Marak Konflik Bertetangga: Simak 5 Cara Islam Muliakan Tetangga
TATSQIF ONLINE – Tetangga berperan sebagai saudara terdekat dalam kehidupan sehari-hari. Menjaga hubungan baik sangat penting untuk mencegah munculnya konflik bertetangga.
Ketika seseorang keluar rumah, pertemuan dengan tetangga terjadi tanpa terhindarkan. Kehidupan bertetangga, meskipun sering kali penuh keakraban, tidak jarang menghadirkan berbagai tantangan.
Sumber-sumber konflik sering muncul dari percakapan, tindakan, dan pencapaian yang memicu ketegangan di antara individu. Saat ini, laporan berita tentang konflik dalam kehidupan bertetangga semakin marak, menunjukkan bahwa isu ini semakin relevan.
Tetangga harus menjadi orang pertama yang dapat diandalkan saat menghadapi kesulitan. Kehidupan bertetangga seharusnya menciptakan lingkungan sosial yang harmonis dan saling mendukung.
Berbagai Konflik dalam Kehidupan Bertetangga
Kehidupan bertetangga tidak selalu harmonis. Salah satu contoh nyata adalah fitnah yang muncul dari omongan tetangga. Seorang ayah bernama Dodot, warga Desa Kebaron, Kecamatan Tulangan, Sidoarjo, mengalami situasi ini.
Berita miring mengenai anaknya, inisial “D”, yang ditangkap oleh Polda Jatim akibat terpengaruh kasus judi online, ternyata hanya berawal dari gosip. Polda Jatim juga menegaskan bahwa mereka tidak pernah menangkap “D”.
Kasus lain yang menunjukkan ketegangan antar tetangga terjadi di Kecamatan Banjarmasin Timur. Seorang pria berinisial “SA” (33 Tahun) menegur mantan istrinya karena mengunjungi “MA” (42 Th), tetangga mereka. “SA” berusaha menghindari gosip yang dapat menimbulkan fitnah, tetapi pertikaian pecah, dan ia menikam “MA”.
Dalam konteks ini, seharusnya tetangga berperan sebagai saudara yang selalu ada dan siap membantu satu sama lain. Allah Subhanahu Wa Ta’ala mengajarkan seorang Muslim untuk saling memuliakan tetangga.
5 Cara Islam Muliakan Tetangga
Ustadz Abdullah Zaen, Lc., MA, melalui saluran YouTube @Yufid.TV, menyampaikan bahwa kesalahan dalam bertetangga dapat menghalangi kita untuk masuk surga. Oleh karena itu, adab bertetangga wajib dipelajari.
Berikut lima cara memuliakan tetangga dalam Islam:
1. Wajib Menjaga Lisan Ketika Mengobrol dengan Tetangga
Menjaga lidah agar tidak berbicara seenaknya, seperti menyinggung, memfitnah, dan menggosip, memang sulit. Namun, Allah SWT tidak akan menyia-nyiakan usaha seorang hamba yang mampu menahan omongan negatif kepada tetangganya.
Sebagaimana sabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam dalam hadis:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قِيلَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: يَا رَسُولَ اللهِ، إِنَّ فُلَانَةً تَقُومُ اللَّيْلَ وَتَصُومُ النَّهَارَ، وتفعلُ، وتصدقُ، وَتُؤْذِي جِيرَانَهَا بِلِسَانِهَا؟ فَقَالَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: لَا خَيْرَ فِيهَا، هِيَ من أهل النار قَالُوا: وَفُلَانَةٌ تُصَلِّي الْمَكْتُوبَةَ، وَتَصَّدَّقُ بِأَثْوَارٍ، وَلَا تُؤْذِي أَحَدًا؟ فَقَالَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: هِيَ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ
Artinya: Dari Abu Hurairah radliyallahu ‘anhu, ia berkata: Dikatakan pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam: “Wahai Rasulullah, sesungguhnya fulanah (seorang wanita) rajin mendirikan shalat malam, gemar puasa di siang hari, mengerjakan (kebaikan) dan bersedekah, tapi sering menyakiti tetangganya dengan lisannya,” (HR Bukhari).
Membicarakan hal-hal buruk atau merendahkan tetangga merupakan perbuatan haram. Oleh karena itu, menjaga lisan adalah hal pertama yang perlu mendapat perhatian dalam bertetangga.
2. Berbuat Baik kepada Tetangga
Kehidupan bertetangga sering kali bermasalah karena kita melupakan perintah Allah SWT untuk berbuat baik kepada tetangga. Dalam Alquran Surat An-Nisa ayat 36, Allah berfirman:
وَاعْبُدُوا اللّٰهَ وَلَا تُشْرِكُوْا بِهٖ شَيْـًٔا وَّبِالْوَالِدَيْنِ اِحْسَانًا وَّبِذِى الْقُرْبٰى وَالْيَتٰمٰى وَالْمَسٰكِيْنِ وَالْجَارِ ذِى الْقُرْبٰى وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنْۢبِ وَابْنِ السَّبِيْلِۙ وَمَا مَلَكَتْ اَيْمَانُكُمْۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ مَنْ كَانَ مُخْتَالًا فَخُوْرًاۙ
Artinya: “Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Berbuat baiklah kepada kedua orang tua, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh, teman sejawat, ibnusabil, serta hamba sahaya yang kamu miliki. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang sombong lagi sangat membanggakan diri.”
Maksud tetangga dekat ialah samping kiri dan kanan rumah. Sementara tetangga jauh itu maksimal empat puluh rumah. Semakin dekat tetangga, maka hak kebaikannya lebih besar.
3. Memilih Tetangga yang Baik
Apabila seseorang berniat untuk pindah rumah atau merantau sehingga terpaksa menyewa indekos, ia wajib memperhatikan karakter tetangganya terlebih dahulu. Hal ini sesuai dengan hadis Rasulullah SAW:
أَرْبَعٌ مِنَ السَّعَادَةِ: اَلْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ، وَالْمَسْكَنُ الْوَاسِعُ، وَالْجَارُ الصَّالِحُ، وَالْمَرْكَبُ الْهَنِيُّ
Artinya: “Ada empat perkara termasuk kebahagiaan; istri yang shalihah, tempat tinggal yang lapang, teman atau tetangga yang baik, dan kendaraan yang nyaman,” (HR Ibnu Hibban).
Tetangga yang baik adalah bagian dari lingkungan yang tentram, yang tentu akan menimbulkan kebahagiaan. Oleh karena itu, setiap Muslim perlu pandai dalam memilih tetangga.
4. Mencintai Tetangga seperti Mencintai Diri Sendiri
Kedamaian dalam bertetangga tercermin dari sikap saling menghormati. Tidak ada yang merendahkan atau mengambil hak tetangga, seperti berselingkuh dengan pasangannya atau mencuri hartanya.
Hal ini sesuai dengan hadis Rasulullah SAW sebagai berikut:
وَعَنْ أَنَسٍ رضي الله عنه عَنْ اَلنَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ: وَاَلَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَا يُؤْمِنُ عَبْدٌ حَتَّى يُحِبَّ لِجَارِهِ – أَوْ لِأَخِيهِ- مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ – مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
Artinya: “Dari Anas radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Demi Rabb yang jiwaku berada di tangan-Nya, tidaklah seorang hamba dikatakan beriman (dengan iman yang sempurna) hingga ia mencintai tetangganya atau saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri,’” (HR Bukhari dan Muslim).
Mencintai tetangga berarti memuliakan mereka dengan memperlakukan sesuai harapan seorang Muslim yang mendambakan kehidupan damai. Siap sedia memberikan bantuan setiap kali mereka membutuhkannya. Jika ada makanan berlebih, rela berbagi dengan tetangga yang kekurangan.
5. Tidak Mengganggu Tetangga
Kebiasaan bertetangga yang buruk, seperti memutar musik keras-keras di malam hari hingga tetangga tidak bisa tidur, jelas tidak boleh. Rasulullah SAW bersabda:
لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ لَا يَأْمَنُ جَارُهُ بَوَائِقَهُ
Artinya: “Tidak akan masuk surga, orang yang mana tetangganya tidak aman dari bahayanya,” (HR Muslim).
Hadis tersebut menekankan pentingnya menjaga hubungan baik dengan tetangga sebagai bagian dari keimanan dalam Islam. Hadis ini juga mengajarkan bahwa seorang Muslim harus memastikan tetangganya merasa aman dari segala bentuk gangguan, baik fisik maupun verbal.
Menyakiti atau merugikan tetangga dianggap sebagai pelanggaran serius terhadap ajaran Islam, dan menjaga hak-hak tetangga merupakan cerminan akhlak yang baik serta iman yang sempurna. Ancaman “tidak akan masuk surga” menunjukkan beratnya konsekuensi bagi mereka yang tidak memuliakan tetangganya.
Penutup
Kehidupan bertetangga yang baik sering kali terasa sulit di era sekarang, ketika orang lebih memilih untuk bebas berekspresi. Banyaknya perbedaan pandangan sering memicu konflik bertetangga.
Namun, seorang Muslim tetap harus menjalankan perintah Allah SWT untuk menjaga adab dalam bertetangga. Dengan cara ini, masyarakat dapat menciptakan lingkungan yang lebih damai dan berkah. Wallahu A’lam.
Author: Triana Amalia (Penulis & Aktivis Dakwah Muslimah)
Editor: Sylvia Kurnia Ritonga (Founder tatsqif.com)