Al-Qur'an & Hadis

Kaidah Rasm Utsmani: Sejarah dan Aturan Penulisan Al-Qur’an

TATSQIF ONLINE – Al-Qur’an adalah kitab suci umat Islam yang memiliki keunikan dalam cara penulisan dan pembacaannya. Berbeda dengan kitab-kitab samawi sebelumnya, Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantaraan Malaikat Jibril secara bertahap selama kurang lebih dua puluh tiga tahun. Sebagai kitab yang menjadi pedoman hidup umat Islam, Al-Qur’an tidak hanya dipelajari dari aspek makna dan tafsirnya tetapi juga dalam aspek penulisan dan bacaannya.

Dalam sejarahnya, penulisan Al-Qur’an mengalami proses kodifikasi pada masa Khalifah Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu. Beliau membakukan cara penulisan mushaf yang dikenal dengan Rasm Utsmani. Kaidah ini dijadikan standar dalam penulisan Al-Qur’an untuk menghindari perbedaan di antara umat Islam dalam membaca dan memahami Al-Qur’an.

Pengertian Rasm Utsmani

Rasm Utsmani adalah sistem penulisan Al-Qur’an yang ditetapkan pada masa Khalifah Utsman bin Affan untuk menyeragamkan mushaf dan mencegah perselisihan dalam bacaan Al-Qur’an. Penulisan ini memiliki beberapa perbedaan dengan ejaan standar bahasa Arab modern (Rasm Imla’i).

Para ulama berbeda pendapat mengenai sifat Rasm Utsmani:

1. Tauqīfī (bersumber dari wahyu atau Nabi SAW):

Pendapat ini menyatakan bahwa Rasm Utsmani bukan hasil ijtihad manusia, melainkan berdasarkan petunjuk dari Nabi Muhammad SAW.

2. Ijtihādī tetapi wajib diikuti

Pendapat ini menyatakan bahwa Rasm Utsmani merupakan hasil ijtihad para sahabat, tetapi tetap wajib dipertahankan untuk menjaga keaslian mushaf.

3. Ijtihādī dan boleh diubah

Pendapat ini lebih fleksibel dan menyatakan bahwa tulisan Al-Qur’an dapat disesuaikan dengan ejaan Arab modern selama tidak mengubah makna.

Kaidah-Kaidah Rasm Utsmani

Rasm Utsmani memiliki enam kaidah utama, yaitu:

1. Al-Hadzf (Penghapusan Huruf)

Dalam beberapa kata, huruf tertentu dihilangkan dalam penulisan meskipun tetap ada dalam pelafalan.

Contoh:

a. Surah Al-Mā’idah ayat 32:

  • كَتَبْنَا (katabnā, “Kami telah menetapkan”) dalam Rasm Utsmani ditulis sebagai كْتَبْ tanpa alif setelah huruf ك.
  • Kata الصَّلَاةُ (‘ash-shalāh’, salat) dalam Al-Qur’an sering kali ditulis dengan و sebagai لصلوة, bukan الصلاة seperti dalam ejaan modern.
    2. Az-Ziyādah (Penambahan Huruf)

    Beberapa kata dalam Rasm Utsmani memiliki tambahan huruf dibandingkan ejaan standar bahasa Arab.

    Contoh:

    • Kata مِائَةٌ (mi’ah, “seratus”) dalam Rasm Utsmani ditulis dengan tambahan أ menjadi مائة.
    • Kata أُوْلَٰئِكَ (ulāika, “mereka itu”) sering kali ditulis dengan tambahan و seperti أولياء.
    3. Al-Badal (Penggantian Huruf)

    Beberapa huruf dalam Rasm Utsmani diganti dengan huruf lain.

    Contoh:

    • Surah Al-Baqarah (2:245)
      • Kata يَبْسُطُ (yabsuthu, “melapangkan”) dalam beberapa mushaf ditulis sebagai يبصط dengan ص menggantikan س.
    4. Al-Wasl wa Al-Fasl (Penyambungan dan Pemisahan Kata)

    Beberapa kata dalam Al-Qur’an ditulis terpisah atau disambung berbeda dari ejaan imla’i.

    Contoh:

    • Kata أن لا (an lā, “agar tidak”) terkadang ditulis terpisah dan terkadang disambung menjadi ألا (allā).
    • Kata كُلَّمَا (kullamā, “setiap kali”) dalam beberapa ayat ditulis terpisah menjadi كل ما.
    5. Al-Hamzah (Penulisan Hamzah)

    Hamzah dalam Rasm Utsmani sering kali ditulis berbeda dari ejaan imla’i.

    Contoh:

    • يَا أَيُّهَا (yā ayyuhā, “wahai”) dalam Rasm Utsmani ditulis tanpa alif setelah ي menjadi يأيها.
    • بِأَيْدِي (bi-aydi, “dengan tangan”) dalam surah ‘Abasa (80:15) ditulis tanpa hamzah menjadi بيدي.
    6. Mā Yuktabu ‘Alā Khilāf an-Nutq (Penulisan yang Berbeda dari Pengucapan)

    Beberapa kata dalam Al-Qur’an ditulis dengan ejaan yang berbeda dari cara pengucapannya.

    Contoh:

    • الصَّلَاةُ (‘ash-shalāh’, salat) dalam Rasm Utsmani ditulis sebagai الصلوة, tetapi tetap dibaca ash-shalāh.
    • الرِّبَا (‘ar-ribā’, riba) dalam Rasm Utsmani ditulis dengan tambahan و sebagai الربوا.

    Kesimpulan

    Kaidah Rasm Utsmani merupakan pola dasar penulisan Al-Qur’an yang ditetapkan oleh Khalifah Utsman bin Affan. Sistem ini dibuat untuk menyeragamkan mushaf dan menjaga keaslian bacaan Al-Qur’an yang diwariskan dari Nabi Muhammad SAW.

    Penulisan Rasm Utsmani tetap dipertahankan hingga kini dalam mushaf-mushaf Al-Qur’an meskipun berbeda dengan ejaan bahasa Arab modern. Hal ini dilakukan untuk menjaga orisinalitas mushaf yang ditulis pada masa Utsman bin Affan dan memastikan kesesuaian dengan bacaan qira’at yang beragam.

    Dengan memahami kaidah-kaidah ini, kita dapat lebih menghargai bagaimana generasi awal umat Islam menjaga keaslian Al-Qur’an dan mencegah perselisihan dalam membaca serta memahaminya.  Wallahua’lam.

    Miranda Harahap (Mahasiswa Prodi PAI UIN Syekh Ali Hasan Ahmad Addary Padangsidimpuan)

    Tatsqif Media Dakwah & Kajian Islam

    Tatsqif hadir sebagai platform edukasi digital yang dirintis oleh Team Tatsqif sejak 5 Januari 2024. Kami mengajak Anda untuk menjelajahi dunia dakwah, ilmu pengetahuan, dan wawasan keislaman melalui website kami. Bergabunglah bersama kami dan jadilah bagian dari kontributor syi'ar Islam.

    8 komentar pada “Kaidah Rasm Utsmani: Sejarah dan Aturan Penulisan Al-Qur’an

    • Imam armadani

      Apa yang melatarbelakangi pemberian tanda titik dan harakat pada huruf Alquran?

      Balas
    • Mayasri Nasution

      Bagaimana kaitan rasm Alquran dengan Qiraat

      Balas
    • Rumondang Bulan

      Apa saja tokoh tokoh yang berperan dalam pengembangan Rasm Utsmani

      Balas
    • Siti hasbiyah Siregar

      Utsman mengatakan kepada para penulis Al Qur’an jika para penulis Al Qur’an berbeda dengan bacaan maka Al Qur’an harus di tulis dengan dialek apa..?

      Balas
    • Dian abdillah Sihombing

      mengapa rasm al-quran penting dalam penulisan al-alquran

      Balas
    • Nahdatul Rahma lubis

      Apa tujuan utama dari penulisan Al Qur’an dengan kaidah rasm Utsmani?

      Balas
    • Nur Aisyah rambe

      Siapa yang mengembangkan Rasm Usmani

      Balas
    • Isma Miftahul Zannah

      Mengapa dalam Mushaf Utsmani, kata الصلاة (as-shalāh) ditulis sebagai الصلوة, sedangkan dalam penulisan Arab modern tidak demikian?

      Balas

    Tinggalkan Balasan

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

    × Chat Kami Yuk