Dinamika Relasi dalam Keluarga dan Peran Anggota Keluarga
TATSQIF ONLINE – Relasi dalam keluarga dimulai dengan pernikahan antara pria dan wanita dewasa, yang menjadi pondasi untuk berbagai hubungan yang terjalin dalam keluarga. Pada awalnya, hubungan yang paling mendasar adalah antara suami dan istri. Ketika anak pertama lahir, muncul hubungan orang tua-anak, dan dengan kelahiran anak-anak berikutnya, muncul juga hubungan saudara kandung, serta hubungan mertua-menantu. Kedua relasi ini merupakan bentuk inti dari dinamika keluarga.
Dalam keluarga yang lebih besar, terdapat tiga peran sosial utama; suami-ayah, istri-ibu, anak-saudara kandung, dan mertua-menantu. Relasi dalam keluarga memiliki peran yang sangat penting sebagai dasar, bentuk, dan regulasi interaksi sosial dalam masyarakat atau sistem sosial, seperti di lingkungan sekolah.
Pengertian Relasi dalam Keluarga
Relasi dapat juga diartikan sebagai interaksi antara dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan tertentu. Keluarga merupakan unit dasar dalam masyarakat di mana individu-individu mengembangkan hubungan yang erat dan bermakna.
Hubungan dalam keluarga meliputi beberapa aspek, seperti hubungan antara pasangan suami istri, hubungan antara orang tua dan anak, hubungan di antara saudara, dan hubungan antara mertua dan menantu. Pentingnya menjaga hubungan yang sehat dan harmonis dalam keluarga sangatlah besar, karena hal ini berdampak pada kesejahteraan dan kebahagiaan setiap anggota keluarga.
Relasi Pasangan Suami Istri
1. Kesetaraan
Relasi suami istri dalam perspektif Al-Qur’an menekankan prinsip kesetaraan dalam hal hak dan kewajiban di hadapan Allah. Ayat yang dimaksud adalah Alquran Surah Al-Hujurat ayat 13, yang menyatakan:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ إِنَّا خَلَقۡنَٰكُم مِّن ذَكَرٖ وَأُنثَىٰ وَجَعَلۡنَٰكُمۡ شُعُوبٗا وَقَبَآئِلَ لِتَعَارَفُوٓاْۚ إِنَّ أَكۡرَمَكُمۡ عِندَ ٱللَّهِ أَتۡقَىٰكُمۡۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٞ
Artinya: “Ya manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”
Dalam ayat ini, Allah menekankan bahwa manusia, baik laki-laki maupun perempuan, diciptakan dari satu pasang, yaitu Adam dan Hawa, dan mereka kemudian tersebar menjadi bangsa-bangsa dan suku-suku yang berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa perbedaan jenis kelamin dan asal-usul etnis tidak menjadi dasar untuk mengklaim superioritas satu sama lain.
Ayat ini juga menegaskan bahwa keutamaan seseorang di hadapan Allah tidak bergantung pada jenis kelamin atau suku bangsa, melainkan pada tingkat ketakwaan seseorang. Dengan demikian, prinsip kesetaraan antara laki-laki dan perempuan dalam Islam tidak hanya sebatas aspek fisik atau sosial, tetapi lebih pada kesamaan hak dan tanggung jawab di hadapan Allah serta nilai-nilai moral dan spiritual yang ditekankan dalam agama Islam.
Menurut Huzaimah Tahedo Yanggo, perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam Islam terutama terletak pada fungsi dan tugas utama yang diberikan oleh Islam kepada masing-masing jenis kelamin. Hal ini tidak mengakibatkan diskriminasi di mana salah satu merasa lebih tinggi derajatnya dari yang lain. Sebaliknya, perbedaan tersebut dimaksudkan untuk saling melengkapi.
Dalam perspektif ini, laki-laki dan perempuan memiliki peran dan tanggung jawab yang berbeda sesuai dengan kodrat dan fitrahnya. Contohnya, laki-laki memiliki tanggung jawab sebagai pemimpin keluarga dan pembantu ekonomi, sedangkan perempuan memiliki peran sebagai ibu rumah tangga dan pengasuh anak-anak. Namun, perbedaan ini tidak membuat satu jenis kelamin lebih baik atau lebih tinggi daripada yang lain dalam pandangan agama Islam.
Lebih lanjut, konsep saling melengkapi antara laki-laki dan perempuan menekankan pentingnya kolaborasi dan kerjasama dalam kehidupan berkeluarga dan masyarakat. Keduanya memiliki peran yang penting dan setara dalam membangun dan menjaga keluarga serta memenuhi tujuan hidup sesuai dengan ajaran agama.
2. Kerja sama
Ayat pertama dari Alquran Surah An-Nisa’ ayat 1 menyatakan:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ ۚ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
Artinya: “Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan dari padanya Allah menciptakan pasangannya, dan dari keduanya Allah memperkembangbiakkan banyak laki-laki dan perempuan. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahmi. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.”
Dalam ayat ini, Allah SWT mengingatkan manusia untuk bertaqwa kepada-Nya dan mencermati ciptaan-Nya yang begitu sempurna. Allah menciptakan manusia dari satu jiwa (Adam), dan dari jiwa itu pula Dia menciptakan pasangannya (Hawa). Dari keduanya, Allah mengembangbiakkan banyak laki-laki dan perempuan, membentuk masyarakat yang terdiri dari berbagai keluarga.
Kata “zaujaha” yang digunakan untuk menyebut pasangan hidup (istri) dalam ayat ini mengandung makna yang mendalam. Kata ini menunjukkan bahwa suami istri adalah pasangan yang saling melengkapi, setara dalam kedudukan, dan memiliki tanggung jawab yang sama dalam membentuk dan memelihara keluarga.
Kerja sama antara suami istri sangatlah penting dalam Islam karena mereka saling membutuhkan satu sama lain untuk melengkapi peran dalam mencapai tujuan pernikahan, termasuk mengembangbiakkan keturunan dan membentuk keluarga yang harmonis. Tanpa kerja sama yang baik antara keduanya, tujuan pernikahan seperti ini tidak akan tercapai.
Dalam Islam, suami dan istri dianjurkan untuk saling berbagi peran dan tanggung jawab dalam mengurus keluarga (rumah tangga) demi terwujudnya keluarga yang sakinah, mawaddah, wa rahmah (bahagia, penuh kasih sayang, dan penuh rahmat). Setiap peran yang dijalankan oleh suami dan istri dalam keluarga haruslah didasarkan pada kerja sama, saling menghormati, dan saling melengkapi demi mencapai kehidupan rumah tangga yang bahagia dan sejahtera di bawah ridha Allah SWT.
3. Keseimbangan
Dalam Islam, perempuan diberikan hak-hak yang diangkat derajatnya dan diberikan dengan adil sesuai dengan kewajiban yang telah mereka tunaikan. Perempuan memiliki hak mendapatkan bagian warisan sesuai dengan ketentuan dalam Islam. Meskipun pembagian warisan bisa berbeda antara laki-laki dan perempuan, hal ini tidak mengindikasikan bahwa perempuan tidak memiliki hak warisan sama sekali. Selain itu, dalam Islam, perempuan diperbolehkan menjadi saksi dalam beberapa situasi jika tidak ada saksi laki-laki yang tersedia, menunjukkan bahwa kesaksian perempuan dihargai dalam hukum Islam.
Suami dalam Islam memiliki kewajiban untuk menyediakan sandang (pakaian), pangan (makanan), dan papan (tempat tinggal) bagi istri dan keluarganya. Ini menunjukkan bahwa perempuan memiliki hak untuk diberi nafkah oleh suami sesuai dengan kebutuhan mereka. Perempuan juga memiliki hak untuk mendidik anak-anaknya, mengelola rumah tangganya, serta menjaga harta bendanya. Semua hak ini diberikan untuk melindungi dan memperjuangkan kepentingan perempuan dalam kehidupan sosial dan ekonomi, serta menghargai peran penting perempuan dalam membangun dan memelihara keluarga dalam ajaran Islam.
Relasi antara Orang Tua dan Anak
Relasi antara orang tua dan anak adalah hubungan yang melibatkan individu yang melahirkan dan individu yang dilahirkan, serta melibatkan hubungan antara orang yang merawat dengan yang dirawat, yang mendidik dengan yang dididik, dan yang lebih tua dengan yang lebih muda. Dalam hubungan ini, baik orang tua maupun anak memiliki hak dan kewajiban, karena hak dan kewajiban adalah dua sisi dari koin yang sama.
Orang tua memiliki kewajiban untuk menyayangi dan merawat anak-anak mereka dengan penuh kasih sayang. Sebagai bagian dari hak mereka, orang tua juga memiliki hak untuk dihormati oleh anak-anak mereka. Penghormatan ini termasuk dalam bentuk patuh terhadap perintah orang tua, selama tidak bertentangan dengan ketaatan kepada Allah.
Di sisi lain, anak-anak memiliki kewajiban untuk menghormati orang tua mereka, yang termasuk dalam hak mereka untuk diperlakukan dengan kasih sayang dan perhatian oleh kedua orang tua. Jika anak memberikan penghormatan kepada orang tua, maka ia akan menerima kasih sayang dan perhatian yang layak dari orang tua.
Dalam Islam, pentingnya penghormatan dan kasih sayang antara orang tua dan anak sangat ditekankan. Ketaatan anak kepada orang tua merupakan bagian penting dari nilai-nilai Islam, selama hal itu tidak bertentangan dengan ketaatan kepada Allah dan ajaran-Nya. Orang tua juga dianjurkan untuk memberikan kasih sayang dan perhatian kepada anak-anak mereka sebagai bentuk tanggung jawab mereka dalam mendidik dan membesarkan anak-anak dalam lingkungan yang penuh kasih.
Dengan demikian, kewajiban orang tua adalah menyayangi anak-anak mereka, sementara hak mereka adalah untuk dihormati oleh anak-anak. Di sisi lain, kewajiban anak adalah menghormati orang tua mereka, sementara hak mereka adalah untuk diperlakukan dengan kasih sayang dan perhatian oleh orang tua.
Relasi Antara Saudara
Relasi antara saudara adalah hubungan yang terbentuk antara dua orang saudara yang memiliki orang tua yang sama. Hubungan saudara kandung merupakan hubungan yang paling lama dialami manusia sejak adik lahir. Hubungan ini memiliki dampak yang signifikan pada perkembangan individu, baik secara fisik, intelektual, psikologis, maupun sosial.
Hubungan saudara kandung dapat memengaruhi perkembangan individu dalam banyak cara. Secara fisik, saudara kandung sering berinteraksi satu sama lain sejak kecil, yang dapat mempengaruhi cara mereka berkomunikasi, bermain, dan belajar. Hubungan ini juga dapat memengaruhi perkembangan intelektual, di mana saudara kandung sering saling belajar dan berbagi pengetahuan.
Secara psikologis, hubungan saudara kandung dapat membentuk identitas dan persepsi diri seseorang. Interaksi dengan saudara dapat memengaruhi pembentukan sikap, nilai-nilai, dan keterampilan sosial. Hubungan saudara juga dapat mempengaruhi kemampuan seseorang dalam berinteraksi dengan orang lain dalam kehidupan sehari-hari.
Selain itu, hubungan saudara kandung cenderung mengalami perubahan seiring berjalannya waktu. Saat anak-anak tumbuh dan menjadi remaja atau dewasa, dinamika hubungan antara saudara kandung juga dapat berubah. Perbedaan usia, minat, dan pengalaman hidup dapat memengaruhi dinamika dan kedekatan antara saudara.
Dalam banyak kasus, hubungan saudara kandung memiliki nilai yang penting dalam kehidupan seseorang. Mereka dapat menjadi pendukung dan teman sepanjang hidup, serta saling memberikan pengaruh dan dukungan dalam berbagai aspek kehidupan. Meskipun terkadang hubungan saudara kandung bisa kompleks, penting untuk merawat dan menghargai hubungan ini karena memiliki dampak yang penting dalam membentuk pribadi dan interaksi sosial seseorang.
Relasi antara Mertua dan Menantu
Relasi antara mertua dan menantu merupakan hubungan yang sangat penting dalam dinamika keluarga. Mertua adalah orang tua dari pasangan suami atau istri, sedangkan menantu adalah suami atau istri dari anak mereka. Hubungan ini mempengaruhi kesejahteraan keluarga, kesehatan emosional, dan keseimbangan dalam rumah tangga.
Hubungan yang baik antara mertua dan menantu dapat membawa manfaat yang besar bagi keluarga. Interaksi yang positif antara keduanya dapat membantu mengurangi rasa kesepian, membawa kebahagiaan, dan menciptakan harmoni dalam keluarga. Mertua merasa dihargai, dilindungi, dan dicintai oleh menantu, sementara menantu dapat belajar dari pengalaman dan pandangan mertua.
Melalui hubungan yang baik dengan mertua, menantu dapat mengembangkan kemampuan sosial dan kognitif. Mereka dapat memperluas pemahaman mereka tentang dinamika keluarga dan meningkatkan kemampuan berkomunikasi serta toleransi terhadap perbedaan pendapat.
Pentingnya hubungan yang harmonis antara mertua dan menantu juga dapat membantu menjaga keseimbangan dalam keluarga. Keterbukaan, pengertian, dan rasa saling menghargai antara mertua dan menantu adalah kunci untuk membangun hubungan yang sehat dan bermanfaat bagi semua anggota keluarga.
Wallahu A’lam
Oleh Mawaddah Siregar (Mahasiswa UIN Syekh Ali Hasan Ahmad Addary Padangsidimpuan)
-
Tatsqif hadir sebagai platform edukasi digital yang dirintis oleh Team Tatsqif sejak 5 Januari 2024. Kami mengajak Anda untuk menjelajahi dunia dakwah, ilmu pengetahuan, dan wawasan keislaman melalui website kami. Bergabunglah bersama kami dan jadilah bagian dari kontributor syi'ar Islam.
Lihat semua pos Lecturer
Apa yang pemakalah lakukan untuk mempertahankan kesadaran dan kesetiaan dalam hubungan rumah tangga?
Bagaimana relasi dalam berkeluarga dapat mempengaruhi kesuksesan dan keharmonisan dalam berkeluarga serta bagaimana sih membangun relasi yang sehat yang harmonis dalam keluarga terutama dalam era digital yang mempengaruhi perilaku manusia ?
bagaimana pendapat pemakalah tentang hubungan antara menantu dan mertua yang tidak harmonis atau selalu cekcok, dan apa saja yang dapat menyebabkan hal itu?
Jika relasi antara orang tua dengan anaknya tidak terlalu terbuka atau sama sekali jarang berkomunikasi, maka anak tersebut dapat mengalami berbagai dampak negatif . Nah bagai mana tanggapan pemakalah mengenai hal tersebut karna jaman sekarang mungkin masih banyak kebiasaan tersebut
Menurut pemakalah Apa peran suami dalam membangun kepercayaan dan komunikasi yang baik antara mertua dan menantu?
apa saja cara mengatasi konflik antara ibu suami dan ibu istri dan bagaimana tanggapan pemakalah mengenai hal tersebut?
Apa saja yang menjadi faktor ataupun penyebab terjadinya dimanika relasi berkeluarga dan bagaimana cara mengatasi nya?
Menurut pemakalah apa dan bagaimanakah peran setiap anggota keluarga dalam membangun dan menjaga keharmonisan dalam keluarga?
Bagaimana jikalau suami lebih mendengarkan kata ibunya dr pada istrinya sampai² menyakiti hati istrinya?