ParentingPernikahan & Keluarga

5 Dampak Memarahi Anak Secara Berlebihan, Nomor 3 Sangat Rentan

TATSQIF ONLINE Berlebihan dalam memarahi anak dapat mengakibatkan dampak negatif yang signifikan pada perkembangan emosional dan mental mereka. Oleh karena itu, setiap orang tua perlu menggunakan pendekatan yang lebih bijaksana dan efektif dalam mendidik anak.

Al-Qur’an sebagai pedoman bagi umat Islam menekankan pentingnya mendidik anak dengan penuh kasih sayang dan bijaksana. Salah satunya yang terdapat dalam Alqur’an surah Luqman ayat 13 sebagai berikut:

وَاِذْ قَالَ لُقْمٰنُ لِابْنِهٖ وَهُوَ يَعِظُهٗ يٰبُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللّٰهِ ۗاِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيْمٌ  

Artinya: “Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya, ketika dia memberi pelajaran kepadanya, ”Wahai anakku! Janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.”

Luqman mengajari anaknya dengan cara yang lembut dan bijaksana, tanpa memarahi atau menggunakan kekerasan. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan anak yang baik harus dilakukan dengan cara yang positif dan penuh kasih sayang.

Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mengajarkan hal ini kepada ‘Abdullah bin ‘Abbas radhiyallahu’anhuma, beliau bersabda:

يَاغُلاَمُ، إِنِّي أُعَلِّمُكَ كَلِمَاتٍ: احْفَظِ اللهَ يَحْفَظْكَ، احْفَظِ اللهَ تَجِدْهُ تُجَاهَكَ، إِذَا سَأَلْتَ فَاسْأَلِ اللهَ، وَإِذَ اسْتَعَنْتَ فَاسْتَعِنْ باللهِ . وَاعْلَمْ، أَنَّ الْأُمَّةَ لَوِجْتَمَعَتْ عَلَى أَنْ يَنْفَعُوْكَ بِشَيءٍ لَمْ يَنْفَعُوْكَ بِشَيْءٍ إِلاَّ قَدْ كَتَبَ اللهُ لَكَ، وَإِنِ اجْتَمَعُوْا عَلَى أَنْ يَضُرُّوْكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَضُرُّوْكَ إِلاَّ بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللهُ عَلَيْكَ، رُفِعَتِ الْأَقْلاَمُ وَجَفَّتِ الصُّحُفُ . وَاعْلًمْ، أّنَّ فِي الصَّبْرِ عَلَى مَا تَكْرَهُ خَيْرًا كَثِيْرًا، وَأَنَّ النَّصْرَ مَعَ الصَّبْرِ، وَأَنَّ الْفَرَجَ مَعَ الْكَرْبِ، وَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا .

Artinya: “Wahai anak, sesungguhnya aku akan mengajarkan kepadamu beberapa kalimat. Jagalah (hak-hak) Allah, niscaya Allah akan menjagamu, jagalah (hak-hak) Allah, niscaya engkau mendapati-Nya di hadapanmu. Apabila engkau meminta, maka mintalah kepada Allah, dan apabila engkau memohon pertolongan maka mohonlah kepada Allah. Dan ketahuilah, sekiranya ummat ini bersatu untuk memberimu manfaat maka manfaat tersebut tidak akan sampai kepadamu kecuali apa yang telah ditetapkan Allah atasmu. Dan apabila ummat ini bersatu untuk mencelakakanmu maka sedikit pun mereka tidak akan mampu melakukannya kecuali apa yang telah Allah tetapkan atasmu. Pena (takdir) telah terangkat dan lembaran (takdir) telah mengering. Dan ketahuilah, sesungguhnya bersabar atas apa-apa yang tidak engkau sukai itu memiliki kebaikan yang amat banyak. Dan sesungguhnya pertolongan itu (ada) bersama kesabaran. Dan sesungguhnya kelapangan itu (datang) bersama kesulitan, dan sesungguhnya kesulitan itu bersama kemudahan,“ (HR. At-Tirmidzi). 

BACA JUGA: 5 Tanggung Jawab Anak Laki-Laki Terhadap Orang Tua, Simak

Dr. Nurul Afifah dalam bukunya yang berjudul Don’t Be Angry, Mom: Mendidik Anak tanpa Marah, menjelaskan bahwa sebelum meluapkan rasa marah, orangtua perlu memahami konsekuensi luar biasa yang mungkin terjadi, berikut di antaranya:

Pemberian hukuman yang keras dan tanpa alasan yang jelas kepada anak dapat menimbulkan rasa takut dan kecemasan pada mereka. Hal ini juga akan berpotensi mempengaruhi perkembangan psikologis dan emosional anak.

Konsistensi dalam memberikan teguran yang terlalu keras dapat membuat anak kehilangan rasa percaya diri, merasa tidak mampu melakukan hal-hal dengan benar, dan berdampak pada pembentukan kepribadian anak.

Penggunaan kekerasan fisik sebagai bentuk hukuman dapat membuat anak cenderung menjadi agresif. Selanjutnya, anak akan menjadikan kekerasan sebagai cara untuk menyelesaikan masalah.

Memarahi anak tanpa memperhatikan cara yang tepat dapat menyebabkan hilangnya rasa hormat anak terhadap orang tua, serta kurangnya penghargaan terhadap nilai-nilai kesopanan yang seharusnya dijunjung.

Frekuensi tinggi dalam memberikan teguran dapat membuat anak sulit untuk diajak berkomunikasi, dan membuat mereka enggan berbicara mengenai masalah-masalah yang mereka hadapi.

Dalam memberikan nasehat kepada anak tanpa marah-marah, orang tua perlu memilih waktu yang tenang, menggunakan bahasa yang baik, menjelaskan alasannya, dan mempraktikkan komunikasi yang terbuka dengan anak.

Orang tua juga perlu menyampaikan contoh perilaku positif, menunjukkan empati, dan memberi pujian kepada anak, serta mengajarkan bahwa kesalahan adalah bagian dari pembelajaran dan memberikan kesempatan kepada anak untuk memperbaiki diri.

Wallahu A’lam
Oleh Suningsih (Mahasiswa UIN SYAHADA Padangsidimpuan)

  • Tatsqif hadir sebagai platform edukasi digital yang dirintis oleh Team Tatsqif sejak 5 Januari 2024. Kami mengajak Anda untuk menjelajahi dunia dakwah, ilmu pengetahuan, dan wawasan keislaman melalui website kami. Bergabunglah bersama kami dan jadilah bagian dari kontributor syi'ar Islam.

    Lihat semua pos Lecturer
  • Mahasiswa yang aktif di bidang kepenulisan, kreatif, dan selalu semangat untuk menggali potensi diri.

    Lihat semua pos

Tatsqif Media Dakwah & Kajian Islam

Tatsqif hadir sebagai platform edukasi digital yang dirintis oleh Team Tatsqif sejak 5 Januari 2024. Kami mengajak Anda untuk menjelajahi dunia dakwah, ilmu pengetahuan, dan wawasan keislaman melalui website kami. Bergabunglah bersama kami dan jadilah bagian dari kontributor syi'ar Islam.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

× Chat Kami Yuk