Fi’il Madhi, Mudhari’, Amar: Simak Konsep dan Contoh Praktisnya
TATSQIF ONLINE – Bahasa Arab memiliki struktur gramatikal yang kaya dan mendalam, salah satunya adalah pembagian kata kerja (fi’il) berdasarkan waktu dan makna. Dalam tata bahasa Arab, fi’il terbagi menjadi tiga jenis utama, yaitu fi’il madhi (kata kerja lampau), fi’il mudhari’ (kata kerja sekarang atau akan datang), dan fi’il amar (kata perintah).
Fi’il Madhi: Kata Kerja Lampau
Fi’il madhi adalah kata kerja yang menunjukkan peristiwa atau tindakan yang telah selesai dilakukan di masa lalu. Kata kerja ini berbentuk tetap dan tidak mengalami perubahan karena waktu. Misalnya:
- كَتَبَ (kataba): “Dia telah menulis.”
- أَكَلَ (akala): “Dia telah makan.”
- قَرَأَ (qara’a): “Dia telah membaca.”
Contohnya dalam Surah Al-Mu’minun ayat 12:
وَلَقَدْ خَلَقْنَا الإِنسَانَ مِنْ سُلاَلَةٍ مِّن طِينٍ
Artinya: “Dan sungguh, Kami telah menciptakan manusia dari saripati tanah.”
Menurut Ibn Ajurrum dalam kitab Al-Ajurrumiyyah, fi’il madhi memiliki harakat tetap pada huruf terakhirnya, yaitu fathah, kecuali ada alasan tertentu seperti bertemu dengan kata lainnya yang memengaruhinya.
Fi’il Mudhari’: Kata Kerja Sekarang atau Akan Datang
Fi’il mudhari’ menunjukkan tindakan yang sedang berlangsung atau akan dilakukan di masa depan. Jenis ini lebih fleksibel karena dapat berubah sesuai konteks waktu dan aspek. Contoh penggunaan:
- يَكْتُبُ (yaktubu): “Dia sedang menulis atau akan menulis.”
- يَشْرَبُ (yasyrobu): “Dia sedang minum atau akan minum.”
- يَفْتَحُ (yaftahu): “Dia sedang membuka atau akan membuka.”
Fi’il mudhari’ memiliki tanda khusus di awal katanya, yaitu salah satu huruf ya, ta, alif, atau nun. Tanda ini disebut huruf mudhara’ah. Contohnya terlihat dalam Al-Qur’an surah Al-Fatihah ayat 5:
إِيَّاكَ نَعۡبُدُ وَإِيَّاكَ نَسۡتَعِينُ
Artinya: “Hanya kepada-Mu kami menyembah, dan hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan.”
Menurut Al-Jurjani dalam Dala’il Al-I’jaz, fi’il mudhari’ memiliki keistimewaan karena dapat diimbuhi dengan harfu nasb (huruf yang menjadikan kata kerja mudhari’ berharakat fathah) seperti an atau lan, maupun harfu jazm (huruf yang menjadikan kata kerja mudhari’ berharakat sukun) seperti lam atau lamma.
Fi’il Amar: Kata Perintah
Fi’il amar digunakan untuk memberikan perintah atau instruksi kepada orang lain. Bentuknya selalu menunjukkan makna waktu sekarang atau masa depan. Contoh penggunaan:
- اُكْتُبْ (uktub): “Tulislah!”
- اِقْرَأْ (iqra’): “Bacalah!”
- اِشْرَبْ (isyrab): “Minumlah!”
Fi’il amar selalu berbentuk jazm (berharakat sukun) pada huruf terakhirnya jika tidak bertemu dengan kata lain yang memengaruhinya. Fi’il amar sering ditemukan dalam Al-Qur’an, seperti dalam surah Al-Alaq ayat 1:
ٱقۡرَأۡ بِٱسۡمِ رَبِّكَ ٱلَّذِي خَلَقَ
Artinya: “Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan.”
Menurut Az-Zamakhsyari dalam Al-Kashshaaf, fi’il amar memiliki hubungan erat dengan fungsi komunikasi dalam teks, yakni menyampaikan pesan yang bersifat imperatif. Hal ini menunjukkan kepentingan peranannya dalam interaksi bahasa.
Contoh Penggunaan Ketiga Jenis Fi’il
Untuk memahami lebih lanjut, berikut tabel yang menunjukkan perbedaan bentuk fi’il madhi, mudhari’, dan amar:
Fi’il Madhi | Fi’il Mudhari’ | Fi’il Amar |
---|---|---|
كَتَبَ (Dia telah menulis) | يَكْتُبُ (Dia sedang menulis) | اُكْتُبْ (Tulislah!) |
قَرَأَ (Dia telah membaca) | يَقْرَأُ (Dia sedang membaca) | اِقْرَأْ (Bacalah!) |
فَتَحَ (Dia telah membuka) | يَفْتَحُ (Dia sedang membuka) | اِفْتَحْ (Bukalah!) |
Kesimpulan
Fi’il dalam bahasa Arab memainkan peran penting dalam menyampaikan waktu dan maksud dari tindakan. Fi’il madhi menggambarkan masa lalu, fi’il mudhari’ menjelaskan masa kini atau masa depan, dan fi’il amar berfungsi sebagai instruksi atau perintah. Ketiganya memiliki kaidah tersendiri yang harus dipahami untuk menguasai bahasa Arab.
Rujukan seperti Al-Ajurrumiyyah karya Ibn Ajurrum dan Al-Kashshaaf karya Az-Zamakhsyari memberikan wawasan mendalam tentang kaidah tata bahasa Arab. Memahami fi’il dengan baik akan mempermudah seseorang dalam membaca, memahami, dan menggunakan bahasa Arab secara efektif. Wallahua’lam.
Bagaimana cara membentuk fi’il madhi ke fi’il mudhori’ dan bagaimana cara membentuk fi’il mudhori’ ke fi’il Amar?
Bagaimana cara menentukan dhamir (subjek) dalam fi’il madhi?
Coba pemakalah berikan contoh dari fi’il” yg pemakalah paparkan tapi contohnya jgn dari makalah yg pemakalah buat!
Bagaimana Peran fi’il madhi dan mudhari, dalam memahami makna sebuah ayat atau teks dalam qira’atul quthb