Al-Qur'an & Hadis

Sejarah Hafalan dan Penulisan Al-Qur’an di Masa Nabi Muhammad

TATSQIF ONLINE – Al-Qur’an merupakan kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai pedoman hidup umat manusia. Keautentikan dan keasliannya bukan hanya diimani, tetapi juga terbukti melalui sejarah yang jelas tentang bagaimana wahyu dipelihara sejak masa turunnya.

Pada masa Nabi Muhammad SAW, pemeliharaan Al-Qur’an dilakukan secara sistematis melalui dua metode utama: hafalan (tahfidz) dan penulisan (kitabah). Kedua metode ini menjadi dasar kuat yang memastikan Al-Qur’an tetap terjaga keasliannya hingga kini.

Latar Belakang Turunnya Al-Qur’an

Wahyu pertama turun di Gua Hira kepada Nabi Muhammad SAW dalam usia 40 tahun, melalui Malaikat Jibril. Firman Allah dalam Alquran Surah Al-‘Alaq ayat 1–2 berbunyi:

اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ (١) خَلَقَ الْإِنسَانَ مِنْ عَلَقٍ (٢)

Artinya: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.”

Turunnya Al-Qur’an berlangsung selama 23 tahun, secara bertahap, merespons dinamika sosial dan spiritual umat Islam kala itu. Karena masyarakat Arab memiliki tradisi lisan yang kuat, hafalan menjadi metode utama dalam menjaga wahyu, selain tulisan.

Penghafalan Al-Qur’an (Tahfidz) pada Masa Nabi

a. Tradisi Lisan yang Mendukung

Tradisi lisan sangat dominan dalam budaya Arab pra-Islam. Syair-syair, nasab, dan sejarah disampaikan dan dilestarikan melalui hafalan. Kemampuan ini menjadi sarana yang efektif dalam menjaga Al-Qur’an. Nabi Muhammad SAW adalah orang pertama yang menghafal wahyu, kemudian beliau menyampaikannya kepada para sahabat untuk dihafal.

b. Para Penghafal Al-Qur’an

Beberapa sahabat terkenal sebagai huffaz, yakni penghafal Al-Qur’an. Di antaranya:

  • Abu Bakar Ash-Shiddiq
  • Umar bin Khattab
  • Utsman bin Affan
  • Ali bin Abi Thalib
  • Abdullah bin Mas’ud
  • Ubay bin Ka‘ab
  • Zaid bin Tsabit

Mereka tidak hanya menghafal ayat, tapi juga memahami kandungan maknanya dan mengajarkannya kembali kepada generasi setelahnya.

c. Revisi Langsung oleh Nabi SAW

Setiap kali wahyu turun, Nabi Muhammad SAW langsung menyampaikannya, kemudian membacanya dalam salat dan majelis ilmu. Dalam bulan Ramadan, Nabi melakukan mudarasah (pengulangan Al-Qur’an) bersama Malaikat Jibril. Dalam riwayat disebutkan:

كانَ جِبْرِيلُ يُعَارِضُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ القُرْآنَ كُلَّ سَنَةٍ مَرَّةً، وَعَارَضَهُ مَرَّتَيْنِ فِي السَّنَةِ الَّتِي قُبِضَ فِيهَا

Artinya: “Jibril biasa mendatangi Nabi SAW setiap tahun untuk mengulangi hafalan Al-Qur’an bersamanya sekali dalam setahun. Namun pada tahun wafatnya, beliau mengulanginya dua kali.” (HR. Bukhari, no. 4998)

Hal ini menunjukkan perhatian Nabi terhadap akurasi bacaan dan hafalan Al-Qur’an.

Penulisan Wahyu (Kitabah) oleh Para Sahabat

a. Media Penulisan

Karena kertas belum lazim digunakan, sahabat menulis wahyu pada media sederhana seperti:

  • Lembaran kulit (raqq)
  • Pelepah kurma
  • Batu tipis (luh)
  • Tulang belikat
  • Potongan kayu

Meski sederhana, penulisan dilakukan secara teliti di bawah arahan langsung Nabi SAW.

b. Penulis Wahyu

Beberapa sahabat ditunjuk secara khusus untuk menulis wahyu, di antaranya:

  • Zaid bin Tsabit
  • Ali bin Abi Thalib
  • Ubay bin Ka‘ab
  • Mu‘awiyah bin Abi Sufyan
  • Khalid bin Walid
  • Aban bin Sa‘id

Zaid bin Tsabit bahkan memiliki peran besar dalam proses penghimpunan mushaf pada masa Abu Bakar dan Utsman. Ketika wahyu turun, Nabi akan memanggil penulis wahyu dan menunjukkan penempatan ayat dalam surat tertentu.

Dalam Al-Qur’an Surah ‘Abasa ayat 11–14, Allah SWT menegaskan peran tulisan:

كَلَّا إِنَّهَا تَذْكِرَةٌ ۝ فَمَن شَاءَ ذَكَرَهُ ۝ فِي صُحُفٍ مُّكَرَّمَةٍ ۝ مَّرْفُوعَةٍ مُّطَهَّرَةٍ

Artinya: “Sekali-kali tidak! Sesungguhnya (Al-Qur’an) itu adalah peringatan, maka siapa yang menghendaki akan mengingatnya, di dalam lembaran-lembaran yang dimuliakan, ditinggikan lagi disucikan.”

c. Verifikasi Ayat

Nabi tidak hanya menyampaikan ayat secara lisan, tetapi juga memverifikasi penulisan ayat dengan menunjukkan tempatnya dalam surah. Sahabat juga mencocokkan hafalan mereka satu sama lain. Mekanisme ini merupakan bentuk awal dari kontrol mutawatir.

Hikmah dari Sistem Pemeliharaan Ini

Metode gabungan antara hafalan dan penulisan memperkuat keabsahan dan kelestarian Al-Qur’an. Hal ini sangat berbeda dari kitab-kitab terdahulu yang mengalami perubahan karena keterbatasan sistem pemeliharaan. Allah SWT berfirman dalam Alquran Surah Al-Hijr ayat 9:

إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ

Artinya: “Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Qur’an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.”

Firman ini menjadi bukti bahwa sistem pemeliharaan Al-Qur’an adalah bentuk penjagaan ilahi, yang difasilitasi melalui usaha manusiawi yang teliti dan masif.

Penutup

Pemeliharaan Al-Qur’an pada masa Nabi Muhammad SAW adalah fondasi utama dari keautentikan mushaf yang kita baca hari ini. Melalui hafalan ribuan sahabat dan penulisan sistematis, Al-Qur’an terjaga dari segala bentuk perubahan dan penyelewengan.

Semangat menjaga Al-Qur’an ini menjadi warisan agung yang patut diteruskan oleh generasi Muslim hari ini, baik melalui tahfidz maupun tadabbur. Kesungguhan Nabi dan para sahabat dalam memelihara wahyu adalah teladan tentang bagaimana umat Islam harus bersikap terhadap kitab sucinya: menjadikannya pusat kehidupan, sumber hukum, dan cahaya petunjuk sepanjang masa. Wallahua’lam.

Risdayani Siregar (Mahasiswa Prodi PGMI UIN Syekh Ali Hasan Ahmad Addary)

Tatsqif Media Dakwah & Kajian Islam

Tatsqif hadir sebagai platform edukasi digital yang dirintis oleh Team Tatsqif sejak 5 Januari 2024. Kami mengajak Anda untuk menjelajahi dunia dakwah, ilmu pengetahuan, dan wawasan keislaman melalui website kami. Bergabunglah bersama kami dan jadilah bagian dari kontributor syi'ar Islam.

8 komentar pada “Sejarah Hafalan dan Penulisan Al-Qur’an di Masa Nabi Muhammad

  • Nikmah Atika Hutasuhut

    Mengapa metode hafalan menjadi metode utama dalam pemeliharaan alqur’an pada masa nabi, dan apa kelebihannya dibanding metode tulisan saat itu?

    Balas
  • Riskiani siregar

    Mengapa penulisan Al-Qur’an belum dibukukan secara lengkap pada masa Nabi Muhammad SAW?

    Balas
  • Anita rahmayani

    Apa tantangan utama dalam pemeliharaan Al-Qur’an sepanjang sejarah islam?

    Balas
  • Neyna Mahfuzi

    Mengapa Rasulullah saw pengumpulan Al Quran lebih dominan dihafal daripada ditulis?

    Balas
  • Diah Hafmita Syahadah Siregar

    Bagaimana cara nabi Muhammad mengajarkan alquran kepada para sahabat nya?

    Balas
  • Mardia annisah

    Bagaimana nabi muhammad saw memastikan keaslian dan kesahihan al-quran yg ditulis oleh para sahabat?

    Balas
  • Nela Angraini

    Bagaimana peran Nabi SAW dalam mengawasi dan memastikan keakuratan hafalan Al-Qur’an para sahabat?

    Balas

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *