Al-Qur'an & HadisAqidah & Akhlak

Menguak Hikmah di Balik Musibah Gempa

TATSQIF ONLINE – Gempa bumi merupakan peristiwa alam yang dapat menimbulkan dampak serius. Berdasarkan laporan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), gempa dengan kekuatan 5,7 scala richter (SR) pada Ahad, 25 Februari 2024 malam telah terjadi di sekitar wilayah Bayah, Banten.
 
Episenter gempa diperkirakan berada 79 km sebelah barat daya wilayah tersebut, dengan kedalaman 10 km. BMKG melaporkan bahwa setelah gempa utama, terjadi 14 kali gempa susulan. Getaran dari gempa tersebut terasa hingga Tangerang, menunjukkan dampak yang meluas. 
 
Nasehat Al-Qur’an ketika Menghadapi Musibah
 
Islam memandang gempa bukan hanya sebagai hasil dari siklus alam akibat pergerakan bumi, melainkan juga sebagai bagian dari sunatullah, yaitu sesuatu yang terjadi atas izin Allah subhanahu wata’ala dan sudah tertulis dalam Lauh Mahfudz.
 
Seperti yang diungkapkan dalam Al-Qur’an surat Al-Hadid ayat 22 berikut ini:
 
مَآ اَصَابَ مِنْ مُّصِيْبَةٍ فِى الْاَرْضِ وَلَا فِيْٓ اَنْفُسِكُمْ اِلَّا فِيْ كِتٰبٍ مِّنْ قَبْلِ اَنْ نَّبْرَاَهَا ۗاِنَّ ذٰلِكَ عَلَى اللّٰهِ يَسِيْرٌۖ
 
Artinya: “Tidak ada bencana (apa pun) yang menimpa di bumi dan tidak (juga yang menimpa) dirimu, kecuali telah tertulis dalam Kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami mewujudkannya. Sesungguhnya hal itu mudah bagi Allah.”
 
Allah SWT memberikan petunjuk bahwa setiap musibah, baik yang terjadi di bumi maupun yang menimpa diri manusia, merupakan bagian dari takdir dan ketetapan-Nya. Semua ini telah tercatat dalam Lauh Mahfuzh, bahkan sebelum terciptanya bumi dan manusia.
 
Makna dan hikmah dari setiap musibah yang ditimpakan oleh Allah SWT kepada penduduk bumi dijelaskan dalam Al-Qur’an surat Al-Hadid ayat 23 sebagai berikut:
 
لِّكَيْلَا تَأْسَوْا عَلٰى مَا فَاتَكُمْ وَلَا تَفْرَحُوْا بِمَآ اٰتٰىكُمْۗ وَاللّٰهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُوْرٍۙ
 
Artinya: “(Yang demikian itu kami tetapkan) agar kamu tidak bersedih terhadap apa yang luput dari kamu dan tidak pula terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri.”
 
Sebagai ketetapan yang tak terhindarkan, manusia seharusnya mempersiapkan diri menghadapi segala keadaan, baik suka maupun duka. Agar hati tetap teguh, tidak tergoncang berlebihan ketika kehilangan atau terlalu terhanyut dalam kegembiraan saat meraih sukses. Keduanya dapat menimbulkan kesombongan yang tidak disukai Allah SWT.
 
Rasa sedih yang sangat mendalam dapat mengakibatkan perasaan sombong, seakan-akan segala upaya dan dedikasi yang telah dilakukan menjadi tidak berarti setelah mengalami kegagalan.
 
Sebaliknya, kebahagiaan yang berlebihan setelah mencapai kesuksesan juga dapat menimbulkan kesombongan. Munculnya pandangan bahwa apa yang diperoleh adalah hasil dari usaha sendiri, bahkan hingga mengabaikan tanggung jawab untuk beribadah kepada Allah.
 
Allah SWT melanjutkan pesannya dalam surat Al-Hadid ayat 24 untuk memberikan arahan lebih lanjut sebagai berikut:
 
ࣙالَّذِيْنَ يَبْخَلُوْنَ وَيَأْمُرُوْنَ النَّاسَ بِالْبُخْلِۗ وَمَنْ يَّتَوَلَّ فَاِنَّ اللّٰهَ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيْدُ 
 
Artinya: “(Mereka itu adalah) orang-orang yang kikir dan menyuruh orang lain (berbuat) kikir. Siapa yang berpaling (dari perintah Allah), sesungguhnya Allah, Dialah Yang Mahakaya lagi Maha Terpuji.”
 
Allah SWT sebagai Sang Pencipta adalah yang paling memahami segala keadaan yang diciptakannya. Dia mengetahui bahwa baik kesedihan maupun kesenangan dapat menimbulkan dampak tertentu terhadap hamba-Nya.
 
Kesimpulan
 
Pertama, selalu mengingat Allah SWT setiap saat, baik dalam keadaan sedih maupun senang. Keseimbangan hati perlu dijaga agar tidak terlalu terbawa oleh perasaan yang berlebihan, yang dapat menyebabkan kesombongan.
 
Kedua, berbagi dengan sesama untuk menghindari sifat kikir yang dapat muncul akibat kesombongan. Dengan melihat ke sekeliling akan menumbuhkan kesadaran bahwa masih banyak orang yang keadaannya jauh lebih menyakitkan dan menderita.
 
Ketiga, tidak memanfaatkan momen emosional sebagai kesempatan untuk memperlihatkan atau menyebarkan kesombongan diri sendiri.
 
Keempat, memuji Allah SWT Karena pujian merupakan bagian dari dzikir yang mampu menenangkan hati dan membuat keadaan batin menjadi netral.
 
Wallahu A’lam
Oleh Wawan Darmawan
 
  • Tatsqif Media Dakwah & Kajian Islam

    Tatsqif hadir sebagai platform edukasi digital yang dirintis oleh Team Tatsqif sejak 5 Januari 2024. Kami mengajak Anda untuk menjelajahi dunia dakwah, ilmu pengetahuan, dan wawasan keislaman melalui website kami. Bergabunglah bersama kami dan jadilah bagian dari kontributor syi'ar Islam.

    Lihat semua pos Lecturer

Tatsqif Media Dakwah & Kajian Islam

Tatsqif hadir sebagai platform edukasi digital yang dirintis oleh Team Tatsqif sejak 5 Januari 2024. Kami mengajak Anda untuk menjelajahi dunia dakwah, ilmu pengetahuan, dan wawasan keislaman melalui website kami. Bergabunglah bersama kami dan jadilah bagian dari kontributor syi'ar Islam.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

× Chat Kami Yuk