Hakikat Surga dan Neraka dalam Pandangan Ilmu Tauhid, Simak
TATSQIF ONLINE – Keimanan kepada hari akhir merupakan salah satu dari rukun iman yang enam. Di dalamnya mencakup keyakinan terhadap kehidupan setelah kematian, termasuk adanya surga dan neraka. Dalam perspektif ilmu tauhid, keberadaan surga dan neraka adalah bagian dari hal-hal gaib yang wajib diyakini secara mutlak berdasarkan nash Al-Qur’an dan as-Sunnah yang shahih.
Imam Abu Ja’far ath-Thahawi menegaskan dalam al-‘Aqidah ath-Thahawiyyah bahwa iman kepada surga dan neraka merupakan bagian dari akidah Ahlussunnah wal Jama’ah yang tidak boleh ditakwilkan secara simbolik. Keyakinan ini tidak sekadar aspek informatif, melainkan berdampak besar terhadap perilaku dan orientasi hidup manusia.
Kehidupan Setelah Kematian
Kehidupan dunia ini hanyalah fase sementara yang akan berakhir dengan datangnya kematian. Setelah itu, manusia akan memasuki alam barzakh, lalu dilanjutkan dengan hari kebangkitan (yaumul ba’ats), pengumpulan di padang mahsyar (yaumul mahsyar), perhitungan amal (yaumul hisab), hingga penentuan tempat abadi, apakah di surga atau neraka.
Allah Ta’ala berfirman dalam Alquran Surah Ali ‘Imran ayat 185:
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِۗ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُوْرَكُمْ يَوْمَ الْقِيٰمَةِۗ
Artinya: Tiap-tiap yang bernyawa akan merasakan mati, dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah diberikan dengan sempurna balasanmu
Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di dalam Taisir al-Karim ar-Rahman menjelaskan bahwa kematian bukan akhir dari eksistensi manusia, melainkan gerbang menuju kehidupan yang hakiki, yang kekal dan tak bertepi.
BACA JUGA: Surga dan Neraka dalam Islam: Simak Makna, Nama, dan Isinya
An-Naar (Neraka)
An-Naar adalah tempat abadi bagi orang-orang kafir dan para pelaku dosa besar yang tidak sempat bertaubat. Ia penuh dengan siksa yang pedih, panas membakar, dan kesengsaraan tiada tara. Panas api neraka 70 kali lipat lebih panas dari api dunia sebagaimana disebutkan dalam hadits shahih riwayat al-Bukhari dan Muslim.
Allah berfirman dalam surah Al-Baqarah ayat 39:
وَالَّذِيْنَ كَفَرُوْا وَكَذَّبُوْا بِاٰيٰتِنَآ اُولٰۤىِٕكَ اَصْحٰبُ النَّارِۚ هُمْ فِيْهَا خٰلِدُوْنَ
Artinya: Dan orang-orang yang kafir serta mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itu penghuni neraka. Mereka kekal di dalamnya.
Imam Ibn Qudamah dalam Lum’atul I’tiqad menjelaskan bahwa neraka memiliki tujuh pintu, masing-masing ditujukan untuk golongan tertentu dari para pelaku kejahatan:
- Jahannam – untuk orang kafir dan keluarga Fir’aun (Al-‘Ankabut ayat 68)
- Jahiim – untuk orang musyrik (Ad-Dukhan ayat 56)
- Hawiyah – untuk orang munafiq (Al-Qari’ah ayat 9-11)
- Wail – untuk orang yang curang dalam takaran (Al-Muthaffifin ayat 1)
- Sa’ir – untuk orang Nasrani (Al-Mulk ayat 5)
- Huthamah – untuk orang Yahudi (Al-Humazah ayat 5-6)
- Saqar – untuk pelaku dosa besar dari umat Muhammad yang tidak bertaubat (Al-Muddatsir ayat 42-43)
Dalam Bada’i’ az-Zuhud karya Ibn al-Jawzi disebutkan bahwa setiap pintu neraka memiliki kedalaman yang sangat jauh dan panas yang berbeda-beda, sesuai tingkatan dosa para penghuninya.
Rasulullah ﷺ bersabda dalam hadits shahih:
أُوقِد على النَّارِ ألفَ سنةٍ حتَّى احمرَّت ، ثمَّ أُوقِد عليها ألفَ سنةٍ حتَّى ابيضَّت ، ثمَّ أُوقِد عليها ألفَ سنةٍ حتَّى اسودَّت ، فهي سوداءُ كاللَّيلِ المُظلِمِ
Artinya: “Api (neraka) dinyalakan selama seribu tahun hingga menjadi merah, kemudian dinyalakan lagi selama seribu tahun hingga menjadi putih, lalu dinyalakan lagi selama seribu tahun hingga menjadi hitam, maka ia (neraka) kini berwarna hitam legam seperti malam yang gelap gulita.” (HR Bukhari dan Muslim).
Hadis ini menggambarkan neraka dengan api yang sangat dahsyat, berubah warna dari merah, putih, hingga hitam pekat selama ribuan tahun. Perubahan warna itu menunjukkan betapa panas dan mengerikannya siksaan neraka, sebagai peringatan agar manusia menjauhi dosa dan taat kepada Allah. Api neraka bukan api biasa, melainkan sangat menyiksa secara fisik dan spiritual. Hadis ini memberi peringatan kuat agar manusia lebih takut pada azab Allah dan berbuat baik.
Al-Jannah (Surga)
Jannah atau surga adalah balasan bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh. Allah menyediakannya sebagai tempat penuh kenikmatan yang tak terbayangkan oleh akal manusia. Surga diciptakan dengan luas seperti langit dan bumi, dan terdapat sungai-sungai yang mengalir di bawahnya.
Firman Allah dalam surah Muhammad ayat 15:
مَثَلُ الْجَنَّةِ الَّتِيْ وُعِدَ الْمُتَّقُوْنَۗ فِيْهَآ اَنْهٰرٌ مِّنْ مَّاۤءٍ غَيْرِ اٰسِنٍۚ
Artinya: Permisalan surga yang dijanjikan kepada orang bertakwa, di dalamnya terdapat sungai air yang tidak berubah baunya, susu yang tidak berubah rasanya, khamr yang lezat, dan madu yang jernih.
Surga memiliki delapan pintu sebagaimana disebutkan dalam al-Bidayah wan-Nihayah karya Ibnu Katsir:
- Pintu para nabi dan syuhada’
- Pintu ahli shalat yang menyempurnakan wudhu
- Pintu ahli zakat yang ikhlas
- Pintu para penyeru kebaikan dan pelarang kemunkaran
- Pintu orang yang menahan nafsu
- Pintu orang yang berhaji dan berumrah
- Pintu mujahidin
- Pintu orang yang bertakwa dan menyambung silaturrahim
Jenis-jenis surga disebutkan sebagai berikut:
- Darul Jalal dari permata putih
- Darus Salam dari yaqut merah
- Ma’wa dari jamrut hijau
- Khuldi dari marjan
- Na’im dari perak
- Firdaus dari emas
- ‘Adn dari intan putih
- Darul Qarar dari emas merah
Rasulullah ﷺ bersabda dalam hadits berikut:
عن معاوية بن حيدة : سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول : في الجنة بحر اللبن وبحر الماء وبحر العسل وبحر الخمر ثم تشقق الأنهار منها بعد .
Artinya: “Dari Mu’awiyah bin Haydah, ia berkata: ‘Aku mendengar Rasulullah ﷺ bersabda: Di surga terdapat lautan susu, lautan air, lautan madu, dan lautan khamr (arak). Kemudian dari lautan-lautan itu memancar sungai-sungai setelahnya.”‘ (HR Turmudzi).
Hadis ini menggambarkan bahwa kenikmatan di surga bersumber dari lautan-lembah yang luar biasa, dari mana mengalir sungai-sungai yang disebut dalam Al-Qur’an, seperti dalam Surah Muhammad ayat 15 di atas.
Kesimpulan
Keberadaan surga dan neraka merupakan bagian dari keimanan terhadap perkara gaib yang ditegaskan oleh wahyu. Keimanan terhadap keduanya akan membentuk kesadaran spiritual dalam bertindak, mengarahkan seseorang untuk lebih berhati-hati dalam kehidupan dunia. Karena sejatinya, dunia hanyalah persinggahan, sedangkan kehidupan yang kekal adalah kehidupan akhirat.
Sebagaimana disampaikan Imam al-Ajurri dalam as-Syari’ah, barangsiapa yang mengimani surga dan neraka dengan iman yang benar, maka ia akan berjalan di atas jalan keselamatan, takut kepada siksa, dan berharap pada rahmat Allah yang luas. Wallahua’lam.
Siti Khadijah Matondang (Mahasiswa Prodi HKI UIN Syekh Ali Hasan Ahmad Addary)

Berbicara soal neraka dan surga ataupun kehidupan setelah mati muncul rasa ingin tahu saya yaitu, dalam satu negara karena kebijakan pemerintah nya dan meminjam kan dana keluar negeri dan dana tersebut hanya untuk memperkaya dirinya sendiri ( korupsi) dan itu di klaim sebagai hutang negara, apakah hutang tersebut ikut di pertanggung jawab kan oleh masyarakat nya? kalau ada hadist nya mohon di jelaskan