Perkembangan Ulumul Qur’an: Dari Nabi hingga Masa Kini, Simak
TATSQIF ONLINE – Al-Qur’an merupakan kitab suci umat Islam yang menjadi sumber utama ajaran Islam. Untuk memahami isi dan kandungan Al-Qur’an secara mendalam, diperlukan disiplin ilmu yang membahas berbagai aspek terkait dengan Al-Qur’an, yang dikenal sebagai Ulumul Qur’an. Ilmu ini tidak terbentuk secara instan, melainkan melalui proses panjang yang melibatkan kontribusi besar dari para ulama sepanjang sejarah.
Dalam perkembangannya, Ulumul Qur’an mencakup berbagai aspek, seperti sejarah turunnya wahyu, kodifikasi mushaf, ilmu qira’at, tafsir, nasikh-mansukh, serta berbagai kaidah dalam menafsirkan Al-Qur’an. M. Quraish Shihab mengelompokkan cakupan Ulumul Qur’an ke dalam empat komponen utama: sejarah, kandungan, kaidah penafsiran, dan metode tafsir (Shihab, Membumikan Al-Qur’an, 1999).
Sejarah Pembentukan Ulumul Qur’an
1. Masa Nabi Muhammad SAW dan Para Sahabat
Pada masa Nabi Muhammad SAW, Ulumul Qur’an belum terbentuk sebagai disiplin ilmu yang sistematis. Namun, Nabi sendiri berperan langsung dalam menjelaskan kandungan wahyu kepada para sahabat. Proses pewahyuan berlangsung selama 22 tahun 2 bulan 22 hari. Al-Qur’an diturunkan secara berangsur-angsur sesuai dengan kebutuhan dan kondisi umat Islam.
Allah SWT berfirman dalam Alquran Surah Yusuf ayat 2:
إِنَّا أَنزَلْنَاهُ قُرْآنًا عَرَبِيًّا لَّعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ
Artinya: “Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al-Qur’an dalam bahasa Arab, agar kamu memahaminya.”
Para sahabat seperti Abdullah bin Mas’ud, Ubay bin Ka’ab, dan Zaid bin Tsabit berperan besar dalam memahami, menghafal, dan menuliskan wahyu. Nabi juga menentukan urutan ayat dan surat sesuai dengan petunjuk wahyu.
2. Masa Kodifikasi Mushaf
Setelah Nabi wafat, terjadi kodifikasi Al-Qur’an pada masa Khalifah Abu Bakar atas usulan Umar bin Khattab. Pengumpulan ini dipimpin oleh Zaid bin Tsabit. Pada masa Utsman bin Affan, dilakukan standarisasi mushaf untuk mencegah perbedaan bacaan di berbagai wilayah Islam. Hal ini menjadi tonggak penting dalam Ulumul Qur’an, terutama dalam aspek qira’at.
Kaidah-Kaidah Tafsir
Dalam memahami Al-Qur’an, para ulama menyusun berbagai kaidah tafsir, di antaranya:
1. Kaidah Bahasa
Pemahaman Al-Qur’an harus berlandaskan kaidah bahasa Arab karena Al-Qur’an memiliki struktur bahasa yang kaya makna. Tanpa memahami bahasa Arab, seseorang dapat keliru dalam menafsirkan ayat. Sebagai contoh, dalam Alquran Surah Al-Ma’arij ayat19-22, Allah menyebut manusia sebagai makhluk yang penuh keluh kesah, kecuali orang-orang yang mendirikan salat.
2. Kaidah Ushul Fiqh
Metode ini digunakan untuk menggali hukum dari Al-Qur’an berdasarkan prinsip-prinsip ushul fiqh. Salah satu contohnya adalah larangan jual beli saat azan Jumat dikumandangkan. Allah berfirman dalam Alquran Surah Al-Jumu’ah ayat 9:
يَا أَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا إِذَا نُودِىَ لِلصَّلَوٰةِ مِن يَوْمِ ٱلْجُمُعَةِ فَسْعَوْا إِلَىٰ ذِكْرِ ٱللَّهِ وَذَرُوا ٱلْبَيْعَ ۚ ذَٰلِكُمْ خَيْرٌۭ لَّكُمْ إِن كُنتُمْ تَعْلَمُونَ
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk menunaikan salat pada hari Jumat, maka bersegeralah mengingat Allah dan tinggalkan jual beli…”
Awalnya, jual beli bersifat mubah, namun karena dapat melalaikan kewajiban salat Jumat, hukumnya menjadi haram.
3. Kaidah Logika
Kaidah ini digunakan untuk memahami ayat-ayat yang berkaitan dengan ketauhidan dan ilmu pengetahuan. Al-Qur’an banyak mengajak manusia berpikir logis, seperti dalam Alquran Surah Al-Ghasiyah ayat 17:
أَفَلَا يَنظُرُونَ إِلَى الْإِبِلِ كَيْفَ خُلِقَتْ
Artinya: “Maka tidakkah mereka memperhatikan unta, bagaimana ia diciptakan?”
Ayat ini mengajak manusia untuk merenungi keajaiban ciptaan Allah dengan akal dan ilmu pengetahuan.
Metode-Metode Tafsir
Dalam menafsirkan Al-Qur’an, para ulama menggunakan berbagai metode, di antaranya:
1. Metode Tahlili (Analitis)
Metode ini menjelaskan ayat-ayat Al-Qur’an secara rinci, membahas aspek kebahasaan, hukum, dan makna-makna yang terkandung dalam ayat. Kitab tafsir yang menggunakan metode ini adalah Tafsir al-Maraghi karya Ahmad Mustafa al-Maraghi.
2. Metode Ijmali (Global)
Metode ini menjelaskan ayat-ayat Al-Qur’an secara singkat dan padat dengan bahasa yang mudah dipahami. Contohnya adalah Tafsir al-Jalalain karya Jalaluddin al-Mahalli dan Jalaluddin as-Suyuthi.
3. Metode Muqaran (Komparatif)
Metode ini membandingkan berbagai tafsir dari ulama yang berbeda atau membandingkan ayat-ayat yang tampaknya kontradiktif. Contohnya adalah kitab Al-Burhan fi ‘Ulum al-Qur’an karya Badruddin az-Zarkasyi.
4. Metode Maudhu’i (Tematik)
Metode ini menghimpun semua ayat yang membahas suatu tema tertentu dan mengkajinya secara mendalam. Tafsir yang menggunakan metode ini adalah Tafsir al-Mizan karya Muhammad Husain Thabathabai.
Kontribusi Ulama dalam Ulumul Qur’an
Beberapa ulama yang berkontribusi dalam pengembangan Ulumul Qur’an antara lain:
1. Jalaluddin as-Suyuthi – Penulis Al-Itqan fi ‘Ulum al-Qur’an, kitab klasik yang membahas berbagai aspek ilmu Al-Qur’an.
2. Badruddin az-Zarkasyi – Menulis Al-Burhan fi ‘Ulum al-Qur’an, yang menjelaskan metode tafsir dan aspek kebahasaan.
3. Muhammad Abduh – Mempopulerkan tafsir kontekstual agar Al-Qur’an relevan dengan perkembangan zaman.
4. Sayyid Qutb – Menulis Fi Zilal al-Qur’an, tafsir yang menekankan relevansi Al-Qur’an dalam kehidupan sosial-politik.
Kesimpulan
Perkembangan Ulumul Qur’an menegaskan betapa pentingnya ilmu ini dalam memahami wahyu Allah. Sejak masa Nabi hingga kini, para ulama terus menyempurnakan metode tafsir agar pemahaman Al-Qur’an tetap relevan dengan perkembangan zaman. Mempelajari Ulumul Qur’an bukan sekadar kajian akademik, tetapi juga jalan untuk lebih dekat kepada Allah dengan memahami petunjuk-Nya secara mendalam.
Wallahua’lam.
Terbit Peria Noma Pasaribu (Mahasiswa Prodi PGMI UIN Syekh Ali Hasan Ahmad Addary Padangsidimpuan)
Bagaimana pengumpulan Al Qur’an pada masa nabi Saw?
Apa saja karya karya penting dalam ulumul quran di masa kini?
Mengapa tafsir alquran harus berlandasan kaidah kaidah tertentu?, apa akibatnya jika tidak mengikuti kaidah tafsir
Siapa saja tokoh tokoh yang berjasa dalam perkembangan ulumul Qur’an
Bagaimana metode pengajaran dan pemahaman Al -quran berkembang dari masa nabi Muhammad Saw hingga masa Khulafaur rasyidin ?
Bagaimana memahami hubungan antara tafsir al- quran dan hubungan islam