Bahasa Arab

Jumlah Ismiyyah: Struktur dan Kaidah dalam Bahasa Arab, Simak

TATSQIF ONLINE  Dalam studi tata bahasa Arab, kalimat dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis utama, yaitu jumlah ismiyyah (kalimat nominal) dan jumlah fi‘liyyah (kalimat verbal). Jumlah ismiyyah adalah kalimat yang diawali oleh isim atau kata benda, sedangkan jumlah fi‘liyyah adalah kalimat yang diawali oleh fi‘l atau kata kerja. Perbedaan antara keduanya tidak hanya terletak pada unsur awal kalimat, tetapi juga dalam struktur dan fungsi gramatikalnya dalam bahasa Arab secara keseluruhan.

Jumlah ismiyyah memiliki peran penting dalam sistem bahasa Arab karena strukturnya yang relatif tetap dan lebih mudah dipahami dibandingkan jumlah fi‘liyyah yang cenderung mengalami perubahan bentuk kata kerja sesuai dengan subjeknya. Dalam komunikasi sehari-hari, jumlah ismiyyah banyak digunakan untuk menyatakan fakta, definisi, atau keadaan yang bersifat tetap. Oleh karena itu, pemahaman yang baik tentang jumlah ismiyyah sangat diperlukan, terutama bagi para pelajar bahasa Arab dan para akademisi yang mendalami ilmu nahwu dan sharaf.

Beberapa ahli bahasa Arab telah membahas jumlah ismiyyah dalam berbagai perspektif. Dalam buku Tata Bahasa Arab: Teori dan Praktik, Muslich menjelaskan bahwa jumlah ismiyyah terdiri dari dua unsur utama, yaitu mubtada’ dan khabar, yang masing-masing berperan sebagai subjek dan predikat. Mubtada’ merupakan kata benda yang menjadi inti pembahasan, sedangkan khabar adalah keterangan yang memberikan informasi tentang mubtada’ tersebut. Dengan memahami struktur ini, seseorang dapat dengan mudah mengidentifikasi jumlah ismiyyah dalam berbagai jenis teks berbahasa Arab.

Struktur dan Komponen Jumlah Ismiyyah

Pengertian Jumlah Ismiyyah

Jumlah ismiyyah adalah kalimat yang diawali dengan isim atau kata benda yang berfungsi sebagai subjek dalam kalimat tersebut. Struktur dasar jumlah ismiyyah terdiri dari dua unsur utama, yaitu mubtada’ dan khabar. Dalam buku Dasar-Dasar Bahasa Arab, Nasution menjelaskan bahwa jumlah ismiyyah merupakan jenis kalimat yang paling dasar dalam bahasa Arab, karena dapat berdiri sendiri tanpa membutuhkan unsur tambahan seperti objek atau keterangan lainnya.

Struktur umum jumlah ismiyyah dapat dirumuskan sebagai berikut:

🔹 Mubtada’ (المبتدأ) = subjek, sesuatu yang ingin dijelaskan dalam kalimat
🔹 Khabar (الخبر) = predikat, sesuatu yang memberikan informasi tentang mubtada’

Contoh penggunaan jumlah ismiyyah dalam kalimat sederhana adalah sebagai berikut:

1. زَيْدٌ مُجْتَهِدٌ : Kalimat ini berarti “Zaid adalah seorang yang rajin.”

🔹Mubtada’: زَيْدٌ (Zaid)

🔹Khabar: مُجْتَهِدٌ (rajin)

2. اللَّهُ غَفُورٌ : Kalimat ini berarti “Allah Maha Pengampun.”

🔹Mubtada’: اللَّهُ (Allah)

🔹 Khabar: غَفُورٌ (Maha Pengampun)

    Dari contoh di atas, terlihat bahwa jumlah ismiyyah memiliki struktur yang tetap dan mudah dikenali, di mana mubtada’ selalu berupa isim, dan khabar memberikan informasi tambahan mengenai mubtada’.

    Kaidah Dasar dalam Jumlah Ismiyyah

    Dalam ilmu nahwu, terdapat beberapa kaidah penting dalam penyusunan jumlah ismiyyah. Menurut Razin dalam bukunya Ilmu Nahwu Untuk Pemula, kaidah-kaidah ini harus dipahami agar kalimat yang dibentuk sesuai dengan aturan bahasa Arab yang benar. Berikut beberapa kaidah utama dalam jumlah ismiyyah:

    1. Mubtada’ dan Khabar Harus Berada dalam Keadaan Rafa’

    Mubtada’ dan khabar dalam jumlah ismiyyah selalu berada dalam keadaan marfu’ (rafa’), yang ditandai dengan harakat dhammah ( ُ ) di akhir kata. Hal ini disebabkan oleh perannya sebagai subjek dan predikat dalam kalimat nominal.

    Contoh:
    الرَّجُلُ صَادِقٌ (Laki-laki itu jujur)
    الْقَمَرُ مُنِيرٌ (Bulan itu bercahaya)

    2. Mubtada’ Harus Berupa Isim Ma’rifah

    Dalam pembentukan jumlah ismiyyah, mubtada’ umumnya berupa isim ma’rifah atau kata benda yang bersifat definitif, seperti isim ‘alam (nama diri), isim dhamir (kata ganti), atau isim isyarah (kata tunjuk).

    Contoh:
    هَذَا كِتَابٌ (Ini adalah buku)
    أَنَا طَالِبٌ (Saya adalah seorang siswa)

    Dalam buku Struktur Bahasa Arab: Pendekatan Teoretis dan Praktis, Suryadi menegaskan bahwa penggunaan isim ma’rifah sebagai mubtada’ bertujuan untuk memastikan bahwa subjek dalam kalimat tersebut memiliki makna yang jelas dan tidak ambigu.

    3. Khabar Harus Sesuai dengan Mubtada’ dalam Jenis dan Jumlah

    Khabar dalam jumlah ismiyyah harus sesuai dengan mubtada’ dalam hal jenis (mudzakkar atau muannats) dan jumlah (mufrad, mutsanna, atau jamak).

    Contoh kesesuaian jenis:
    الرَّجُلُ مُجْتَهِدٌ (Laki-laki itu rajin)
    الْمَرْأَةُ مُجْتَهِدَةٌ (Wanita itu rajin)

    Contoh kesesuaian jumlah:
    الرَّجُلاَنِ مُجْتَهِدَانِ (Dua laki-laki itu rajin)
    الرِّجَالُ مُجْتَهِدُونَ (Para laki-laki itu rajin)

    Namun, jika mubtada’ berupa jamak taksir (jamak yang tidak beraturan) untuk benda tidak berakal, maka khabarnya boleh berbentuk mufrad muannats.

    الْكُتُبُ قَيِّمَةٌ (Buku-buku itu berharga)

    Kesimpulan

    Jumlah ismiyyah merupakan salah satu jenis kalimat utama dalam bahasa Arab yang memiliki struktur tetap dengan mubtada’ sebagai subjek dan khabar sebagai predikat. Keberadaan jumlah ismiyyah sangat penting dalam pemahaman teks-teks Arab klasik maupun modern karena sering digunakan untuk menyatakan definisi dan fakta. Pemahaman terhadap kaidah jumlah ismiyyah, seperti keharusan penggunaan isim ma’rifah sebagai mubtada’ dan penyesuaian jenis serta jumlah antara mubtada’ dan khabar, sangat diperlukan dalam pembelajaran bahasa Arab.

    Dengan memahami struktur dan kaidah jumlah ismiyyah, pembelajaran bahasa Arab menjadi lebih sistematis dan efektif. Oleh karena itu, studi tentang jumlah ismiyyah perlu mendapatkan perhatian yang lebih dalam kajian ilmu nahwu dan tata bahasa Arab secara umum. Wallahua’lam.

    Ilham Fakhrozi Harahap (Mahasiwa Prodi HKI UIN Syekh Ali Hasan Ahmad Addary Padangsidimpuan) 

    Tatsqif Media Dakwah & Kajian Islam

    Tatsqif hadir sebagai platform edukasi digital yang dirintis oleh Team Tatsqif sejak 5 Januari 2024. Kami mengajak Anda untuk menjelajahi dunia dakwah, ilmu pengetahuan, dan wawasan keislaman melalui website kami. Bergabunglah bersama kami dan jadilah bagian dari kontributor syi'ar Islam.

    One thought on “Jumlah Ismiyyah: Struktur dan Kaidah dalam Bahasa Arab, Simak

    • Khairuddin Nauli Gulo

      Apa yang di maksud dengan awamil lafdziyah dan bagaimana pengaruhnya terhadap mubtada’ dan Khabar?

      Balas

    Tinggalkan Balasan

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

    × Chat Kami Yuk