Konsep Ayat Mutasyabihat dalam Al-Qur’an, Simak Ulasannya

DOKUMEN TATSQIF – Al-Qur’an turun sebagai panduan hidup dan petunjuk bagi manusia untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat. Oleh karena itu, memahami ayat-ayat Al-Qur’an merupakan tuntutan bagi umat Islam. Untuk itu, diperlukan ilmu Tafsir sebagai perangkat untuk memahami Al-Qur’an.

Dalam ilmu Tafsir, terdapat pembahasan tentang ayat-ayat mutasyabihat. Terminologi “mutasyabihat” diambil dari penafsiran QS. Ali Imran [3]:7, di mana para mufassir menyimpulkan bahwa Al-Qur’an terdiri dari ayat-ayat muhkamat (terang maknanya dan mudah dipahami) dan ayat-ayat mutasyabihat (samar, sulit dipahami, dan hanya diketahui hakikatnya oleh Allah Ta’ala, seperti sifat-sifat Allah, pemberitaan tentang hal-hal gaib, dan huruf-huruf muqaththa’ah di awal surah Al-Qur’an).

Dalam menafsirkan ayat-ayat mutasyabihat, ulama menggunakan beberapa metode, antara lain metode tafwidh (pengalihan penafsiran kepada Allah), metode itsbat (penerimaan makna secara harfiah), metode tajsim (mengatribusikan sifat Allah kepada makhluk), dan metode ta’wil (penafsiran makna secara khusus). Muhammad ‘Ali Al-Shabuni adalah seorang ulama dan ahli tafsir terkenal yang memiliki kedalaman ilmu dalam bidang tafsir Al-Qur’an.

Dalam menafsirkan ayat-ayat mutasyabihat, ‘Ali Al-Shabuni tidak menggunakan satu metode khusus. Dia kadang-kadang bersikap tafwidh, seperti dalam menafsirkan huruf-huruf muqaththa’ah di awal surat Al-Qur’an dan ayat (QS. Thaha [20]:5) tentang Allah yang bersemayam di atas ‘Arsy. Dia juga menggunakan metode ta’wil untuk menafsirkan ayat-ayat mutasyabihat. Selain itu, ‘Ali Al-Shabuni menggunakan metode itsbat dalam menafsirkan ayat-ayat mutasyabihat. Dia juga mengambil pendapat dari mufassir tafwidhi dan mufassir ta’wili secara bersamaan dalam penafsirannya.

Untuk penjelasan lebih lanjut mengenai materi ayat-ayat mutasyabihat, silahkan klik download.

DOWNLOAD