Aqidah & AkhlakGaya Hidup

Bikin Makin Semangat Belajar, Berikut 5 Alasan Pentingnya Niat

TATSQIF ONLINE – Niat adalah salah satu unsur yang harus ada dalam setiap tindakan, termasuk dalam proses belajar. Dalam Islam, niat yang ikhlas merupakan kunci utama dalam menjalankan segala amal ibadah agar Allah subhanahu wa ta’ala sudi menerimanya.

Belajar sendiri memiliki kedudukan yang sangat mulia dalam Islam. Rasulullah shallalahu ‘alaihi wa sallam telah memberikan penekanan yang besar terhadap pentingnya ilmu pengetahuan.

Beliau bersabda dalam sebuah hadis berikut ini:

طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ وَمُسْلِمَةٍ

Artinya: “Mencari ilmu adalah wajib bagi setiap muslim (laki-laki dan perempuan),”

Memasang niat belajar sebenarnya tidak hanya sekedar menuntut ilmu semata, tetapi juga sebagai ibadah kepada Allah SWT. Dengan niat yang benar, setiap detik yang berlalu dalam belajar akan menjadi ladang pahala bagi seorang muslim. Ilmunya tidak hanya bermanfaat di dunia, tetapi juga di akhirat.

Dalam Islam, niat belajar juga dapat menjadi sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dengan niat yang tulus dan ikhlas, setiap usaha yang timbul dalam proses belajar akan menjadi berkah.

Selain itu, memasang niat belajar juga dapat membantu seseorang untuk tetap konsisten dan tekun dalam mengejar ilmu. Dengan niat yang kuat, seseorang akan memiliki motivasi yang tinggi untuk terus belajar dan meningkatkan pengetahuannya. Tantangan dan hambatan yang ada, tidak akan membuat seseorang putus asa, melainkan justru semakin memperkuat tekadnya untuk terus belajar.

Mengutip dari Kitab Ta’lim wa Muta’lim karya Syaikh Al-Jarnuzi, inilah lima alasan pentingnya niat sebelum belajar bagi seorang muslim. Simak selengkapnya di bawah ini:

Niat akan menjadi alarm bagi penuntut ilmu. Boleh berniat dengan menggunakan bahasa apa saja, tidak harus berbahasa Arab.

Niat tempatnya di dalam hati, dilakukan sebelum membaca doa belajar. Pentingnya niat sesuai dengan hadis Rasulullah SAW sebagai berikut:

ٍعَنْ عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّةِ وَلِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لدُنْيَا يُصِيبُهَا أَوِ امْرَأَةٍ يَتَزَوَّجُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ

Artinya: “Dari Umar radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda, “Amal itu tergantung niatnya, dan seseorang hanya mendapatkan sesuai niatnya. Barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, dan barang siapa yang hijrahnya karena dunia atau karena wanita yang hendak dinikahinya, maka hijrahnya itu sesuai ke mana ia hijrah,” (HR Bukhari dan Muslim).

Belajar harus diniatkan ibadah, agar setiap kesulitan yang dihadapi bernilai pahala. Inilah alasan pertama mengapa harus berniat sebelum belajar.

Niat sebelum belajar dapat menyaring kebaikan dan keburukan, yang ada dalam proses mencari ilmu. Apabila niatnya buruk, maka proses dan hasilnya pun akan buruk, begitu juga sebaliknya.

Berikut nasihat dari Syaikhul Imam Ajall Burhanuddin Shahibul Hidayah:

وَيُنْوَى بِهِ: الشُّكْرُ عَلَى نِعْمَةِ الْعَقْلِ، وَصِحَّةِ الْبَدَنِ، وَلَا يُنْوَى بِهِ إِقْبَالُ النَّاسِ عَلَيْهِ، وَلَا اسْتِجْلَابُ حُطَامِ الدُّنْيَا، وَالْكَرَامَةُ عِنْدَ السُّلْطَانِ وَغَيْرِهِ

Artinya: “Dengan belajar pula, hendaklah diniati untuk mensyukuri kenikmatan akal dan badan yang sehat. Belajar jangan diniatkan untuk mencari pengaruh, kenikmatan dunia ataupun kehormatan di depan sultan dan penguasai-penguasa lain.”

Kebaikan dalam belajar diperoleh dari ilmu, yang datangnya dari Allah Subhanahu wa ta’ala. Sedangkan keburukan datang dari tindakan atau ucapan seorang guru yang hanya manusia biasa.

Niat yang berawal dari keingintahuan, benar atau tidaknya suatu ibadah, sejarah nabi dan rasul, serta ilmu dunia mengenai ekonomi misalnya, akan menambah kelezatan dan hikmah ilmu saat memperolehnya.

Sebagaimana firman Allah subhanahu wa ta’ala dalam Alquran surat Al-Baqarah ayat 269:

يُّؤْتِى الْحِكْمَةَ مَنْ يَّشَاۤءُ ۚ وَمَنْ يُّؤْتَ الْحِكْمَةَ فَقَدْ اُوْتِيَ خَيْرًا كَثِيْرًا ۗ وَمَا يَذَّكَّرُ اِلَّآ اُولُوا الْاَلْبَابِ

Artinya: “Dia (Allah) menganugerahkan hikmah kepada siapa yang Dia kehendaki. Siapa yang dianugerahi hikmah, sungguh dia telah dianugerahi kebaikan yang banyak. Tidak ada yang dapat mengambil pelajaran (darinya), kecuali ululalbab.”

Kelezatan ilmu adalah memperoleh jawaban atas sesuatu yang sebelumnya tidak tahu. Sementara hikmah akan mengantarkan manusia kepada amar ma’ruf nahi munkar.

Kewajiban belajar niatnya untuk mencari ridha Allah SWT. Niat ini akan menjadi kendaraan menuju kebahagiaan akhirat. Selain itu, belajar juga mampu memerangi kebodohan diri sendiri dan masyarakat luas.

Rasa malas kerap kali muncul pada diri seorang muslim. Nabi Muhammad SAW mengajarkan sebuah doa agar terhindar dari rasa malas dalam hadis berikut ini:

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْهَمِّ وَالْحَزَنِ، وَالْعَجْزِ وَالْكَسَلِ، وَالْبُخْلِ وَالْجُبْنِ، وَضَلَعِ الدَّيْنِ وَغَلَبَةِ الرِّجَالِ

Artinya: “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kegalauan dan kesedihan, kelemahan dan kemalasan, kepengecutan dan kekikiran, tindihan hutang dan penindasan orang,” (HR Bukhari).

Seorang penuntut ilmu hendaknya memperbarui niatnya agar terhindar dari rasa malas. Kemalasan ini akan hilang tatkala manusia terus berjuang untuk meraih ilmu dan mengamalkannya.

Alasan kelima ini sangat penting, karena jika kesombongan sudah hinggap pada diri seorang muslim yang sedang belajar, maka ia akan merugi. Niat merupakan langkah awal dalam proses mencari ilmu yang mengingatkan ketidaktahuan sebelumnya.

Kesombongan adalah perasaan pertama yang menjangkiti seseorang saat mulai belajar ilmu agama. Seseorang akan merasa paling alim, sebagaimana perkataan ulama berikut ini:

Syekh Bakr Abu Zaid rahimahullah mengatakan dalam kitab Hilyah Thalibil ‘Ilmi“Ilmu itu ada tiga jengkal. Barang siapa yang masuk jengkal pertama, ia menjadi sombong. Sesiapa yang masuk jengkal kedua, ia menjadi tawadhu’. Siapa saja yang masuk jengkal ketiga, ia baru menyadari bahwa ia tidak tahu (masih sedikit ilmunya).” 

Niat adalah akar bagi seorang pelajar agar dapat melaksanakan kewajiban menuntut ilmu dengan baik. Rasa malas, sombong, dan sifat buruk lainnya, in sya Allah akan hilang dengan cara memperbaiki niat setiap sebelum belajar dan memperbaharuinya jika melenceng di tengah jalan. Wallahu A’lam

Author: Triana Amalia (Aktivis Dakwah Muslimah)
Editor: Sylvia Kurnia Ritonga (Founder tatsqif.com)

Tatsqif Media Dakwah & Kajian Islam

Tatsqif hadir sebagai platform edukasi digital yang dirintis oleh Team Tatsqif sejak 5 Januari 2024. Kami mengajak Anda untuk menjelajahi dunia dakwah, ilmu pengetahuan, dan wawasan keislaman melalui website kami. Bergabunglah bersama kami dan jadilah bagian dari kontributor syi'ar Islam.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

× Chat Kami Yuk