggara haji menyediakan panduan dan solusi untuk membantu penyandang disabilitas menjalankan ibadah haji. Mereka merumuskan langkah-langkah praktis untuk mengatasi berbagai tantangan di lapangan.

    Berikut langkah-langkah yang dapat diambil untuk memfasilitasi keberangkatan mereka.

    1. Fasilitas Aksesibilitas: Pemerintah Arab Saudi terus berupaya memperbaiki fasilitas aksesibilitas di sekitar tempat-tempat suci. Masjid-masjid besar kini menyediakan ramp, lift, dan toilet khusus untuk memastikan kenyamanan penyandang disabilitas dalam beribadah.

    2. Layanan Khusus: Banyak biro haji menyediakan layanan khusus bagi penyandang disabilitas, termasuk bantuan medis, pendamping pribadi, dan transportasi dengan kursi roda. Penyelenggara haji juga bekerja sama dengan relawan yang siap membantu para difabel dalam menjalankan ritual haji.

    3. Teknologi: Teknologi modern, seperti aplikasi ponsel pintar, telah membantu penyandang disabilitas dalam mendapatkan informasi terkait ibadah haji. Aplikasi ini menyediakan informasi dalam berbagai format, termasuk teks, audio, dan video, untuk mereka yang memiliki keterbatasan komunikasi.

    4. Bimbingan dan Edukasi: Sebelum berangkat, penyandang disabilitas dapat mengikuti program bimbingan haji yang dirancang khusus untuk mereka. Program ini memberikan pelatihan fisik dan mental, serta informasi tentang fasilitas dan dukungan yang tersedia di Tanah Suci.

    5. Kesadaran Sosial: Kesadaran dan kepedulian terhadap penyandang disabilitas telah meningkat dalam komunitas Muslim global. Banyak relawan dan organisasi kemanusiaan yang siap membantu para difabel dalam menjalankan ibadah haji.

      Melaksanakan ibadah haji bagi penyandang disabilitas adalah tantangan yang besar, tetapi dapat teratasi dengan panduan dan dukungan yang tepat. Fasilitas aksesibilitas, transportasi yang ramah disabilitas, serta akomodasi yang sesuai sangat membantu mereka dalam menjalankan ibadah ini.

      Dukungan dari keluarga dan petugas haji juga penting untuk mengatasi kendala yang ada. Islam memberikan kemudahan bagi penyandang disabilitas, termasuk dalam pelaksanaan tawaf dan sa’i, di mana terdapat rukshah. Dengan niat dan semangat yang kuat, penyandang disabilitas dapat merasakan pengalaman spiritual yang mendalam saat menunaikan rukun Islam yang wajib ini. Wallahua’lam.

      Siti Dwi Cahya Nawar (Mahasiswi Prodi BKI UIN Syekh Ali Hasan Ahmad Addary Padangsidimpuan)

      • Tatsqif hadir sebagai platform edukasi digital yang dirintis oleh Team Tatsqif sejak 5 Januari 2024. Kami mengajak Anda untuk menjelajahi dunia dakwah, ilmu pengetahuan, dan wawasan keislaman melalui website kami. Bergabunglah bersama kami dan jadilah bagian dari kontributor syi'ar Islam.

        Lihat semua pos Lecturer

      Tatsqif Media Dakwah & Kajian Islam

      Tatsqif hadir sebagai platform edukasi digital yang dirintis oleh Team Tatsqif sejak 5 Januari 2024. Kami mengajak Anda untuk menjelajahi dunia dakwah, ilmu pengetahuan, dan wawasan keislaman melalui website kami. Bergabunglah bersama kami dan jadilah bagian dari kontributor syi'ar Islam.

      10 komentar pada “Haji Bagi Penyandang Disabilitas: Panduan, Tantangan, dan Solusi

      • Ade Pratiwi

        Apa saja sih larangan bagi orang yang sedang melaksanakan haji,dan kenapa haji itu bagi umat yang mampu?

        Balas
      • Umi Khumairoh Nasution

        Mengenai tantangan disabilitas dalam melaksanakan haji yang pertama adalah fasilitas. Adakah upaya pemerintah Indonesia dalam memfasilitasi haji bagi penyandang disabilitas?

        Balas
      • Dian lestari

        Bagaimana hukum menunda haji padahal ia mampu?

        Balas
      • Nur Hapipa Anjalina

        Ijin bertanya
        Apa hukumnya jika seorang belum mampu memenuhi semua sarat haji

        Balas
      • yuni nurhalijah hasibuan

        apakah penyandang disabilitas mental juga diwajibkan perhaji?

        Balas
      • Rahma Felisa

        Bagaimana cara nya orang yang akhrash (bisu) melafazkan takbir atau doa tawaf di saat melakukan tawaf (mengelilingi Ka’bah)

        Balas
      • Fina Alexa

        Izin bertanya 🙏
        Bagaimana jika ada penyandang disabilitas sudah mendaftar haji dan sudah ditetapkan untuk segera naik,tapi karena kekurangan dana diundur.Karena dari tahun ke tahun dana naik haji semakin naik.Apa solusi untuk penyandang disabilitas tersebut?

        Balas
      • Annisa Dwi Fatimah

        Apa perlindungan hukum yang yang diberikan kepada penyandang disabilitas dalam melakukan haji?

        Balas
      • izin bertanya, apakah terdapat perbedaan panduan pelaksanaan haji untuk penyandang disabilitas fisik dan disabilitas mental?

        Balas
      • Liana Tantri hasibuan

        Apa solusinya jika seorang penyandang disabilitas yang ingin berhaji tetapi tidak mampu secara fisik dan hanya mampu secara ekonomi?

        Balas

      Tinggalkan Balasan

      Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

      × Chat Kami Yuk