5 Cara Efektif Menumbuhkan Empati dalam Kehidupan Sehari-hari
TATSQIF ONLINE – Di tengah perkembangan teknologi yang pesat dan dinamika kehidupan yang semakin sibuk, banyak orang merasa bahwa hidup ini harus dijalani untuk kepentingan pribadi. Prinsip seperti “hidup hanya sekali” atau “prioritaskan dirimu” semakin menguatkan pandangan bahwa pencapaian pribadi adalah tujuan utama dalam hidup.
Pandangan ini, meskipun dapat memotivasi seseorang untuk mencapai tujuan pribadi, juga seringkali mengarah pada pengabaian terhadap orang lain. Ketika kepentingan pribadi dijadikan prioritas utama, rasa empati—yang merupakan kemampuan untuk merasakan dan memahami perasaan orang lain—dapat dengan mudah terkikis, bahkan terlupakan. Dalam banyak kasus, hal ini memengaruhi kualitas hubungan sosial, menyebabkan terjadinya isolasi, kesalahpahaman, dan ketegangan dalam masyarakat.
Sebagai bagian penting dari kehidupan sosial yang harmonis, empati tidak hanya penting untuk menciptakan hubungan yang saling mendukung, tetapi juga sebagai kunci untuk mengurangi ketegangan dan prasangka. Tanpa empati, individu atau kelompok cenderung hanya fokus pada pencapaian mereka sendiri dan mengabaikan kebutuhan serta perasaan orang lain. Oleh karena itu, meskipun dunia kini semakin terhubung melalui teknologi, empati tetap menjadi elemen penting yang harus dikembangkan untuk mempertahankan hubungan sosial yang sehat dan memperkuat rasa solidaritas antar sesama.
Definisi Empati dalam Psikologi
Empati, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), adalah kemampuan untuk memahami dan merasakan perasaan orang lain. Dalam psikologi sosial, empati lebih dari sekadar simpati atau perasaan kasihan; ia melibatkan pemahaman mendalam terhadap emosi orang lain dan kemampuan untuk menempatkan diri dalam posisi mereka.
Carl Rogers, seorang psikolog humanistik, menekankan bahwa empati adalah elemen dasar dalam hubungan yang efektif dan sehat. Dalam bukunya On Becoming a Person (1961), Rogers menyatakan bahwa empati memungkinkan seseorang untuk mendengarkan bukan hanya dengan telinga, tetapi dengan hati, menciptakan hubungan yang penuh pengertian dan tanpa prasangka.
Empati bukan hanya tentang merasakan apa yang orang lain rasakan, tetapi juga memahami perspektif mereka dan bertindak berdasarkan pemahaman tersebut. Oleh karena itu, empati dianggap sebagai keterampilan sosial yang sangat penting dalam interaksi antarindividu. Tanpa empati, masyarakat akan kehilangan rasa saling percaya, dan hubungan antarindividu bisa menjadi terputus atau penuh ketegangan.
Penyebab Empati Menurun dalam Masyarakat Modern
Salah satu alasan mengapa empati semakin sulit ditemukan di masyarakat modern adalah karena berkembangnya budaya individualisme yang semakin kuat. Dalam banyak hal, terutama dalam dunia kerja dan media sosial, ada tekanan untuk lebih fokus pada pencapaian pribadi daripada pada hubungan sosial.
Di tempat kerja, misalnya, banyak perusahaan yang lebih menekankan prestasi individu dibandingkan kerja tim. Hal ini menciptakan lingkungan yang kompetitif, di mana orang lebih fokus untuk “menonjolkan diri” daripada untuk bekerja sama atau mendukung rekan-rekannya.
Fenomena ini semakin diperburuk oleh media sosial, yang seringkali menampilkan kehidupan seseorang dalam bentuk yang sangat disaring dan terkadang berlebihan. Dalam konteks ini, pencapaian pribadi sering kali dipamerkan untuk mendapatkan pengakuan atau perhatian dari orang lain.
Akibatnya, individu menjadi terobsesi dengan kesuksesan mereka sendiri dan kehilangan kepekaan terhadap perasaan atau kesulitan orang lain. Dalam bukunya The Social Animal (2005), psikolog Elliot Aronson menjelaskan bagaimana budaya individualisme dan konsumisme dapat merusak rasa empati, menciptakan masyarakat yang lebih terfokus pada diri sendiri daripada hubungan sosial yang sehat.
Selain itu, kecanggihan teknologi yang memungkinkan komunikasi instan melalui berbagai aplikasi juga dapat membuat hubungan menjadi lebih dangkal. Banyak orang menghabiskan waktu mereka berinteraksi melalui pesan teks atau media sosial, yang sering kali kurang memungkinkan untuk membaca isyarat emosional atau mendalami perasaan orang lain. Interaksi sosial semacam ini kurang mampu menggugah empati karena tidak melibatkan interaksi tatap muka yang lebih mendalam.
Empati Sebagai Fondasi Keharmonisan Sosial
Empati adalah kunci untuk menciptakan hubungan yang sehat, baik dalam keluarga, pekerjaan, maupun masyarakat luas. Dalam konteks hubungan interpersonal, empati memungkinkan individu untuk lebih memahami kebutuhan dan perasaan orang lain.
Dengan empati, seseorang tidak hanya mengerti apa yang dirasakan orang lain, tetapi juga bisa berusaha untuk memberikan dukungan yang sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh orang tersebut. Dalam dunia kerja, misalnya, empati dapat meningkatkan produktivitas tim. Anggota tim yang saling mendukung satu sama lain cenderung lebih efektif dan kreatif karena mereka merasa dihargai dan dipahami, bukan hanya dihitung berdasarkan hasil kerja mereka.
Empati juga berfungsi untuk membangun kepercayaan. Dalam masyarakat yang beragam, empati memungkinkan individu untuk lebih memahami perbedaan dan mengurangi potensi konflik. Menurut peneliti dan penulis The Empathy Effect (2013), Helen Riess, empati adalah keterampilan yang dapat mengurangi prasangka, memperkuat toleransi, dan membangun jembatan antara kelompok-kelompok yang berbeda. Dengan berusaha memahami orang lain, individu lebih mampu menghargai perbedaan budaya, ras, dan pandangan hidup, yang sangat penting dalam dunia yang semakin global.
Empati dalam Perspektif Islam
Ajaran Islam dengan jelas menekankan pentingnya empati dan saling membantu sesama. Al-Qur’an sebagai kitab petunjuk hidup bagi umat Islam memberikan banyak contoh tentang bagaimana seharusnya umat manusia saling peduli dan memahami satu sama lain. Salah satu ayat yang menggambarkan pentingnya empati adalah:
وَإِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara dua saudaramu yang berselisih, dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat.” (QS. Al-Hujurat: 10)
Ayat ini menekankan pentingnya persaudaraan dan perdamaian dalam Islam, yang hanya dapat terwujud melalui empati dan pemahaman terhadap perasaan orang lain. Perintah untuk memperbaiki hubungan antar sesama adalah wujud nyata dari bagaimana empati harus diutamakan dalam kehidupan sosial.
Selain itu, Rasulullah SAW juga sangat menekankan pentingnya empati dalam hubungan antar sesama. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim, Rasulullah SAW bersabda:
مثل المؤمنين في توادهم وتراحمهم وتعاطفهم مثل الجسد إذا اشتكى منه عضو تداعى له سائر الجسد بالحمى والسهر
Artinya: “Perumpamaan orang-orang beriman dalam saling mencintai, saling menyayangi, dan saling berempati adalah seperti satu tubuh. Jika salah satu anggota tubuhnya sakit, maka seluruh tubuh akan merasakan demam dan tidak dapat tidur.” (Hadis riwayat al-Bukhari dan Muslim)
Hadis ini menggambarkan betapa eratnya hubungan antar sesama umat Islam, di mana setiap individu diharapkan untuk merasakan penderitaan orang lain sebagai penderitaan diri mereka sendiri. Empati yang diajarkan oleh Rasulullah SAW bukan hanya sebatas simpati, tetapi juga tindakan konkret untuk membantu orang lain.
Cara Menumbuhkan Empati dalam Kehidupan Sehari-hari
Menumbuhkan empati memang tidak mudah, tetapi hal itu sangat mungkin dilakukan dengan latihan dan kesadaran diri. Berikut beberapa cara untuk meningkatkan empati dalam kehidupan sehari-hari:
1. Latih Diri untuk Mendengarkan Secara Aktif
Mendengarkan adalah langkah pertama untuk memahami orang lain. Tanpa mendengarkan dengan penuh perhatian, akan sulit untuk merasakan apa yang orang lain rasakan. Latihlah diri untuk benar-benar mendengar, tanpa menginterupsi atau terburu-buru memberikan pendapat.
2. Kurangi Ketergantungan pada Gadget dan Media Sosial
Mengurangi waktu yang dihabiskan untuk gadget dan media sosial dapat membantu menciptakan kesempatan untuk berinteraksi langsung dengan orang lain. Interaksi tatap muka seringkali lebih efektif dalam menciptakan empati karena kita bisa membaca ekspresi wajah, bahasa tubuh, dan nada suara.
3. Latih Empati dengan Orang Terdekat
Mulailah dari keluarga dan teman-teman dekat. Dengarkan mereka, pahami perasaan mereka, dan cobalah untuk melihat dunia dari sudut pandang mereka. Ini akan membantu memperkuat ikatan emosional dan meningkatkan pemahaman satu sama lain.
4. Ikut Serta dalam Kegiatan Sosial
Berpartisipasi dalam kegiatan sosial atau kegiatan amal dapat membuka perspektif baru dan meningkatkan rasa empati terhadap orang yang berbeda latar belakang atau kondisi hidupnya. Kegiatan ini membantu seseorang untuk lebih menyadari kesulitan orang lain dan memberikan kontribusi positif dalam kehidupan mereka.
5. Menghargai Perbedaan
Perbedaan adalah bagian dari kehidupan yang harus dihargai. Dengan menerima perbedaan sebagai hal yang wajar, seseorang dapat lebih mudah berempati terhadap orang lain dan menciptakan kehidupan sosial yang lebih harmonis.
Kesimpulan
Empati merupakan elemen penting dalam menciptakan hubungan sosial yang harmonis dan lingkungan yang saling mendukung. Dalam masyarakat modern yang semakin individualistis, penting untuk mengembangkan empati guna menghindari kesalahpahaman dan ketegangan.
Dalam Islam, empati ditegaskan melalui ajaran Al-Qur’an dan hadis, yang mendorong umat untuk saling memahami dan membantu sesama. Untuk menumbuhkan empati, kita perlu melatih diri untuk mendengarkan dengan penuh perhatian, menghargai perbedaan, dan terlibat dalam kegiatan sosial. Dengan demikian, empati menjadi fondasi yang kokoh untuk memperbaiki hubungan sosial dan menciptakan kehidupan yang lebih harmonis. Wallahua’lam.
Aisyiatul Rahmi Lubis (Mahasiswi TBI UIN Syekh Ali Hasan Ahmad Addary Padangsidimpuan)