Ciri-Ciri Ayat Makkiyah dan Madaniyah dalam Al-Qur’an, Simak
TATSQIF ONLINE – Dalam studi Ulumul Qur’an, pembagian ayat menjadi Makkiyah dan Madaniyah merupakan bagian penting dalam memahami konteks pewahyuan Al-Qur’an. Ayat-ayat Makkiyah diturunkan sebelum Nabi Muhammad ﷺ hijrah ke Madinah, sementara ayat-ayat Madaniyah turun setelah peristiwa hijrah. Perbedaan ini tidak hanya sekadar perbedaan waktu dan tempat, tetapi juga berkaitan dengan isi, gaya bahasa, serta tujuan dakwah yang disampaikan dalam masing-masing periode tersebut.
Para ulama memiliki beberapa metode dalam mengidentifikasi ayat-ayat Makkiyah dan Madaniyah, sebagaimana yang dijelaskan oleh Manna’ Al-Qaththan dalam Mabahits fi Ulumil Qur’an, yakni berdasarkan tempat turunnya ayat, objek sasaran dakwah, dan waktu sebelum atau sesudah hijrah. Dari sini, dapat diidentifikasi berbagai ciri khas dari ayat-ayat Makkiyah dan Madaniyah yang menunjukkan perkembangan dakwah Islam.
1. Ciri-Ciri Ayat Makkiyah
Ayat-ayat Makkiyah memiliki karakteristik tertentu yang menyesuaikan dengan kondisi masyarakat Makkah saat itu, yang mayoritas masih menyembah berhala dan menentang ajaran Islam. Beberapa ciri khasnya antara lain:
a. Menekankan Tauhid dan Keimanan
Sebagian besar ayat yang diturunkan di Makkah berisi ajakan untuk mengesakan Allah ﷻ, menolak kemusyrikan, serta membangun keyakinan akan adanya kehidupan setelah mati. Misalnya, dalam Surah Al-Ikhlas yang menegaskan keesaan Allah ﷻ.
b. Gaya Bahasa yang Puitis dan Kuat
Bahasa dalam ayat-ayat Makkiyah cenderung lebih pendek, memiliki rima yang indah, serta penuh metafora. Hal ini bertujuan agar lebih mudah dihafal dan menarik perhatian masyarakat Arab yang pada saat itu sangat mengutamakan keindahan sastra.
c. Menekankan Akhlak Mulia
Banyak ayat Makkiyah yang menekankan pentingnya akhlak dan nilai-nilai moral, seperti berbuat baik kepada orang tua, menepati janji, serta menolong fakir miskin. Contohnya dalam Surah Al-Ma’un yang mengkritik orang-orang yang lalai terhadap hak-hak sosial.
d. Mengandung Kisah Para Nabi
Ayat-ayat Makkiyah sering kali menceritakan kisah para nabi terdahulu sebagai pelajaran bagi umat Islam, misalnya kisah Nabi Musa dalam Surah Taha atau kisah Nabi Nuh dalam Surah Hud.
e. Menggambarkan Surga dan Neraka
Sebagai bagian dari dakwah Islam awal, banyak ayat Makkiyah yang menggambarkan keindahan surga sebagai balasan bagi orang beriman serta siksaan neraka bagi orang yang ingkar, seperti dalam Surah Al-Waqi’ah.
f. Tidak Memuat Hukum Syariat Secara Terperinci
Pada periode Makkah, umat Islam masih dalam tahap membangun fondasi keimanan. Oleh karena itu, ayat-ayat Makkiyah jarang sekali membahas hukum syariat seperti zakat, puasa, atau jihad.
2. Ciri-Ciri Ayat Madaniyah
Setelah hijrah ke Madinah, masyarakat Muslim semakin berkembang dan mulai membentuk sistem sosial serta pemerintahan. Oleh karena itu, ayat-ayat Madaniyah memiliki karakteristik yang berbeda dari ayat-ayat Makkiyah.
a. Menjelaskan Hukum Syariat Secara Rinci
Ayat-ayat Madaniyah banyak membahas aturan dalam Islam, seperti hukum ibadah (sholat, puasa, zakat, haji), hukum keluarga (perkawinan, warisan, perceraian), serta hukum sosial dan politik. Misalnya, dalam Surah Al-Baqarah terdapat ayat tentang puasa di bulan Ramadhan.
b. Menggunakan Gaya Bahasa yang Lugas dan Panjang
Tidak seperti ayat Makkiyah yang pendek dan puitis, ayat-ayat Madaniyah cenderung lebih panjang serta menjelaskan suatu hukum atau perintah secara lebih rinci.
c. Menyebutkan Kaum Munafik dan Ahli Kitab
Di Madinah, Islam tidak hanya berhadapan dengan kaum musyrik, tetapi juga dengan kaum munafik serta Yahudi dan Nasrani. Oleh karena itu, banyak ayat Madaniyah yang berbicara tentang mereka, seperti dalam Surah Al-Munafiqun.
d. Menekankan Persatuan Umat Islam
Ayat-ayat Madaniyah menyeru kepada ukhuwah Islamiyah (persaudaraan Islam) dan menegaskan pentingnya ketaatan kepada pemimpin dalam rangka membangun masyarakat Islam yang kuat, sebagaimana dalam Surah Al-Hujurat.
e. Mengatur Hubungan Antarumat Beragama
Di Madinah, interaksi dengan pemeluk agama lain semakin intensif. Oleh karena itu, ayat-ayat Madaniyah banyak membahas etika berdialog dengan non-Muslim, sebagaimana dalam Surah Al-Kafirun.
f. Memuat Perintah Jihad
Pada masa Madinah, umat Islam mulai diperbolehkan berperang untuk membela diri dan menegakkan agama, sebagaimana dalam Surah Al-Baqarah ayat 190 yang membahas aturan jihad.
Kesimpulan
Pembagian ayat Makkiyah dan Madaniyah bukan hanya sekadar klasifikasi berdasarkan tempat atau waktu, tetapi juga mencerminkan perkembangan dakwah Islam. Ayat Makkiyah lebih menekankan tauhid, akhlak, dan keteguhan iman, sedangkan ayat Madaniyah lebih berfokus pada aturan hukum, tatanan sosial, dan pembentukan komunitas Muslim.
Sebagaimana dikatakan oleh Syekh Muhammad Abu Zahrah dalam Al-Wajiz fi Ulum Al-Qur’an, pemahaman terhadap ciri-ciri ayat Makkiyah dan Madaniyah membantu dalam menafsirkan Al-Qur’an secara lebih kontekstual serta memahami perkembangan strategi dakwah Rasulullah ﷺ. Oleh karena itu, kajian mengenai hal ini menjadi bagian penting dalam disiplin ilmu Ulumul Qur’an. Wallahua’lam.
Wita Sahra Tumanggor (Mahasiswa Prodi PGMI UIN Syekh Ali Hasan Ahmad Addary Padangsidimpuan)
Bagaimana cara mengetahui apakah surat Al-Qur’an adalah makkiyah atau madaniyah
Bagaimana cara menentukan sebuah surat atau ayat itu di Makkiyah atau madinah?
Mengapa penting memahami perbedaan antara surah Makkiyah dan Madaniyah?
Coba jelaskan salah satu ciri-ciri ayat makkiyah?