Tarim di Lembah Hadramaut: Kota Ilmu yang Penuh Berkah

TATSQIF ONLINE – Julukan “Kota Seribu Wali” untuk Tarim bukanlah sesuatu yang asing. Hal ini berkaitan erat dengan kekayaan ilmiah serta banyaknya ulama yang ada disana. Di dalam sejumlah bait syair, terdapat ungkapan pujian yang ditujukan kepada kota Tarim.

بلاد طاب مسكنها * مباركة لها رب رحيم

فلو نظرت فلسفة إليها * لقالوا جنة الدنيا تريم

Tempat yang penduduknya adalah orang baik * Diberkati oleh Tuhan yang pengasih 

Kalaulah seandainya para filosof melihatnya * Mereka akan berkata surga dunia adalah Tarim 

Pernyataan ini tidak sekadar imajinasi atau khayalan yang tidak berarti, karena jika dilihat dari aspek keramahan dan kelembutan hati penduduknya, syair tersebut sesuai dengan realitas yang ada.

Pujian terhadap kota Tarim terdapat dalam qasidah al-Habib Abdullah bin Husain Balfaqih;

إن تدخل تريم تعطى المنى والبشارة * يالمقدم وسادة تريم

Jika engkau memasuki kota Tarim engkau diberi harapan dan bisyarah * Wahai Muqaddam (Faqih Muqaddam) dan seluruh pembesar (ulama/auliya) Tarim

Kota ini telah melahirkan ribuan Wali. Sayyid as-Saggaf menyampaikan bahwa di Pemakaman Zanbal, Furaith, dan Akdar terdapat 10.000 jasad wali beserta 80 wali qutub (puncak derajat kewalian/pemimpin para wali) yang terkubur di sana.

Jumlah yang besar dari para ulama dan cendekiawan di Tarim menunjukkan bahwa tempat ini merupakan pusat keilmuan, sebagaimana telah dibahas sebelumnya. Pengaruh besar mereka dalam dunia Islam, serta karya-karya buku dan pemikiran yang mereka wariskan, masih tetap terjaga hingga saat ini.

Banyak ulama yang merujuk pada kitab-kitab yang ditulis oleh ulama Hadramaut, seperti contohnya kitab Bughyatul Mustarsyidin karya Habib Abdurrahman al-Masyhur, dan kitab Al-Yaqut An Nafis karya Habib Ahmad bin Umar Asy-Syatiri. Karya-karya ulama Hadramaut yang mendunia, telah menjadi bahan pembelajaran dan rujukan oleh banyak kalangan.

BACA JUGA: Bayi Tabung dalam Dinamika Hukum Islam, Begini Penjelasannya

Ma’had dan Instansi Pendidikan di Hadramaut

Tarim, yang merupakan bagian dari provinsi Hadramaut sebagai kota ilmu dan tempat dilahirkannya para ulama, tentu memiliki beberapa instansi yang menyokong berkembangnya pendidikan dan khazanah keilmuan. Disini akan dipaparkan sebagian dari instansi pendidikan di Hadramaut yang masih eksis sampai sekarang;

Ribath Tarim

Instansi pendidikan ini didirikan pada abad ke-14 Hijriah, yaitu pada tahun 1304 H. Beberapa pendiriannya termasuk as-Sayyid Abdul Qadir bin Ahmad al-Haddad, seorang tokoh yang dikenal dengan kewibawaan tinggi dan pemikiran yang luas.

Beliau sering disebut dengan gelar “الغصن الرطيب” (al-Ghasnu ar-Rathib), yang berarti dahan besar yang menyejukkan. Ikut serta dalam pembangunan Ribath ini juga ada as-Sayyid Ahmad bin Saggaf al-Junaid, sayyid Muhammad bin Salim as-Sarii, dan Syekh Muhammad bin Umar ‘Arfan.

Ribath ini terus memberikan kontribusi besar dalam bidang pendidikan sejak didirikan hingga saat ini. Manfaatnya dapat dirasakan oleh masyarakat umum dan para penuntut ilmu.

Instansi ini telah melahirkan banyak ulama dan tokoh agama, antara lain sayyid Ahmad bin Umar asy-Syatiri, Habib Muhammad al-Haddar, Habib Abdullah bin Mahfudz al-Haddad, dan masih banyak ulama lainnya yang karya-karyanya telah dikenal secara internasional, dan sering dijadikan sebagai materi dalam kurikulum beberapa institusi.

Madrasah Abi Murayyam

Abi Murayyam adalah seorang Sayyid, yakni Muhammad bin Umar bin Muhammad bin Ahmad bin al-Faqih al-Muqaddam, yang meninggal pada tahun 822 Hijriah setelah menyelesaikan pengkhataman Al-Qur’an bagi 800 orang di bawah bimbingannya. Prestasi ini menunjukkan keunggulan dan dedikasi Madrasah Abi Murayyam dalam penyebaran dan pemahaman Al-Qur’an di kalangan siswa dan masyarakat pada masa itu.

Madrasah Abi Murayyam sendiri lebih dikenal dengan sebutan Mi’lamah Abi Murayyam, sebuah lembaga pendidikan yang diakui di lingkungan keilmuan Islam. Sebutan Mi’lamah merupakan istilah Arab, yang merujuk pada tempat pembelajaran atau lembaga pendidikan. Nama Abi Murayyam merujuk pada tokoh penting di madrasah tersebut, yakni Sayyid Muhammad bin Umar bin Muhammad bin Ahmad bin al-Faqih al-Muqaddam.

Jami’ah al-Ahgaff (Universitas Al-Ahgaff)

Institusi pendidikan yang memiliki dasar universitas ini didirikan atau ditetapkan (ta’sis) oleh al-Habib Abdullah bin Mahfudz Alhaddad dan as-Sayyid al-Habib Abdullah bin Muhammad Baharun. Universitas ini berdiri pada tahun 1995 dan memiliki pusat di kota Mukalla. Salah satu fakultasnya, yaitu Fakultas Syariah dan Qonun, dikembangkan dan ditempatkan di kota Tarim.

Mahasiswa yang belajar di fakultas ini mendapatkan bimbingan khusus langsung dari para ahli, seperti Syekh Muhammad bin Ali Ba ‘Udhan dan Syekh Muhammad bin Ali al-Khatib, kedua-duanya merupakan grand syekh dan grand mufti Tarim. Selain itu, terdapat juga bimbingan dari Dr. Musthafa bin Hamid bin Smith, penulis ringkasan masalah tuhfah, dan Prof. Muhammad Abdul Qadir Al-Aydarus, seorang pakar ilmu bahasa.

Dar Al-Musthafa 

Lembaga pendidikan yang terkenal karena menghasilkan para orator handal dan da’i ulung ini didirikan oleh Sayyid al-Habib Ali Masyhur bin Muhammad bin Salim bin Hafidz dan Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafidz. Lembaga ini didirikan pada tahun 1410 H, dan upacara peresmiannya pertama kali dilakukan pada tanggal 29 Dzulhijjah 1411 H.

Ma’had ini menjadi tempat belajar bagi banyak santri dari berbagai negara, termasuk Indonesia, Malaysia, Thailand, Afrika, bahkan ada yang berasal dari negara-negara Eropa seperti Inggris dan lainnya. Keistimewaan dari ma’had ini tidak hanya terletak pada pendidikan ilmu agama yang berkualitas, tetapi juga pada tradisi membaca maulid setiap malam Jumat.

Tradisi ini memberikan kesempatan kepada beberapa orang untuk berbicara dan membagikan pengetahuannya tentang Islam atau memberikan motivasi terkait pembelajaran agama Islam.

Wallahu A’lam
Oleh Muhammad Hafiz Sunny Batubara (Mahasiswa Universitas Al-Ahgaff, Yaman)