Qira’at Al-Qur’an: Latar Belakang dan Bentuk Perbedaannya
TATSQIF ONLINE – Al-Qur’an adalah kitab suci yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW sebagai pedoman hidup bagi seluruh umat manusia. Sebagai mukjizat terbesar dalam Islam, Al-Qur’an memiliki keistimewaan yang tidak dimiliki oleh kitab-kitab lainnya, termasuk dari segi keindahan bahasa, kandungan hukum, serta berbagai bentuk bacaan atau qira’at yang diwariskan sejak masa Rasulullah SAW.
Ilmu qira’at merupakan bidang kajian dalam ilmu Al-Qur’an yang membahas tentang berbagai cara membaca ayat-ayat Al-Qur’an yang telah diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW kepada para sahabatnya. Perbedaan dalam qira’at ini bukan sekadar variasi bacaan, tetapi juga mencerminkan fleksibilitas dan keindahan dalam pelafalan Al-Qur’an sesuai dengan ragam dialek Arab pada masa itu.
Latar Belakang Qira’at
Secara etimologi, qira’at berasal dari kata “qara’a” yang berarti membaca. Dalam konteks ilmu Al-Qur’an, qira’at mengacu pada cara membaca ayat-ayat Al-Qur’an yang memiliki perbedaan dalam aspek fonetik, gramatikal, dan stilistika, tetapi tetap dalam koridor mutawatir yang bersumber dari Nabi Muhammad SAW.
Perbedaan dalam qira’at bukanlah suatu bentuk perubahan dalam teks Al-Qur’an, melainkan bagian dari keistimewaan yang diberikan oleh Allah SWT sebagai bentuk kemudahan bagi umat Islam dari berbagai suku dan bangsa dalam membaca Al-Qur’an. Hal ini selaras dengan hadis yang menyebutkan bahwa Al-Qur’an diturunkan dalam tujuh huruf (ahruf sab’ah) yang memudahkan umat Islam dalam membacanya, sebagaimana disebutkan dalam kitab Al-Nashr karya Imam Ibn al-Jazari.
Sejarah Perkembangan Qira’at
Ilmu qira’at telah berkembang sejak zaman Rasulullah SAW hingga menjadi disiplin ilmu tersendiri yang dikodifikasi oleh para ulama. Berikut adalah tahapan perkembangan qira’at dalam sejarah Islam:
1. Masa Nabi Muhammad SAW
Nabi Muhammad SAW menerima wahyu dalam berbagai dialek Arab untuk memudahkan umat dalam membaca dan menghafal Al-Qur’an. Rasulullah sendiri membacakan ayat-ayat Al-Qur’an kepada para sahabat dengan berbagai variasi qira’at sesuai dengan wahyu yang diturunkan kepadanya. Hal ini dijelaskan dalam kitab Kitab al-Taysir karya Imam Ibn al-Jazari.
2. Masa Khulafaur Rasyidin
Pada masa pemerintahan Khalifah Utsman bin Affan, dilakukan standarisasi mushaf untuk menghindari perbedaan ekstrem dalam bacaan Al-Qur’an yang berpotensi menimbulkan perpecahan. Mushaf standar yang dikenal sebagai Mushaf Utsmani kemudian dijadikan rujukan utama dalam pembacaan Al-Qur’an, sebagaimana disebutkan dalam Kitab al-Qira’at karya Imam Ibn al-Jazari.
3. Masa Tabi’in dan Kodifikasi Qira’at
Pada masa tabi’in, banyak ulama yang mulai mengajarkan berbagai macam qira’at yang mereka terima dari sahabat Nabi. Kemudian, pada abad ke-3 Hijriyah, para ulama mulai membukukan qira’at dalam berbagai kitab, seperti Kitab al-Muqni’ karya Imam Ibn al-Jazari yang menjadi rujukan utama dalam bidang ini.
Bentuk-Bentuk Perbedaan Qira’at
Perbedaan dalam qira’at tidak mengubah makna dasar dari ayat-ayat Al-Qur’an, tetapi lebih kepada variasi dalam pelafalan. Perbedaan tersebut dapat dikategorikan sebagai berikut:
1. Perbedaan dalam Harakat
Harakat adalah tanda baca dalam bahasa Arab yang menentukan cara pengucapan kata. Dalam ilmu qira’at, terdapat beberapa variasi dalam penempatan harakat yang menyebabkan perbedaan dalam bacaan. Misalnya, dalam qira’at Hafsh, kata مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ dibaca dengan “Maaliki”, sementara dalam qira’at Warsh dibaca dengan “Maliki” tanpa alif.
2. Perbedaan dalam Sukun
Sukun adalah tanda yang menunjukkan bahwa suatu huruf tidak memiliki harakat (vokal). Dalam beberapa qira’at, terdapat perbedaan dalam penempatan sukun. Misalnya, dalam qira’at Hafsh, kata يُؤْمِنُونَ dibaca dengan vokalisasi penuh, sedangkan dalam qira’at lainnya, ada yang membacanya dengan sukun pada huruf tertentu.
3. Perbedaan dalam Madd (Panjangan Huruf)
Madd adalah perpanjangan suara pada huruf-huruf tertentu dalam Al-Qur’an. Beberapa qira’at memiliki perbedaan dalam panjang bacaan madd. Misalnya, dalam qira’at Hafsh, madd dalam ayat-ayat tertentu lebih panjang dibandingkan qira’at lainnya.
4. Perbedaan dalam Iqlab dan Idgham
Iqlab adalah perubahan bunyi huruf tertentu menjadi bunyi lain, sementara idgham adalah peleburan dua huruf yang bertemu dalam satu kata atau antar kata. Perbedaan dalam qira’at juga mencakup variasi dalam penerapan aturan ini.
Klasifikasi Qira’at
Berdasarkan sanad dan periwayatannya, qira’at dibagi menjadi beberapa kategori:
1. Qira’at Mutawatir
Qira’at yang memiliki rantai sanad yang sangat kuat dan diriwayatkan oleh banyak perawi, seperti qira’at yang berasal dari Imam Nafi’, Ibn Kathir, Abu Amr, Ibn Amir, Asim, Hamzah, dan Al-Kisa’i.
2. Qira’at Mashhur
Qira’at yang sanadnya sahih tetapi jumlah perawinya tidak sebanyak qira’at mutawatir.
3. Qira’at Ahad
Qira’at yang diriwayatkan oleh sedikit perawi dan tidak memenuhi syarat mutawatir, tetapi masih dianggap sah dalam pembacaan Al-Qur’an.
Sumber-Sumber Qira’at
Qira’at yang dikenal dalam Islam bersumber dari beberapa rujukan utama, yaitu:
1. Rasulullah SAW
Nabi Muhammad SAW adalah sumber utama qira’at karena beliaulah yang menerima wahyu langsung dari Allah SWT.
2. Para Sahabat Nabi
Para sahabat seperti Ubay bin Ka’ab, Abdullah bin Mas’ud, dan Zaid bin Tsabit berperan besar dalam menyebarkan qira’at kepada generasi berikutnya.
3. Tabi’in dan Ulama Qira’at
Generasi tabi’in seperti Nafi’ al-Madani dan Ibn Kathir al-Makki meneruskan tradisi qira’at dan mengajarkan berbagai bentuk bacaan kepada murid-muridnya.
4. Kitab-Kitab Ulama Qira’at
Beberapa kitab yang menjadi rujukan utama dalam ilmu qira’at antara lain Kitab al-Qira’at karya Imam Ibn al-Jazari, Kitab al-Taysir, dan Kitab al-Muqni’.
Kesimpulan
Qira’at merupakan ilmu yang sangat penting dalam memahami Al-Qur’an secara lebih mendalam. Perbedaan qira’at bukanlah bentuk perubahan dalam Al-Qur’an, melainkan bagian dari keistimewaan yang memudahkan umat Islam dalam membaca dan menghafalnya. Dengan memahami sejarah, bentuk-bentuk perbedaan, serta sumber-sumber qira’at, kita dapat lebih menghargai kekayaan khazanah ilmu Al-Qur’an yang diwariskan oleh para ulama terdahulu. Wallahua’lam.
Sulaiman Akbar Lubis (Mahasiswa Prodi PAI UIN Syekh Ali Hasan Ahmad Addary Padangsidimpuan)
Apa yang dilakukan sahabat nabi untuk menjaga qira’at?
Bagaimana cara membedakan qira’at mutawatir dengan qira’at masyuhurah?
Mengapa terdapat berbagai macam qira’at dalam Al Qur’an?
apa saja contoh-contoh perkembangan Qira’at
Apa hubungan antara ilmu Qiroa’at dengan pemahaman Al-Qur’an?