Pemahaman Lengkap Tsulatsy Mujarrad dalam Ilmu Sharaf Arab
TATSQIF ONLINE – Ilmu sharaf merupakan salah satu cabang penting dalam kajian bahasa Arab yang berfokus pada perubahan bentuk kata (tashrīf) untuk memahami makna dan fungsi katanya dalam kalimat. Dalam ilmu ini, dikenal berbagai macam bentuk kata kerja (fi‘il), salah satunya adalah tsulatsy mujarrad. Tsulatsy mujarrad adalah fi‘il yang terdiri dari tiga huruf asli tanpa tambahan huruf lain. Bentuk ini menjadi dasar atau akar dari berbagai perubahan kata kerja dalam bahasa Arab.
Pemahaman terhadap tsulatsy mujarrad sangat penting karena menjadi fondasi utama dalam mengenali pola perubahan kata, baik dalam bentuk māḍī, mudhāri‘, amr, maupun derivasinya menjadi isim dan masdar. Dengan menguasai pola-pola dasar ini, pelajar bahasa Arab akan lebih mudah dalam memahami struktur dan makna kata secara tepat dalam berbagai konteks. Oleh karena itu, pembahasan mengenai tsulatsy mujarrad menjadi salah satu bahasan utama dalam pembelajaran ilmu sharaf.
Wazan Tsulatsy Mujarrad
Tsulatsy mujarrad memiliki enam bab (abwāb) dengan wazan yang berbeda-beda untuk setiap babnya. Setiap fi’il māḍī yang tersusun dari tiga huruf pasti akan masuk ke salah satu dari enam bab ini, di mana antara bab yang satu dengan yang lain memiliki perubahan bentuk yang spesifik. Keenam wazan tersebut adalah sebagai berikut:
| Bab | Fi’il Māḍī | Fi’il Mudhāri‘ | Keterangan |
|---|---|---|---|
| 1 | فَعَلَ | يَفْعُلُ | Contoh: نَصَرَ – يَنْصُرُ |
| 2 | فَعَلَ | يَفْعِلُ | Contoh: ضَرَبَ – يَضْرِبُ |
| 3 | فَعَلَ | يَفْعَلُ | Contoh: فَتَحَ – يَفْتَحُ |
| 4 | فَعِلَ | يَفْعَلُ | Contoh: شَرِبَ – يَشْرَبُ |
| 5 | فَعُلَ | يَفْعُلُ | Contoh: حَسُنَ – يَحْسُنُ |
| 6 | فَعِلَ | يَفْعِلُ | Contoh: حَسِبَ – يَحْسِبُ |
Perbandingan Wazan Tsulatsy Mujarrad
1. Fi’il Māḍī dan Mudhāri‘
Dalam setiap bab, yang menjadi fokus pembeda adalah harakat pada huruf ‘ain fi’il-nya. Sedangkan fa dan lām fi’il bersifat tetap (konstanta). Oleh karena itu, pendekatan logika sangat bermanfaat untuk menghafalnya.
Rumus pengingat yang bisa digunakan adalah:
AkU yAkIn hAnyA dIA untUkkU kInI
Vokal dari kata-kata ini mencerminkan harakat:
- a = fathah
- i = kasrah
- u = dhammah
Rumus ini membantu siswa untuk mengingat bahwa perbedaan hanya terjadi pada harakat huruf ‘ain, sedangkan struktur lainnya tetap.
2. Fi’il Masdar
Berbeda dengan fi’il māḍī dan mudhāri‘, bentuk masdar tidak selalu mengikuti kaidah qiyāsiy (bisa ditarik dengan logika), melainkan bersifat samā‘iy (berdasarkan pendengaran atau periwayatan dari penutur asli Arab). Artinya, bentuk masdar harus dihafalkan. Misalnya, dari fi’il عَلِمَ (telah mengetahui), bentuk masdarnya adalah عِلْمًا (pengetahuan), bukan أَعْلَمَ sebagaimana jika mengikuti logika wazan. Ini menandakan bahwa masdar tidak memiliki pola baku yang konsisten.
Penjelasan ini sejalan dengan penuturan Abu dan Ummu Razin dalam buku Ilmu NahwuSharaf untuk Pemula terbitan Pustaka Bisa yang menegaskan bahwa bentuk masdar tidak bisa dijadikan acuan qiyas, melainkan harus mengikuti bentuk yang diucapkan oleh masyarakat Arab sendiri.
3. Isim Fā‘il
Wazan untuk isim fā‘il bersifat seragam di seluruh bab tsulatsy mujarrad, yaitu mengikuti pola فَاعِل. Contohnya:
- كَتَبَ → كَاتِب
- قَتَلَ → قَاتِل
Terlepas dari bab mana fi’il itu berasal, bentuk isim fā‘il tetap mengikuti pola di atas.
4. Isim Maf‘ūl
Sama seperti isim fā‘il, isim maf‘ūl pun memiliki wazan yang tetap, yaitu مَفْعُول. Misalnya:
- كَتَبَ → مَكْتُوب
- نَظَرَ → مَنْظُور
Namun demikian, tidak semua fi’il memiliki bentuk maf‘ūl. Fi’il-fi’il yang bersifat lazim (tidak membutuhkan objek) umumnya tidak membentuk isim maf‘ūl, karena tidak sesuai secara makna. Akan tetapi, dalam proses pembelajaran, seluruh bentuk tetap diajarkan sebagai latihan memahami pola perubahan.
Sebagaimana dijelaskan dalam artikel Fi’il Tsulatsy Mujarrad oleh ArabicKeeper, semua fi’il pada Bab 5 tergolong fi’il lazim dan karena itu tidak menghasilkan maf‘ūl bih. Contohnya adalah fi’il حَسُنَ (bagus) yang secara makna lebih dekat ke kata sifat meskipun kedudukannya adalah fi’il.
Kesimpulan
Ilmu sharaf, khususnya kajian tentang tsulatsy mujarrad, merupakan landasan utama dalam memahami bentuk dan makna kata dalam bahasa Arab. Dengan mempelajari enam bab fi’il tsulatsy mujarrad, pelajar dapat menguasai transformasi kata dari bentuk dasar ke berbagai bentuk derivatif seperti fi’il mudhāri‘, masdar, isim fā‘il, dan isim maf‘ūl. Meski beberapa bentuk seperti masdar tidak dapat diprediksi secara qiyas, pendekatan sistematis dengan penggunaan rumus dan hafalan tetap sangat membantu dalam proses belajar. Pembelajaran sharaf tidak hanya memperkuat aspek gramatikal, tetapi juga mendukung pemahaman makna Al-Qur’an dan teks-teks klasik secara lebih akurat. Wallahua’lam.
Vahru Azkia Ahda Tanjung (Mahasiswa Prodi HKI UIN Syekh Ali Hasan Ahmad Addary)
